Mohon tunggu...
AKHMAD FAUZI
AKHMAD FAUZI Mohon Tunggu... Guru - Ada yang sedikit membanggakan saya sebagai "anak pelosok", yaitu ketiga bersama pak JK (Jusuf Kalla) menerbitkan buku keroyokan dengan judul "36 Kompasianer Merajut Indonesia". Saya bersama istri dan ketiga putri saya, memasuki akhir usia 40an ini kian kuat semangatnya untuk berbagi atas wawasan dan kebaikan. Tentu, fokus berbagi saya lebih besar porsinya untuk siswa. Dalam idealisme saya sebagai guru, saya memimpikan kemerdekaan guru yang sebenarnya, baik guru sebagai profesi, guru sebagai aparatur negara, guru sebagai makhluk sosial.

-----Ingin tahu, agar tahu kalau masih belum tahu----- KLIK : 1. bermututigaputri.guru-indonesia.net 2. www.titik0km.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi Senja

29 Maret 2015   15:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:50 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(puisi akhmad fauzi)

Kang Mas, andai masih pagi, betapa sedannya jiwa bernyanyi
Embun melumuri pori seantero bulu bayi yang ada
Tanpa harus menyimpan gundah
Bebas menghirup bunga

Diajeng, kalau toh senja, pagi akan jelang jua
Resapi setiap jengkal gelincir surya
Kucurkan air mata di gelap buta
Reguk energi jiwa muda

Rindu aku akan bunga-bunga kata, Kang Mas
Berjuntai putik-putik segar menghias langkah
Merambah setiap rasa berlari-lari mengitari cerita ilusi

Bukankah almarhum yang kita damba, Di
Membebas jelajah lilitan rasa
Kala ruh bersua abadi

Tapi aku benci purnama Kang Mas, hiks
Biarlah sinarnya secerah kasih kita, Di
Aku juga benci sinarnya
Aih Di, jiwai terangnya kala meraba wajah
Aku semakin benci purnama cerah di wajah!
Lumrah Di, semakin indah wajah ketika cahya purnama menyapa

Aku benci purnama, sungguh!
Yang cerah menyinari!
Wajah asmara keriput masa

Diajeng...
Iya, Kang Mas...
Purnama jahat!

Selalu menyembunyikan pagi
Di asmara yang mulai menua

Catatan :
Sejatinya ingin puisi ini terhiasi pose gambar kakek nenek sejoli tua. Apa daya, lelet semua, gegara pulsapun ikut udzur juga

Kertonegoro, 28 Maret 2015
Salam,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun