Mohon tunggu...
AKHMAD FAUZI
AKHMAD FAUZI Mohon Tunggu... Guru - Ada yang sedikit membanggakan saya sebagai "anak pelosok", yaitu ketiga bersama pak JK (Jusuf Kalla) menerbitkan buku keroyokan dengan judul "36 Kompasianer Merajut Indonesia". Saya bersama istri dan ketiga putri saya, memasuki akhir usia 40an ini kian kuat semangatnya untuk berbagi atas wawasan dan kebaikan. Tentu, fokus berbagi saya lebih besar porsinya untuk siswa. Dalam idealisme saya sebagai guru, saya memimpikan kemerdekaan guru yang sebenarnya, baik guru sebagai profesi, guru sebagai aparatur negara, guru sebagai makhluk sosial.

-----Ingin tahu, agar tahu kalau masih belum tahu----- KLIK : 1. bermututigaputri.guru-indonesia.net 2. www.titik0km.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berapa Nilai Tulisanmu

21 Januari 2016   13:13 Diperbarui: 21 Januari 2016   13:29 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konon, nilai tulisan NH Dini saat ini sudah menembus angka puluhan tua juta rupiah, untuk satu buah karya. Jika toh beliau sekarang di panti wreda, itupun bukan karena "dititipkan" keluarga. Beliau sendiri yang menitipkan dirinya ke panti. Nyatanya, dari sisi keuangan dia cukup mandiri. Masih sering mengisi seminar kebudayaan, bolak-balik Banyumanik (panti Reda) - Jakarta.

Sebulan yang lalu, saya sodorkan naskah novel saya, "Badai Gersang Jiwa", ke teman di Jawa Tengah yang memiliki posisi cukup bagus di sebuah penerbitan. Tidak lama kemudian saya di telepon, terjadilah diskusi singkat.

"Cak, naskahnya boleh juga, masuk ini kira-kira".

Berita yang cukup menggembirakan bagi saya yang masih "ndeso" dari segi literasi ini.

"Minta berapa, Cak...?", tanya teman di seberang telepon. Ngga terlalu kaget dengan gaya ceplas-ceplosnya, apalagi yang berkaitan dengan hal sensitif semacam nilai nominal sebuah karya.

Yah mungkin karena sebegitu dekatnya dia dengan saya. Maka saya jawab sekenanya juga, "Yo wis, berapa gitu, Om...?.

"xxxx... rupiah yo...", jawabnya, ada selingan tawa dibelanya. 
"Yaaa, tambahi sedikit lah", balasku ringan juga. 
"Tambahi berapa...?", kejarnya. 
"Ya, satu digit di bawah NH Dini lah...", ucapanku rada serius.

Terdengar tawa ngakak di selulerku. Heeemmm, pasti lucu jawaban saya tadi, begitu pikir saya.

"Hallo...", suara tawa hilang, berganti sapa akrab. 
"Piye...", sapa balikku. 
"NH Dini itu sudah menulis seukuran usia kita, Brooo...!".

Aku tutup diskusi singkat itu, ngeloyor ke kelas, karena ditunggu murid-murid saya yang baik-baik.

"Ealaah, lha wong masih hijau kok ya diskusi tentang harga sebuah tulisan. Mbok ya pokoknya nulis. Syukuri saja meski cuma segitu", gertak batin saya.

.... semoga bermanfaat. Aamiin.

 

Kertonegoro, 21 Januari 2016 
Salam,

Akhmad Fauzi

 

Ilustrasi : arsip pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun