Mohon tunggu...
Tiffany Setyo Pratiwi
Tiffany Setyo Pratiwi Mohon Tunggu... Dosen - Lecterur in International Relations Studies

Lulusan Master of Arts Universitas Gadjah Mada

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Perawatan Saluran Akar dan Cabut Gigi Gratis Dicover BPJS

24 Januari 2022   22:32 Diperbarui: 25 Januari 2022   13:09 43518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Halo, saya mau cerita sedikit pengalaman perawatan saluran akar gigi dan cabut gigi pakai BPJS. Kalian pasti tahu rasanya sakit gigi itu gak enak banget. 

Tahun 2018 adalah kali pertama saya mendengar ada yang namanya Perawatan Saluran Akar (PSA). Singkatnya sih, gigi yang perlu PSA ini adalah gigi yang akarnya infeksi dan kalau kalian tekan giginya sakit, dibuat nguyah juga gak bisa, bahkan dalam kondisi tertentu gusi bengkak dan bisa bikin kepala sakit. 

Kalau udah seperti ini, kalian harus segera ke dokter gigi. Saat itu saya ke Puskesmas Gondokusuman II di Jogja, yang mana merupakan Faskes 1 saya. Kok gak pakai umum aja sih? Kok ke Puskesmas? 

Pertama, karena emang PSA mahal. Sekali perawatan bisa 500ribuan dan PSA bisa memakan 3-4 kali perawatan tergantung kondisi giginya jadi kan lumayan banget duitnya. 

Saya juga termasuk jarang menggunakan BPJS saya ya karena alhamdulillah sehat2 aja, jadi saya pikir timing yang tepat untuk dipake. 

Btw teman-teman bisa akses proses PSA itu sakit apa enggak di blog saya ya, check it out di link ini: http://tiffanysetyopratiwi.blogspot.com/2018/02/perawatan-saluran-akar-gigi-psa.html 

Sebenarnya PSA menyelamatkan gigi kamu dari tindakan terakhir yakni cabut gigi. Prosedur PSA ini akan dilakukan oleh Spesialis yakni Spesialis Endodonsi atau Konservasi Gigi. 

Kalau dari pengalaman saya sebagai pasien BPJS, dokter dan perawat sama sekali gak memperlakukan hal-hal yang berbau diskriminatif meskipun kita pasien BPJS. Sangat ramah dan bener-bener di treat profesional. So, jangan ragu pake BPJS ya!

Owh ya baru-baru ini gigi saya yang di PSA 2018 itu kembali kambuh sakitnya. Bengkak dan sakit ditekan. Senin pagi saya langsung ke dokter gigi di Puskesmas Gondokusuman II ditemani suami. Sesampainya disana, rekam medis saya masih tercatat rapi sejak 2018. 

Dokter akhirnya memeriksa kondisi gigi saya, dan gusinya radang dan bengkak. Dokter meresepkan obat pereda bengkak dulu. Kemudian diminta datang kembali setelah obat habis. 

Alhamdulillah setelah minum obat, gusi yang bengkak membaik, namun gigi masih sakit ketika ditekan. Setelah obat habis, saya pun kembali kontrol. Kontrol ke-2 ini dokter mengatakan bahwa giginya infeksi saluran akar dan harus PSA. 

Maka dokter merujuk kembali saya ke Rumah Sakit Panti Rapih. Namun dokter mengatakan bahwa ada kemungkinan gigi saya tidak bisa diselamatkan. Tapi lagi-lagi dokter tersebut mengatakan semoga dokter spesialis bisa menyelamatkan gigi saya. 

Setelah menerima rujukan dari Faskes 1, saya langsung ke RS Panti Rapih yang berjarak kurang lebih 2 kilometer dari Puskesmas. Sesampainya di sana, saya fotokopi dahulu KTP, BPJS, dan Surat Rujukan masing-masing 3 lembar. Loket BPJS di Panti Rapih ada di Lantai 2 buka jam 7-12 siang. 

Saya tiba di loket sekitar pukul 10 pagi. Saya mengambil antrian. Menunggu sekitar 30 menitan dan saya dipanggil untuk mengurus pendaftaran dokter spesialis endodonsi. Saya terdaftar di hari Kamis besoknya dengan urut pasien 15. 

Pegawai yang melayani di BPJS Panti Rapih membantu menjelaskan dengan baik, bahwa nanti pada hari Kamis saya ke loket BPJS 2 jam sebelum jadwal dokter untuk klaim administrasi. Saya sudah paham karena sudah punya pengalaman tahun 2018 silam.

