Mohon tunggu...
Tiffany Setyo Pratiwi
Tiffany Setyo Pratiwi Mohon Tunggu... Dosen - Lecterur in International Relations Studies

Lulusan Master of Arts Universitas Gadjah Mada

Selanjutnya

Tutup

Healthy

PPCM Penyakit Gagal Jantung yang Mengancam Ibu Hamil

4 Juli 2023   12:30 Diperbarui: 4 Juli 2023   12:34 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini berangkat dari pengalaman langsung yang aku alami sendiri. Pengalamanku yang menjadi pasien gagal jantung pasca melahirkan. Ya gagal jantung terdengar sangat mengerikan bukan? Aku yang mengalami sendiri masih tak percaya bahwa aku bisa di diagnosa penyakit langka ini. Nama ilmiahnya adalah Postpartum Cardiomyopathy atau dikenal dengan PPCM. Dari beberapa bacaan yang aku dapatkan, penyakit ini termasuk langka di alami oleh ibu hamil tidak hanya di Indonesia melainkan di dunia. Aku di diagnosa PPCM setelah kurang dari 2 bulan melahirkan dengan keluhan sangat sulit bernafas dan keringat dingin yang terus-terusan keluar. 

Aku adalah seorang ibu yang melahirkan bayi kembar laki-laki dan perempuan dengan prosedur SC. Aku tidak memiliki riwayat masalah di jantungku sebelum menikah dan setelah menikah lalu hamil tidak ada keluhan di jantungku yang mengancam. Pada usia kandungan 7 bulan, dokter kandunganku meminta untuk melakukan pengecekan jantung yang mana pengecekan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi jantung ibu hamil. Semua pasien yang beliau pegang diminta melakukan cek jantung, termasuk aku. Setelah mendapatkan surat rujukan ke spesialis jantung, aku menjalani prosedur USG jantung, Echo jantung, dan EKG jantung. Hasilnya jantungku berfungsi baik, memang ada sedikit pembengkakan, namun dokter jantung mengatakan masih tergolong normal karena kehamilan kembar dan terdeteksi detak jantungku agak sedikit cepat 112 denyut per menit (normalnya 60-100). Angka ini pun tergolong masih normal menurut dokter jantung karena kondisiku yang sedang hamil anak kembar. Namun untuk memastikan kembali, dokter jantung memintaku memeriksa kadar tiroid di dalam tubuhku. Setelah keluar hasil lab, kadar tiroidku pun normal. Hasil dari dokter jantung kemudian dikirim ke dokter kandunganku. Kesimpulannya saat itu, tidak ada masalah dengan jantungku. 

Pasca sebulan lahiran SC aku tidak merasakan keluhan apapun kecuali masih terasa sedikit nyeri di bekas jahitan. Aku melahirkan bulan November 2022. Gejala awal sudah muncul di akhir bulan Desember dan semakin memburuk di awal bulan Januari 2023. Awalnya aku periksakan ke spesialis penyakit dalam. Diagnosa atas keluhanku yakni bernafas sulit dan keluar keringat dingin karena asam lambungku naik. Memang saat itu aku mengeluhkan sakit di ulu hati. Setelah 1 minggu minum obat, kondisiku tidak ada perubahan. Masih jelas di ingatanku, saat itu malam tahun baru memasuki 2023, aku mengatakan ke suami sudah tidak kuat. Segera aku dilarikan ke IGD rumah sakit PKU Muhammadiyah Gamping.

Di ruang IGD aku dibantu alat nafas, diinfus, dan dikateter. Sekitar pukul 6 pagi, aku dipindahkan ke ICU khusus jantung. Aku benar-benar kaget mendengar dari perawat diagnosa awal adalah gagal jantung atau cardiomyopathy. Pagi itu aku di rontgen, dan sorenya dokter memeriksa jantungku lewat USG terlihat jelas gambar jantungku yang memompa sangat lemah.

"Duh mbak, ini 19% pompa jantung njenengan, apes aja njenengan ini mbak".

Rasanya mendengar kata-kata itu, benar-benar membuatku lemah tak berdaya. Suami yang mendengarkan, dan kami saling berpandangan untuk sesaat.

"Maksudnya gimana ya dok?" Suami bertanya.

"Pompa jantung normalnya 60% keatas, nah ini hanya 19%, coba ini dilihat dilayar, sangat lemah daya pompanya". Sambil menunjukkan ke layar monitor.

"Tapi tenang, ini bukanlah penyakit jantung seperti koroner yang bisa mati mendadak, insyaAllah dengan pengobatan rutin, daya pompanya bisa kembali normal, itu harapannya, sehingga saya sarankan jangan menyusui, istirahat total". Sambung dokter menjelaskan.

Aku yang mendengar penjelasan tersebut sangat syok dan benar-benar tidak menyangka. Menangis tapi harus kuat. Demi anak-anak yang membutuhkan ibunya. Aku harus semangat sembuh. Apakah mentalku hancur saat itu? Pasti. Namun, itu perlahan kembali menguat dengan iringan semangat dan doa dari suami keluarga dan yang terpenting membangun kembali kekuatan dalam diri sendiri. Kalau ditanya kepikiran gak takut gak sembuh dan kepikiran meninggal? Iya pasti ini terlintas dipikiranku. Bahkan aku cerita dengan suami. Semua keluh kesahku aku sampaikan ke suami. Jadi bagi bunda-bunda yang mengalami hal yang sama, ceritakanlah kelu kesah kalian kepada orang terdekat. Paling tidak membantu kalian mengeluarkan sedikit beban dipundak. Sangat berdampak bagi kesehatan mental kita. 

"Dok, kenapa saya bisa kena jantung?" tanyaku lemah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun