Saya agak kecewa dengan topik populer di berbagai media daring akhir pekan ini. Umumnya didominasi tentang berita perceraian Gisel-Gading dan seputar alumni 212. Dua-duanya menurut saya membosankan.
Beruntung, media AS ramai-ramai memberitakan tentang kematian George Bush senior, mantan presiden AS dengan umur paling panjang. Satu lagi kabar penting dari dunia internasional, tentang akurnya dua raksasa ekonomi. Yang lebih heboh daripada G-20 di tempat yang sama.
Pertemuan Donald Trump dan Xi Jinping membuahkan hasil. Mungkin membahagiakan semua orang. Dua kekuatan ekonomi terbesar dunia mengumumkan gencatan senjata. Setelah sekitar empat bulan mereka mendeklarasikan perang dagang. Yang agak mengguncang perekonomian global.
Kedua negara sepakat untuk setidaknya menunda pemberlakuan tarif tambahan di sektor perdagangan. AS sepakat tidak mengenakan kenaikan tarif terhadap barang Tiongkok. Yang nilainya mencapai 200 Miliar USD. Tiongkok sepakat membeli beberapa komoditi perdagangan secara masif. Utamanya komoditi agrikultur dan energi. Yang dapat mengurangi defisit perdagangan AS terhadap Tiongkok. Â Juga terkait dengan kemunculan Tiongkok sebagai raksasa teknologi pesaing. Akan dirundingkan lebih lanjut.
Kedua pihak terus mencari solusi atas kepentingan yang mereka perjuangkan. Sembilan puluh hari sejak 1 Januari 2019.
Kabar baik bagi perekonomian global tahun depan. Perang dagang yang dirasa menghambat pertumbuhan ekonomi itu dijeda.
Inilah kesempatan bagi Indonesia. Untuk mengambil cuan ditengah akurnya AS dan Tiongkok.
Bursa saham diprediksi akan menguat. Inflow akan semakin deras mengalir karena kepercayaan investor meningkat karena gencatan senjata ini. Rupiah bisa menghela nafas. Setelah Jerome Powell berubah Dovish. Gencatan senjata ini juga akan menambah sentimen positif.
Ragu-ragu menjadi percaya. Inilah modal utama untuk menggenjot ekonomi kita. Yang cukup tertekan karena kehati-hatian investor ketika terjadi perang dagang. Saatnya memaksimalkan beberapa ekspor komoditi yang lesu. Seperti batubara yang terpengaruh sentimen negatif karena perang dagang.
Setidaknya sembilan puluh hari jangan digunakan untuk menghela nafas panjang. Lari sejauh mungkin. Mumpung tiada rintangan berarti.
Sumber :
https://www.disway.id/nafas-panjang-90-hari/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H