Pada hari Kamis saya sampai di Panti Rapih pukul 09.30 WIB. Saya menunggu tidak begitu lama karena pasien BPJS saat itu agak sepi.

 Setelah saya beres mengurus klaim administrasinya, saya langsung menuju poliklinik gigi yang berada di Lantai 5. Lalu saya menuju bagian pendaftaran, suster mengecek tensi dan juga saturasi oksigen saya. Alhamdulillah semua normal tensi 102/73 dan saturasi 99. 

Akhirnya tiba juga giliran saya setelah menunggu sekitar 2 jam, karena memang pas datang pasien yang dilayani nomor urut 5. Saya masuk keruangan, dokter yang menangani saya dokter yang sama 2018 lalu yakni drg. Krisnovianto, Sp.KG. 

Lalu dokter mengecek kondisi gigi saya dan beliau menyampaikan bahwa gigi saya kondisinya sudah retak dan tidak bisa di PSA. Dokter lantas mencabut patahan gigi saya tersebut, lalu saya diminta menggigit kapas selama 1 jam. 

Dokter menjelaskan untuk kembali ke Faskes 1 untuk memperbaharui rujukan ke Dokter Bedah Mulut dengan tindakan cabut gigi karena ternyata tidak bisa di PSA. Saya ucapkan terima kasih kepada dokter, kemudian saya diresepkan antibiotik.

Saya baru kembali mengurus rujukan minggu depannya karena pekerjaan di kantor tidak bisa ditinggal, Kamis saya kembali ke Puskesmas. 

Dokter tidak memeriksa gigi saya, beliau langsung membuatkan surat rujukan baru ke Dokter Spesialis Bedah Mulut tujuannya ke Panti Rapih. 

Setelah selesai, saya langsung ke Panti Rapih untuk mendaftar. Owh ya saya lupa menceritakan bahwa di Panti Rapih ada mesin anjungan yang mana mesin ini akan mencetak nomor antrian BPJS dan bisa melakukan pendaftaran ke dokter yang akan kita tuju. Saya masukkan nomor rekam medis saya, lalu karcis antrian keluar. 

Saya lantas dibantu mendaftarkan kembali mendapatkan nomor antrian pasien 13 dengan drg. Agus Srigunarto, Sp. BM pada Senin depannya. 

Setelah menunggu beberapa hari, sampailah pada hari Senin, saya tiba di RS pukul 09.00 WIB, menuju loket BPJS, hanya menunggu sekitar 5 menit. Beres klaim, lalu menuju lantai 5. Saya di cek tensi dan saturasi kembali oleh suster, semua normal. 

Saat itu, pasien yang dipanggil sudah urutan ke-8, saya nomor urut 13, namun saya menunggu sekitar 30 menitan, lalu nama saya dipanggil. Ini lebih cepet karena pasien antrian nomor sebelumnya tidak ada ketika dipanggil. 

"Bagaimana sudah siap udah dicabut giginya?"

"InsyaAllah siap dok".

"Silahkan kumur-kumur dulu".

Tensi saya dan saturasi di cek kembali oleh suster. Alhamdulillah normal. 

Saya sangat deg-degan namun bismillah semua akan baik-baik saja. 

"Ini saya tekan sakit gak?" Dokter bertanya.

"Enggak dok".

"Kalau ini?"

"Enggak dok".

"Oke. Ini kita bius dulu ya".

"Ya dok".

Pada saat di bius tidak sakit sama sekali. Saya memutuskan untuk memejamkan mata selama tindakan untuk mengurangi deg-degan. 

Pada saat proses pencabutan dimulai, saya tidak merasakan sakit sama sekali. Sekitar 20 menitan, gigi saya sudah tercabut. Saya lumayan kaget karena tidak sesakit yang saya bayangkan. 

Dokter kemudian meminta saya gigit kapas selama 1 jam. Dokter menjelaskan hal-hal yang tidak boleh dilakukan, seperti kumur-kumur selama 24 jam, tidak boleh memegang, disarankan minum yang dingin-dingin. Kemudian dokter menjelaskan untuk kembali kontrol minggu depannya.

 Ada obat yang diresepkan yakni Amoxycillin, Ibuprofen dan Methylprednisolone. Saya ucapkan terima kasih kepada dokter dan suster. Lalu saya ke bagian farmasi di Lantai 1 untuk menyerahkan resep obat. 

Alhamdulillah tidak ada keluhan yang aneh-aneh pasca cabut gigi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun