Mohon tunggu...
AKHMAD FAUZI
AKHMAD FAUZI Mohon Tunggu... Guru - Ada yang sedikit membanggakan saya sebagai "anak pelosok", yaitu ketiga bersama pak JK (Jusuf Kalla) menerbitkan buku keroyokan dengan judul "36 Kompasianer Merajut Indonesia". Saya bersama istri dan ketiga putri saya, memasuki akhir usia 40an ini kian kuat semangatnya untuk berbagi atas wawasan dan kebaikan. Tentu, fokus berbagi saya lebih besar porsinya untuk siswa. Dalam idealisme saya sebagai guru, saya memimpikan kemerdekaan guru yang sebenarnya, baik guru sebagai profesi, guru sebagai aparatur negara, guru sebagai makhluk sosial.

-----Ingin tahu, agar tahu kalau masih belum tahu----- KLIK : 1. bermututigaputri.guru-indonesia.net 2. www.titik0km.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

PSSI Dibekukan, Bagaimana Nasib Murid Saya?

18 April 2015   19:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:56 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1429361373569599896

(benar salah poster ini aku tak peduli)

Naga-naganya saya harus ikut berbicara. Naga-naganya pula lebih pas jika disebut “saya harus marah”. Saya memang awam dengan persepakbolaan negeri ini, tetapi saya faham rasa jika PSSI atau jagoan saya pribadi kalah dipecundangi. Ketika Indonesia kalah dengan Malaysia, saya termasuk yang menangis dan nelangsa. Lha kok sekarang dibekukan dengan apapun latar belakangnya.

PSSI, di mana kamu kini?

Saya punya murid, sebut saja Aji. Seminggu hanya punya waktu luang dua hari di sore hari. Sisanya full untuk berlatih di klub sepakbola, di desa saya. Asal tahu saja, si Aji ini juga lumayan bermain drumnya. Jadilah saya sebagai pelatih musik sekolah harus mengalah mengikuti jadwal longgarnya.

Sempat iri, karena berkali-kali absen dari ekstra band-nya, gegara letih usai berlatih bola. Saya tidak bisa marah, karena ketika ditanya mengapa alpa? Cukup meyakinkan alasan yang dia ceritakan. “Pak, saya harus serius berlatih, karena ini lagi ada kompetisi. Jika menang, saya dan klub saya bisa dibawa ke Singapura”. Itu alasan ia yang meluluhkan kekesalan saya setiap kali dia ijin tidak latihan band.

Berhamburan do’a, semoga apa yang diucapkan siswa saya itu bisa terwujud dan menjadi cita yang nyata. Tetapi, kini, saya yang awam PSSI, merasa ikut tersakiti atas pembekuan ini. Bingung saya, siapa yang membuat saya sakit. Bingung pula saya, mengapa harus sakit.

Saya tidak tahu, apa yang akan terjadi di Aji, siswa saya ini. Masihkah ia bisa meyakinkan saya dengan segagah yang pernah di ucapkan itu, kini? Padahal, ketika siswa saya ini menyampaikan semangatnya berlatih untuk bisa meraih prestasi, bibir tidak henti-hentinya mengamini, kebanggaan rasa menyeruah di sekujur tubuh.

Saya juga tidak perlu tahu, ada apa dengan PSSI. Disamping saya awam, saya bukan komentator pun pula bukan provokator.

Yang saya tahu, jika sampai si Aji, siswa saya, luntur kepercayaan diri, maka kemarahan saya pada PSSI akan lebih dari sekadar tulisan ini!

Beku membekukan adalah wujud dari hasil suatu kejahatan pola! Siapa dan mengapa, itu terlalu sumir untuk dicari. Tetapi tolong, hai (siapa ya) warnai PSSI dengan hati, bukan hanya dengan kalkulasi-kalkulasi. Mengapa? Yah, bagaimana nasib dia, si Aji, siswa saya ini, nanti.

Kertonegoro, 18 April 2015
Salam,

Berangkat Dari Hati Untuk Menumbuhkan Energi Positif

Ilustrasi : bidhuan.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun