[caption caption="Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) sebagai peralihan BBM menuju BBG. Sumber: Dokumen Penulis."][/caption]Â
SURABAYA (4/11) - Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010-2013 menunjukkan, rata-rata pertumbuhan total kendaraan bermotor di Indonesia hampir mencapai 11%, yaitu sebanyak 10.62% dengan total jumlah kendaraan di tahun 2013 sebanyak 104.118.969 buah yang didominasi oleh pengguna sepeda motor. Bisa dibayangkan betapa banyak jumlah kendaraan bermotor saat ini, yang telah 2 tahun melewati data terakhir BPS. Tentunya dengan mempertimbangkan laju pertumbuhan ekonomi yang sedang menurun dan tingkat inflasi di Indonesia. Hal ini tidak sebanding dengan jumlah Bahan Bakar Minyak (BBM) yang terus menipis. Ditambah lagi biaya untuk impor BBM dan subsidi yang harus dikeluarkan pemerintah setiap tahunnya, telah mengikis hingga milyaran rupiah devisa negara.
    Karenanya, pemerintah bekerja sama dengan perusahaan BUMN, Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGN) mulai mendirikan beberapa SPBG di wilayah Jakarta dan sekitarnya, juga di Surabaya. Seperti dilansir di website BUMN (www.bumn.go.id), penggunaan pipa gas untuk kebutuhan rumah tangga dibanding menggunakan gas elpiji tabung dengan ukuran 12kg dapat menghemat hingga Rp 90 ribu. Tetapi, penggunaan SPBG di daerah Surabaya terlihat masih kurang diminati oleh penduduknya. Padahal, pemasangan jaringan pipa gas di beberapa wilayah Surabaya juga telah disebarluaskan secara gratis. Terlihat jelas di foto, misalnya di SPBG Ngagel, jalan Ratna, Surabaya Pusat, belum banyak warga yang memanfaatkan jasa SPBG dengan gasnya. SPBG tersebut tampak belum begitu awam di mata masyarakat Surabaya, bahkan di pusat kota.
    Sesuai dengan Program Pemerintah Perusahaan Gas dan ITS yang juga disebarkan melalui edaran di lingkungan RW Ngagel, selain menghemat biaya hingga 40%, juga terdapat beberapa keuntungan lainnya. Jaringan pipa gas kiranya dapat lebih menghemat waktu karena tidak perlu membeli tabung gas elpiji lebih dulu dan langsung dapat diambil dari pipa gas yang telah tersambung di rumah, lebih aman serta bebas dari emisi.Â
    Diharapkan ke depannya, penggunaan SPBG dapat dimanfaatkan lebih maksimal untuk mengganti penggunaan BBM di SPBU sekarang. Hanya saja, pemasangan alat untuk mengganti bahan bakar kendaraan bermotor menjadi gas membutuhkan biaya, sehingga masih kurang diminati oleh warga setempat. Ditambah lagi, jumlah SPBG saat ini masih belum merata, sehingga akan menyulitkan warga yang telah memakai bahan bakar gas di kendaraan bermotornya jika ingin pergi ke luar kota dan kehabisan bahan bakar di tengah jalan. Hal inilah yang membuat masyarakat berpikir dua kali untuk mengganti bahan bakar kendaraannya dari BBM ke gas. (Tiffany/mahasiswi Universitas Petra)
Â
Sumber
Â
Â