Mohon tunggu...
AKHMAD FAUZI
AKHMAD FAUZI Mohon Tunggu... Guru - Ada yang sedikit membanggakan saya sebagai "anak pelosok", yaitu ketiga bersama pak JK (Jusuf Kalla) menerbitkan buku keroyokan dengan judul "36 Kompasianer Merajut Indonesia". Saya bersama istri dan ketiga putri saya, memasuki akhir usia 40an ini kian kuat semangatnya untuk berbagi atas wawasan dan kebaikan. Tentu, fokus berbagi saya lebih besar porsinya untuk siswa. Dalam idealisme saya sebagai guru, saya memimpikan kemerdekaan guru yang sebenarnya, baik guru sebagai profesi, guru sebagai aparatur negara, guru sebagai makhluk sosial.

-----Ingin tahu, agar tahu kalau masih belum tahu----- KLIK : 1. bermututigaputri.guru-indonesia.net 2. www.titik0km.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tabir Gerhana

7 Desember 2014   00:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:53 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentang hati

Aku mencium bau puspa terpendam

Jelas mendengar siulan merdu rindu meradang

Tertahan bisikan suci mendendang kerudung sejatian

Tentang cinta

Aku belum melihat mekar puspa musnah

Kadang redup kadang mengalah mencari siasah

Mencari celah menusuk sedikit letupan emosi gairah

Tentang mimpi

Masih terbungkus panel kehidupan

Menjadi kekuatan abadi semerbak geguritan

Jauh menembus awan dikelilingi kristal cahaya lamunan

Tentang kepastian

Tuntas dialektika tanya ketika kerling mengulum lipatan bibir

Mengangguk tanda kemulyaan dari lingkaran janji setumpuk pengharapan

Layupun tak mampu mendekat, tabirpun tak jua terhempas, rindu pun segan melepas

Tentang gerhana

Redup sinar terhalang

Oleh kaki-kaki emosi batas sepi

Bayang-bayang makna menikam sujud aksara

Matahari tertikam rembulan, melelehkan rajutan

Sinar menggeliat-geliat memantul laksana aurora kosmopolitan

Berteriak mengejar pasrah, bersimpuh mengharu, tabir rontok memecah hening

Tabir hati telanjang menatap kepastian

Merajuk sekuat ilusi di tepi temaran cahaya

Tabir kepastian menjulurkan tangan, takut gemetaran

Mengalir air mata kebisuan, meluap membanjiri telaga kenang

Tabir mimpi memanggil cinta

Lewat butiran debu tertimpa sinaran

Tabir gerhana membagi habis sudut ketenangan

Dibalik temaram hati merindukan bergesernya rembulan

Oleh waktu, oleh hati, oleh cinta, oleh mimpi dan oleh ruh kepastian

Kertonegoro, 6 Nopember 2014

Ilustrasi : lifeofarchieman.wordpress.com (dengan sedikit editan)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun