Kamis sore, terlihat beberapa pegawai Dinas Perhubungan (Dishub) Jember sibuk mendirikan tenda di simpang 4 SMPN 2 Jember, tepatnya jalan ke arah Stasiun Jember. Saya kebetulan lewat situ, entah ada acara apa pada keesokan harinya.
Ternyata, Jumat siang, kemarin tanggal 15 September 2018, Bupati Jember dr. Hj. Faida MMR. meresmikan pemasangan Storene (Stop before the line), teknologi keselamatan lalu lintas hasil karya siswa SMAN 1 Jember, Firman Syauqi. Jember menjadi kabupaten pertama yang menerapkan Storene. Dipasang di tiga titik pada Simpang 4 SMPN 2 Jember.
Teknologi sensor ini akan bekerja jika pengendara melebihi garis berhenti traffic light. Lalu, diikuti peringatan bahwa pengendara telah melewati garis berhenti dan diharapkan untuk mundur.
Storene menjuarai Lomba Pelajar Pelopor Keselamatan Lalu Lintas yang diadakan Kementerian Perhubungan beberapa waktu lalu. Alhasil, diberikanlah dana untuk mengembangkan dan mengaplikasikan Storene ini.
Firman Syauqi merancangnya dibantu dengan dua mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Jember. Dan atas prestasinya inu, dia diganjar beasiswa masuk Perguruan Tinggi pilihannya, bukan seperti beasiswa bupati yang mengharuskan ikut seleksi di pendopo Wahyawibawagraha. Beasiswa khusus dan spesial dari Bupati Jember. Bentuk apresiasi atas inovasinya.
Storene mengingatkan saya akan teknologi peringatan yang serupa, kalau tidak salah diaplikasikan di Bandung. Videonya sempat viral di media sosial. Pengendara yang lewat diberi peringatan, tidak dengan suara yang monoton itu-itu saja. Bisa tahu sepeda jenis dan warnanya apa, yang mengendarai laki-laki atau perempuan, bisa disebut bahkan ciri fisiknya.Â
Maklum, ada CCTV yang dipasang. Pastinya, ada petugas yang selalu sigap di depan monitor pantau untuk memberikan peringatan. Tak hanya dalam konteks pelanggaran, peringatan pun juga bisa diberikan untuk diresapi bersama. Ketika suhu sangat panas, diperingatkan bahwa panasnya dunia tidak sebanding dengan panasnya neraka, seperti yang pernah diunggah di Instagram Ridwan Kamil.
Storene setidaknya membangkitkan kesadaran pengendara lalu lintas Jember. Untuk berhenti sesuai pada tempatnya. Sebelum zebra cross dari arah pengendara. Bahwa ada hak-hak pejalan kaki yang harus dinikmati. "Toleransi berlalu lintas",itu yang harus dipahami.
Dan kita harus mengapresiasi ini, seorang pelajar SMA, dengan beban pelajaran Kurikulum sekarang yang katanya "berat" sih, memang iya. Masih sempat berpikir tentang kepentingan umum di tengah kesibukan pelajar jaman now, berangkat pagi pulang sore PR banyak. Luar biasa, kreatif inovatif dan cerdas tentunya. Tak sekedar itu, usaha keras dan sungguh-sungguh membuatnya berhasil menciptakan teknologi ini. Di saat banyak siswa sibuk dengan game online ataupun "belajar memahami perasaan" dengan berpacaran.
Setidaknya, pemuda Jember dan nama Jember sendiri terangkat. Bukan hanya kabupaten penghasil tembakau yang penduduknya kolot akan modernisasi. Kita, warga Jember, bangga, dan siap berperan lebih dalam memajukan Indonesia.
Semangat pagi!!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H