Mohon tunggu...
AKHMAD FAUZI
AKHMAD FAUZI Mohon Tunggu... Guru - Ada yang sedikit membanggakan saya sebagai "anak pelosok", yaitu ketiga bersama pak JK (Jusuf Kalla) menerbitkan buku keroyokan dengan judul "36 Kompasianer Merajut Indonesia". Saya bersama istri dan ketiga putri saya, memasuki akhir usia 40an ini kian kuat semangatnya untuk berbagi atas wawasan dan kebaikan. Tentu, fokus berbagi saya lebih besar porsinya untuk siswa. Dalam idealisme saya sebagai guru, saya memimpikan kemerdekaan guru yang sebenarnya, baik guru sebagai profesi, guru sebagai aparatur negara, guru sebagai makhluk sosial.

-----Ingin tahu, agar tahu kalau masih belum tahu----- KLIK : 1. bermututigaputri.guru-indonesia.net 2. www.titik0km.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Maestro Kembali

11 Februari 2015   04:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:28 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kadang hidup harus berganti

Menepi, dan diakhiri

Selusin bidadari menabur mawar

Mengantar hidup kembali sunyi

Jasad lelah penuh makna

Tertoreh dalam sejarah

CUKUPLAH SUDAH

Hantaran do’a bergulung membelah awan

Mengerus bangga atas jiwa anak manusia

Terlahir untuk mencipta

Tercipta untuk membentangkan gapura

Panggung gairah kumbang-kumbang belia

Bak GELAS-GELAS KACA berkilau cahaya

Untukmu aku berdoa

Sang pelantun MARINA

Lagu sahaja, lirik menggema

Menangis bersimpuh di sisi wajah maya

Melingkari temaram sukma

Seperempat abad

Tangan dingin itu melumat sekat

Mengguyur kreasi anak negeri

Ranum keyakinan di antara kelindan aral melintang

Terlahir bintang-bintang

DI MALAM YANG DINGIN

Bintang-bintang gemerlap meruah

Kejora nyanyian membius lamunan

PADAMU TUHAN

Aku titipkan satu lagi

Pujangga nyata, peramu rasa

Langlang catatan, berderet kekaguman

USAH KAU HARAP lagi

Kegaduhan dunia yang membumi

Kayuh biduk keabadian, menyusur taman kahyangan

Wewangi syurga tinggal selangkah lagi

Tutup mata bawa, ketinggian kreasi menghadap illahi

Sang maestro kembali

Kadang harus berganti

Hidup memang untuk diakhiri

Agar bermunculan butiran-butiran baru lagi

*Mengenang bang Rinto (alm), pelukis wajah negeri

Kertonegoro, 10 Februari 2015

Ilustrasi : wardc.wordpress.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun