Hilang, tapi
malah mencari salah
Juga hilang
duka yang semakin lenyap dari jiwa
Burung elang menghilang
dari seberang terkabar ulang
Besi tak mampu lagi terdeteksi
Ramai bianglala di rerimbunan duga nista
Belasungkawa terbelah!
Sentilan tangis hati melemah!
Peradaban yang dihuni onggokan sampah!
Salah,
ini hilang, bukan serapah
Jemari gemeretak memintal jerit merana
Di ujung batas senja mengharap selamat adanya
Tapi ini tragedi, yang telah dipelintir menjadi komoditi
Gemeretak geraham, menyambut saling lempar ironi
Di ujung lorong rasa, belati ketajaman hati tumpul patah
Tapi ini kesedihan, yang selalu diunduh dari liarnya ulasan
Ada yang histeria di sana
Kita malah menjual belikan suara!
Ada yang sedang berjejal-jejal menahan suara
Kita malah berfoya-foya membeli tangis mereka!
Ada yang sedang menengadah doa di pucuk takdir ajal
Kita malah berseri membagi kemungkinan harumkan nama diri
Inikah hasil olah didik ketinggian rasa?
Menudinglah, selagi kelegaan menjadi hukum cara
Ini tentang kehilangan, bukan saling memicing bak pialang
Ini tentang kemanusiaan, bukan diimajinasikan untuk melepas beban
Ini tentang nyawa, dan, kesinambungan rasa
Berdiamlah jika tidak mampu menghadirkan bulir do’a
Kertonegoro, 29 Desember 2014
Ilustrasi : dunia.inilah.com (dengan sedikit editan)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H