Meminjam jargon seorang gubernur di negeri ini : bahagia warganya, maju kotanya. Sepertinya filosofi itu sedang mendarat di Kota Toleran ini. Ada pergeseran budaya warga kota, menggauli ruang kota secara sadar dan mandiri. Hingga membangun interaksi, di lingkaran keluarga pun saudara lainnya.
"Semoga, jika sebelumnya kaum bapak suka berlama-lama di kedai tuak, kini ada desakan untuk menikmati suasana malam di sisi luar taman, bersama anak istri dan bandrek plus kudapan kesukaan," ujar Reinward Simanjuntak, Kadis Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Kota Pematangsiantar yang menyulap taman ini jadi cantik.
Revitalisasi taman, praktis menggeser pola hidup warga secara positif. Mendorong warga bahagia, sederhana dan mencintai kotanya. Meski kadang masih harus diedukasi soal sadar buang sampah, sampah bekas makanan, minuman hingga bekas puntung rokok.
Ternyata, apa yang saat ini dinikmati warga kota, ada cerita keras di baliknya, untuk menyulapnya. Reinward membuka cerita itu, Minggu (3/2) sore.
"Saya sempat ditentang Pak Wali (Hefriansyah) saat saya katakan tembok besi taman dirobohkan. Saya diminta bertanggung jawab kalau ada apa-apa. Saya katakan kita siap untuk itu," kata pria yang pernah menjabat Plt Sekda Kota Pematangsiantar itu.
Kekerasan dan keyakinan pria penyuka catur itu berbuah manis. Kini walikota lega dan malah acungi jempol buatnya, karena ternyata taman itu menjadi lokasi yang digemari warga kota.
Reinward memastikan taman itu hanya untuk sarana olahraga, bermain anak dan nongkrong. Pedagang dilarang berjualan di sana. Bahkan parkir sepeda motor juga diatur menjauh dari sisi trotoar. Semua dilakukan demi memberikan kenyamanan kepada pengunjung, memberi ruang yang leluasa. Menikmati suasana dengan lega.
Soal sampah, dia mengakui itu problem. Wadah plastik yang disiapkan di sana pun tak digunakan warga membuang sampahnya. Warga lebih suka membuang sampah sesukanya di mana saja di lokasi taman. Bahkan plastik yang dipakukan di batang pohon pun bisa hilang.
"Ini proses. Meski tak mudah. Kita tempatkan petugas kebersihan, sebanyak lima orang. Masih kurang. Kesadaran warga memang diharapkan. Tapi akan kita coba cara lain, semisal petugas yang akan memakai pengeras suara untuk mengingatkan warga," ujar pria beristri dokter anak itu.
Ada bangunan berbentuk pagoda di jantung taman. Bangunan itu merupakan monumen perjuangan pahlawan di Kota Pematangsiantar saat menghadapi penjajahan kolonial Belanda. Bangunan monumen itu setinggai kurang lebih 5 meter. Di puncak bangunan berornamen Simalungun, ada patung pria membawa senjata.
"Masih banyak yang harus dibenahi. Proses. Tetapi memang tak cukup dinas kami saja yang harus bergerak. Selain partisipasi masyarakat, dinas terkai juga harus terlibat dan sinergis agar taman itu semakin baik dan tertata," tandas pria yang dikenal faham tata ruang itu.