Mohon tunggu...
Tigor Robert
Tigor Robert Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hanya Sebagian Kecil

Suka Coffee Lemon Mocktail

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Peluk

22 Oktober 2021   21:58 Diperbarui: 22 Oktober 2021   22:06 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Si suami mendekat ke arah anaknya. Dia lalu menjulurkan tangannya. Tapi tubuh anaknya tidak terangkat. Si suami mencoba mengambil anaknya kembali. Kali ini dia sadar apa yang terjadi: Tangannya tembus melewati tubuh anaknya.

Bingung, si suami melihat ke arah istrinya. Istrinya kembali menghapus satu butir air mata yang baru saja jatuh. Dia lalu berkata, ketika itu pada malam sabtu kamu menelpon aku, bahwa kamu akan pulang setelah mengantar orderan makanan itu. namun setelah itu kamu mengalami kecelakaan. kamu oleng terus menabrak pembatas jalan karena mau menyalip mobil di depan kamu, dan tepat pada saat itu di pembatas jalan ada besi yang menancap ke atas. setelah itu besi tersebut menancap ke kepalamu.

Si suami meraba bagian kanan kepalanya, ada bagian yang pecah, remuk, membentuk cekung ke dalam kepalanya. Hangat. Dia tidak berani melihat tangannya, karena dia tahu, ini pasti penuh darah. si suami melihat ke arah istrinya, Kenapa kamu gak bilang dari tadi?

Karena aku mau membiarkan kamu pamit, kata si istri.  

 Si anak terbangun oleh rasa dingin yang asing di tengkuknya. Si anak membuka matanya, dia kebingungan. Si anak lalu duduk, dia melihat ibunya yang sedang menyeka pipi yang basah. Si anak lalu melihat ke arah depan. Dia tidak melihat apa-apa. Hanya mereka berdua di ruangan ini, dan cahaya bulan yang jatuh ke tembok. Sejenak, si anak merasakan rindu yang sangat deras di dadanya, seolah ada simpul kusut yang ditarik-tarik ke segala arah. Dia tahu, dia rindu dipeluk oleh ayahnya 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun