Mohon tunggu...
Tigor Robert
Tigor Robert Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hanya Sebagian Kecil

Suka Coffee Lemon Mocktail

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pergi untuk Kembali

3 Oktober 2021   01:50 Diperbarui: 3 Oktober 2021   02:08 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Setahun sudah kamu menghilang”

Kembali memori-memori ini mulai bermunculan di pikiranku. padahal sudah setahun lamanya kita berpisah, namun kenapa memori ini tidak bisa hilang juga? 

Hai, namaku Biru. aku adalah seorang mahasiswa semester akhir yang sedang menempuh studi di salah satu kampus yang bisa dibilang cuma kampus biasa. Aku mempunyai seorang kekasih yang sangat baik, sekampus denganku. namanya della. Menurutku dia adalah kekasih pertama dan terakhir di dalam hidupku.

Ketika itu pada hari rabu, kita sedang berbincang di teras rumahku. Dirimu memulai pembicaraan , 'sayang, lusa nanti aku ingin pulang kerumah orang tua ku.

Dia ingin sekali bertemu papa dan mamanya disana. ‘sudah 6 bulan aku nggak bertemu mereka, dia berkata.’ aku menjawab, iya, aku tau kamu kangen sama papa mamamu, dan juga inikan kesempatan untuk bertemu. karena Kami baru saja mendapatkan libur semester ketika selesai ujian kemarin. Dia berkata, 'asik, terima kasih sayang sudah mengizinkan.' aku pun membalas, iya terima kasih juga, tetapi jangan lama-lama ya soalnya kangen nantinya.’  Dia tersenyum. ‘Jangan kangen-kangen amat ya.’ Seandainya aku tahu, setelah ini aku tidak akan pernah mendengar suaramu lagi.

Hari demi hari aku selalu bergelut di dalam penyesalan ku,  pikirkan ini selalu ada pertanyaan- pertanyaan yang sering muncul. Seperti halnya, kenapa aku tidak ikut saja waktu itu, mungkin kamu masih ada bersamaku? kenapa waktu kamu minta izin buat bertemu orang tua mu aku tidak melarang? Atau seperti, cowo macam apa yang tidak menemani kekasihnya pergi sendirian untuk bertemu orang tuanya? Sungguh bodoh diri ini untuk menyesali perbuatan yang sudah terjadi.

Sudah setahun kamu menghilang, tapi aku masih penasaran bagaimana kamu bisa hilang. Ketika waktu itu aku menerima telepon sekitar 2 jam setelah kamu pergi, aku terkejut waktu itu bukan kamu yang mengangkat telepon itu melainkan seorang petugas. Petugas itu menginfokan bahwa yang punya handphone ini mengalami kecelakaan. 

Sontak aku terkejut ketika mendengar itu, air mata pun mulai turun, pikiran saat itu mulai kacau. Petugas mulai menginfokan kembali, bahwa kemungkinan korban menabrak pembatas jalan ketika ingin menghindari mobil di depannya dan tepat di samping pembatas itu ada jurang.

Tim pencarian pun mulai mencari dirimu, setelah berjam-jam tidak menemukan apa-apa, dan setelah sekian lama, mereka akhirnya berhenti. Aku masih ingat orang tuamu bertanya kepada mereka, ‘Jadi sekarang Della, anak saya, bagaimana?’ Tim pencarian tidak bisa menjawab, bingung cara menyampaikan kemungkinan besar kamu tidak selamat.

Setahun lamanya, dirimu menghilang. Aku masih ingat ketika pertama kali kita berjumpa di cafe literaria dekat kampus. Aku memesan coffee, kamu hanya memesan es cokelat. aku tau dirimu tidak suka coffee. 

Ketika itu, Kita saling bercanda satu sama lain, bertukar cerita dan saling memberi kasih layaknya pasangan pada umumnya. Setelah itu kita berkeliling -keliling kota menghabiskan waktu yang ada, dan mengakhir dengan berteduh di salah satu sekolah.

Hujan dan dinginnya pada hari itu mengalahkan kehangatan kita berdua. di sekolah itu kita saling berbagi doa, cinta dan derai tawa. hujan membuatmu menggenggam tanganku, mengukir indah kenangan di relung hatiku. tak banyak yang kita ucapkan pada saat itu, hanya bait-bait doa yang ku ucapkan dalam bibir kecilku.

Setahun lamanya aku menanti dirimu, Harapan itu masih ada. Aku selalu berharap kamu akan kembali kepadaku dengan senyum yang sangat manis, pas ketika pertama kali kamu senyum kepadaku.

Hari ini, aku masih mengingat momen-momen itu. Mungkin ini saatnya diriku ingin melepas kepergianmu. Aku ingin berdamai dan membuka lembaran baru. setahun lamanya aku menanti dirimu untuk kembali, tetapi kamu tidak pernah juga kembali. Penyesalan-penyesalan itu akan selalu ada, selalu membekas dan tidak akan pernah hilang. 

“Hari ini, esok dan nanti aku mengizinkanmu untuk pergi”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun