Mohon tunggu...
AKHMAD FAUZI
AKHMAD FAUZI Mohon Tunggu... Guru - Ada yang sedikit membanggakan saya sebagai "anak pelosok", yaitu ketiga bersama pak JK (Jusuf Kalla) menerbitkan buku keroyokan dengan judul "36 Kompasianer Merajut Indonesia". Saya bersama istri dan ketiga putri saya, memasuki akhir usia 40an ini kian kuat semangatnya untuk berbagi atas wawasan dan kebaikan. Tentu, fokus berbagi saya lebih besar porsinya untuk siswa. Dalam idealisme saya sebagai guru, saya memimpikan kemerdekaan guru yang sebenarnya, baik guru sebagai profesi, guru sebagai aparatur negara, guru sebagai makhluk sosial.

-----Ingin tahu, agar tahu kalau masih belum tahu----- KLIK : 1. bermututigaputri.guru-indonesia.net 2. www.titik0km.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hilang Lagi!

30 Desember 2014   05:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:12 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14198654261307193407

Hilang, tapi

malah mencari salah

Juga  hilang

duka yang semakin lenyap dari jiwa

Burung elang menghilang

dari seberang terkabar ulang

Besi tak mampu lagi terdeteksi

Ramai bianglala di rerimbunan duga nista

Belasungkawa terbelah!

Sentilan tangis hati melemah!

Peradaban yang dihuni onggokan sampah!

Salah,

ini hilang, bukan serapah

Jemari gemeretak memintal jerit merana

Di ujung batas senja mengharap selamat adanya

Tapi ini tragedi, yang telah dipelintir menjadi komoditi

Gemeretak geraham, menyambut saling lempar ironi

Di ujung lorong rasa, belati ketajaman hati tumpul patah

Tapi ini kesedihan, yang selalu diunduh dari liarnya ulasan

Ada yang histeria di sana

Kita malah menjual belikan suara!

Ada yang sedang berjejal-jejal menahan suara

Kita malah berfoya-foya membeli tangis mereka!

Ada yang sedang menengadah doa di pucuk takdir ajal

Kita malah berseri membagi kemungkinan harumkan nama diri

Inikah hasil olah didik ketinggian rasa?

Menudinglah, selagi kelegaan menjadi hukum cara

Ini tentang kehilangan, bukan saling memicing bak pialang

Ini tentang kemanusiaan, bukan diimajinasikan untuk melepas beban

Ini tentang nyawa, dan, kesinambungan rasa

Berdiamlah jika tidak mampu menghadirkan bulir do’a

Kertonegoro, 29 Desember 2014

Ilustrasi : dunia.inilah.com (dengan sedikit editan)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun