Tentang hati
Aku mencium bau puspa terpendam
Jelas mendengar siulan merdu rindu meradang
Tertahan bisikan suci mendendang kerudung sejatian
Tentang cinta
Aku belum melihat mekar puspa musnah
Kadang redup kadang mengalah mencari siasah
Mencari celah menusuk sedikit letupan emosi gairah
Tentang mimpi
Masih terbungkus panel kehidupan
Menjadi kekuatan abadi semerbak geguritan
Jauh menembus awan dikelilingi kristal cahaya lamunan
Tentang kepastian
Tuntas dialektika tanya ketika kerling mengulum lipatan bibir
Mengangguk tanda kemulyaan dari lingkaran janji setumpuk pengharapan
Layupun tak mampu mendekat, tabirpun tak jua terhempas, rindu pun segan melepas
Tentang gerhana
Redup sinar terhalang
Oleh kaki-kaki emosi batas sepi
Bayang-bayang makna menikam sujud aksara
Matahari tertikam rembulan, melelehkan rajutan
Sinar menggeliat-geliat memantul laksana aurora kosmopolitan
Berteriak mengejar pasrah, bersimpuh mengharu, tabir rontok memecah hening
Tabir hati telanjang menatap kepastian
Merajuk sekuat ilusi di tepi temaran cahaya
Tabir kepastian menjulurkan tangan, takut gemetaran
Mengalir air mata kebisuan, meluap membanjiri telaga kenang
Tabir mimpi memanggil cinta
Lewat butiran debu tertimpa sinaran
Tabir gerhana membagi habis sudut ketenangan
Dibalik temaram hati merindukan bergesernya rembulan
Oleh waktu, oleh hati, oleh cinta, oleh mimpi dan oleh ruh kepastian
Kertonegoro, 6 Nopember 2014
Ilustrasi : lifeofarchieman.wordpress.com (dengan sedikit editan)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H