Malam itu, si suami sedang berbicara dengan istrinya. Sayang, bolehkah aku peluk anakku yang manis ini? tanya si suami. istrinya berkata, jangan, kasihan dia baru tidur. nanti terbangun.
Tapi kan aku ayahnya, berhak dong untuk memeluknya, lagipula sudah beberapa hari aku tidak memeluk anakku ini, kata si suami. istrinya menjawab, tapi aku kan ibunya, dan anak kamu baru saja tidur setelah belajar tadi, butuh tidur nyenyak biar dia tumbuh besar.
Kalau udah begini, si suami mengalah.
Seorang ibu tahu yang terbaik untuk anaknya.Â
Apalagi anak ini, anak satu-satunya.Â
Terus kalau sudah meluk, kamu mau apain? tanya si istri
Pertama-tama, kata si suami, Aku mau kecup jidatnya. Karena setiap pulang selesai mencari uang, hanya dahi itu yang bisa melarutkan rasa capek yang terkumpul. Aneh lho, bisa lenyap, gak bersisa.
Terus? tanya si istri.
Terus, aku lihat kelopak matanya. Aku minta maaf. Bisik-bisik, tentu saja. Aku mau bilang, Â Maaf ya nak, ayah nggak bisa beliin kamu mainan kesukaan kamu, yang kamu lihat di TV. maaf ya nak akhir-akhir ini pendapatan dari ayah ngojek tidak cukup untuk membelikan mainan kesukaan kamu. Lalu aku akan bilang, percayalah Ayah sedang berusaha untuk mencari uang kembali, agar kita bisa berhenti makan sehari sekali. Agar kamu bisa ikutan beli es krim Magnum yang anak komplek sebelah suka makan sore-sore.Â
Si istri melihat ke suaminya, dan bertanya kepada suaminya, Kok istrinya gak pernah dikecup lagi dahinya?
Iya, ini kalau dibolehin meluk, kamu juga kebagian kecup dahi. Janji, kata si suami. Si istri tertawa. Suaminya melihat dia dengan mata sendu, dia berkata, Maaf ya kalau aku kecewain kamu.
Aku gak pernah kecewa sama kamu, Mas. Gak pernah, kata si istri, pelan.