[caption id="attachment_302369" align="aligncenter" width="448" caption="Ibu Dewi Harun berikan kata sambutan (Dok. Pribadi)"]
Dilanjutkan dengan kata pembukaan dari Ibu Dewi Harun sendiri sebagai penulis. Penulis berbicara tentang pekerjaan seorang psikolog dengan berbagai macam test di berbagai perusahaan dan instansi pemerintah sedangkan caleg ada info bahwa direkrut dari arisan atau sunatan anaknya. Kata sambutan selanjutnya dari Bapak Hamdi Muluk yang diminta oleh Ibu Dewi Harun untuk membuat kata pengantar, dikatakan juga bahwa buku personal branding ini menurutnya adalah buku “gado-gado” tentang psikologi secara umum khususnya tentang motivasi diri, tentang pengembangan diri, bagaimana berkomunikasi yang diramu sedemikian rupa sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.
[caption id="attachment_302371" align="aligncenter" width="336" caption="Perkenalan Narasumber oleh Alvin Lie (Dok. Pribadi)"]
Acara selanjutnya dipandu oleh Bapak Alvin Lie sebagai moderator dengan memperkenalkan bintang tamu yang akan berbicara dan mempersilahkan duduk di depan.
[caption id="attachment_302375" align="aligncenter" width="448" caption="Para Narasumber pada Bedah Buku (Dok. Pribadi)"]
Yang pertama diperkenalkan adalah Bapak Andi Muluk yang lahir pada 31 Maret 1966 di Padang Panjang - Sumatera Barat, sekarang menjadi Guru Besar di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan fokus di psikologi politik. Disertasinya yaitu menyampaikan pidato pengukuhan yaitu menghidupkan kembali publik perspektif psikologi politik dan saat ini menjadi koordinator program S2 dan S3 di fakultas Psikologi UI. Kemudian diperkenalkan Bapak Muhammad Sirajuddin Syamsudin yang lahir di Sumbawa tahun 1958 dan sejak 2005 sampai tgl. 17 Februari 2014 menjadi Ketua Muhammadiyah, dan pada tgl. 18 Februari 2014 menjadi ketua MUI. Alumnus pondok modern Darussalam Gontor dan IAIN Syarifhidayatullah – Jakarta, memperoleh Master dan Doktor di University California Los Angeles (UCLA). Pernah menjadi anggota fraksi karya pembangunan di MPR (1997-1999), menjadi Dirjen pembinaan penempatan tenaga kerja di Depnaker (1998-2000), salah satu yang selamat dari kecelakaan pesawat Garuda GA200 di Yogyakarta pada tgl. 07 Maret 2007. Disebelah kanannya adalah Bapak Dwiki Dharmawan merupakan fansnya Bapak Alvin Lie. Bapak Dwiki lahir di Bandung tgl. 19 Agustus 1966, bergabung dengan grup musik Krakatau, kemudian karyanya memadukan unsur musik tradisional Indonesia dengan musik modern dan sudah menggelar karyanya keliling dunia, memperoleh penghargaan dari Jurnal Word Of Music. Bersama dengan Garin Nugroho pada tahun 1991 menggarap soundtrack Cinta dalam Sepotong roti, dan memperoleh penghargaan musik terbaik Festival Film Indonesia tahun 1991. Saat ini mengelola sekolah Musik “Farabi” dan saat ini menjadi caleg.
[caption id="attachment_302377" align="aligncenter" width="448" caption="Penanya I: Bapak Thamrin Dahlan (Dok. Pribadi)"]
Setelah pengenalan maka moderator memberikan kesempatan kepada narasumber untuk berkomentar atas buku Ibu Dewi Harun. Setelah seluruh narasumber berkomentar maka diberikan kesempatan pertanyaan kepada hadirin yang dimulai dari Bapak Thamrin Dahlan adalah seorang teman dari Ibu Dewi Harun dan juga kompasianer yang memberikan pertanyaan kepada ibu Dewi Harun: Apakah personal branding ini dengan labeling? Dan juga kepada Bapak Din Syamsudin: Apakah personal Branding ini berkaitan dengan Power dan siapakah menjaga fatwa money politik? Pertanyaan selanjutnya kepada Bapak Hamdi Muluk: Apakah benar personal branding itu dari hasil blender rekayasa dan pencitraan?
[caption id="attachment_302380" align="aligncenter" width="448" caption="Penanya II: Bapak Dian Kelana (Dok. Pribadi)"]
Pertanyaan selanjutnya dari Bapak Dian Kelana seorang blogger kompasianer dan detik yang bertanya: bagaimana menurut narasumber tentang pencitraan diri oleh Bapak Presiden dari awal 10 tahun yang lalu?
[caption id="attachment_302381" align="aligncenter" width="336" caption="Penanya III: Bapak Muchlis Anwar (Dok. Pribadi)"]
Kemudian penanya yang ketiga adalah Bapak Muchlis Anwar seorang pengajar yang menanggapi buku tersebut yaitu: Karena kemampuan diri dibangun kemudian mengkomunikasikannya bisa contohnya Bapak Jokowi membangun image itu dan media mengambilnya. Dan ditanyakan oleh apakah hal-hal ini-ini berlaku di dunia politik yang instan muncul atau pantas tidak menjadi seorang pemimpin dan politisi?
[caption id="attachment_302383" align="aligncenter" width="336" caption="Penanya IV: Ibu Vika (Dok. Pribadi)"]
Penanya keempat adalah seorang Ibu bernama Vika dari Advertising yang menanyakan: Angel Elga itu masih bisa nggak di-branding?
[caption id="attachment_302384" align="aligncenter" width="336" caption="Penanya V: Bapak Riki (Dok. Pribadi)"]
Selanjutnya penanya kelima dari adik ipar Penulis yang bernama Bapak Riki (mohon maaf jika salah nama) yang menanyakan: Personal branding apa yang terjadi sistem ini, apakah marketing politik saja atau pencitraan yang diluar (ekstern)?
[caption id="attachment_302385" align="aligncenter" width="336" caption="Penanya VI: Yulia (Dok. Pribadi)"]
Selanjutnya penanya keenam dari Yulia yang menanyakan: Bagaimana generasi muda membentuk personal brandingnya dan memilih para politisi yang benar-benar personal brandingnya secara kemampuan bukan polesan saja?
[caption id="attachment_302386" align="aligncenter" width="448" caption="Penanya VII: Bapak Winarto (Dok. Pribadi)"]
Penanya selanjutnya dari Bapak Winarto yang menayakan bahwa: Apakah esensi dan penjelasan membranding diri To be bukan to Have?