Aku mendengar kesahnya, sambil sesekali aku beri gambaran-gambaran kehidupan. Bahwa di luar sana masih banyak orang yang tidak seberuntung dia. Kesibukan orangtuanya bukan berarti mereka tak sayang, tapi justru saking sayangnya sehingga mereka membanting tulang demi memberi kehidupan yang berkecukupan kepada anak2nya.
Suatu hari dia cerita klo Mamanya mulai berubah. Lebih sering pulang sore dan banyak menghabiskan waktu bersama Tiara. Bahkan mamanya setuju saat Tiara mengajak ke Salatiga untuk menjenguk Eyangnya pada hari Minggu.. "Tiara kangen ma eyang Bu, Minggu besok kami akan menjenguk eyang. Tiara seneng Bu, Ntar Ibu tak bawain oleh2 ea.." begitu isi sms nya padaku...
Minggu sore sekitar jam 4 aku dapat sms dari Tiara. "Alah,, paling cuma mengabari kalo sudah sampai di Salatiga, kangen-kangenan sama Eyang,.....bla..bla..bla.... ". Sehingga tak segera aku buka.Sampai 3 sms masuk yang semuanya dari Tiara. ."Nie anak mau pamer apa ya?" Begitu aku buka,, Seluruh badanku seperti lemas tanpa tulang:
"Bu,saya sama mama kecelakaan.Mobil kami menabrak truk tronton saat akan menyalib angkuta.Saya gpp Bu,cuma lecet-lecet.. Tapi mama bu........"
"Mama Tiara meninggal Bu, Tiara benar-benar gak punya mama sekarang.."
Dan sms yang ketiga,ini yang membuat bulu kudukku berdiri, dan tak bisa tidur semalaman:
"Tiara melihat dengan mata kepala sendiri saat mama meninggal Bu, Kepalanya pecah, dan otaknya berceceran keluar..."
Setelah membaca sms itu aku menelponnya. Aku coba berkali-kali tapi tidak diangkatnya. Kemudian aku berinisiatif menelpon teman sekantor yang tau rumahnya dan meminta tolong untuk mengecek di rumah Tiara. dan semuanya benar...
Paginya berita itu telah menyebar di sekolah. Kegiatan belajar mengajar di kurangi untuk melayat ke rumah Tiara. Suasana duka begitu terasa di rumah itu. Ayahnya duduk bersila di samping jenazah istrinya sambil menunduk kusyuk. Sesekali ia menerima menyalami para pelayat yang mengucapkan bela sungkawa. Lantunan surat Yassin terdengar jelas. Tiara sendiri duduk di samping Ayahnya sambil menahan tangis. Begitu melihat kedatangan kami, Ia langsung berlari menubrukku sambil terisak-isak. Suaranya serak nyaris hilang.. Di sela-sela isakannya dia Berkata " Tiara sayang mama, Bu.. Tiara sayang sama Mama. Tiara gak punya Mama lagi sekarang. Tiara belum sempat minta maaf sama Mama seperti yang Ibu suruh kemaren, Tiara nyesel Bu, Coba kalo Tiara gak ngajak Mama ke Salatiga, Pasti sekarang Tiara masih punya Mama.........................................."
Aku tak bisa berkata apa-apa selain memeluknya erat sambil mengusap rambutnya tuk sekedar menenangkannya.. Tak kuasa aku menahan airmata mendengar rintihnya...
"Tiara, yang sabar ya Sayang,, Allah memberi Tiara cobaan ini karena Tiara kuat,, karena Tiara tegar,,