Dalam usaha pemulihan ekonomi, PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. disingkat BRI berupaya menjaga fundamental kinerja, sehingga tumbuh secara sehat, kuat, serta berkelanjutan. Pencatatan kinerja cemerlang tersebut, merupakan pencapaian BRI berupa hasil dari strategi transformasi yang dipersiapkan sejak 2016 melalui konsep besar BRIvolution 1.0. Program ini dimulai pada 2017 dan dilaksanakan hingga tahun 2020.
Ketika pandemi, transformasi tersebut diperkuat dengan BRIvolution 2.0 (RJPP 2021 - 2025) berfokus pada dua area utama, yaitu digital dan culture untuk menciptakan pertumbuhan yang berkelanjutan dan berkontribusi terhadap perekonomian Indonesia, sehingga rencana jangka panjang telah disesuaikan dengan situasi pasar terkini.
BRI menetapkan strategi Perseroan untuk 5 tahun ke depan menjadi tiga fase transformasi, yaitu:
- Strengthen the Core (2021-2022)
Memprioritaskan dan memperkuat strategi pertumbuhan aset bisnis di segmen UMKM dengan mengembangkan penetrasi pasar mikro melalui pemberdayaan Usaha Ultra Mikro (UMi) sebagai sumber pertumbuhan baru Perseroan.
- Scale up and Scope up (2023-2024)
Meningkatkan pertumbuhan bisnis dan memperluas jangkauan bisnis (scale up) melalui perluasan pangsa pasar juga pengembangan ekosistem bisnis baru, serta memperluas cakupannya dengan mendorong kontribusi perusahaan anak (scope up) kepada induk perusahaan.
- Sustain (2025 dan seterusnya)
Pertumbuhan atraktif melalui perluasan jangkauan dan cakupan bisnis diharapkan membuat kondisi keuangan BRI yang sustain.
Visi besar BRI pun berubah menjadi The Most Valuable Banking Group in Southeast Asia dan berfokus pada Champion of Financial Inclusion dimaksudkan untuk menjaga pertumbuhan berkesinambungan perseroan. Bank dengan jaringan terluas di Indonesia sekaligus mempertegas komitmen dalam mempertajam dan mengembangkan sektor UMKM untuk bersinergi bersama anak usaha atau BRI Group sebagai sumber pertumbuhan bisnis baru yang berkelanjutan.
Maka, BRI berkomitmen agar konsisten melakukan perluasan fungsi anak usaha untuk diversifikasi income, spreading risk, dan memperkuat customer base BRI. Dengan strategi go smaller, yaitu menyasar pada usaha yang lebih kecil dari mikro, yakni ultra mikro dengan menyalurkan kredit melalui ticket size yang lebih kecil. BRI memberikan tenor pendek sesuai kebutuhan atau go shorter.
Adapun langkah BRI pada segmen UMKM termasuk Umi untuk strategi pertumbuhan yang memiliki dua macam, yakni:
1) Mengikuti nasabah yang ada (existing) di BRI juga dibantu untuk naik kelas.
2) BRI mampu menjangkau yang lebih kecil atau "go smaller" sebab mengikuti strategi pertumbuhan ke atas untuk mengikuti naik kelas nasabah yang ada, sedangkan untuk ke bawah dicari sumber pertumbuhan baru atau nasabah baru. Contohnya, membangun Holding Ultra Mikro (UMi) bersama PT. Pegadaian dan PT. Permodalan Nasional Madani (PNM) merupakan wujud komitmen BRI untuk go smaller.
Sejak diresmikan setahun lalu, Holding UMi telah melayani kebutuhan 23,5 juta nasabah dengan total outstanding pembiayaan mencapai sebesar Rp183,9 triliun per Agustus 2022.
Pada Agustus 2022 integrasi layanan ketiga entitas atau co-location melalui Gerai Senyum mencapai 1.003 lokasi. Bentuk integrasi layanan lainnya berupa PNM Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) yang bergabung sebagai Agen BRILink sudah mencapai 40.121. Di samping itu, terdapat nasabah tabungan baru UMi mencapai 6,85 juta nasabah atau melampaui target awal sebanyak 3,3 juta nasabah pada 2022.
Selain itu, BRI Group harus menjangkau masyarakat sebanyak mungkin melalui proses bisnis digitalisasi layanan keuangan, sehingga layanan dan proses bisnis dapat lebih cepat atau go faster. Maka, BRI dapat melayani masyarakat dengan memberikan akses keuangan yang lebih luas, lebih mudah, lebih cepat dan lebih terjangkau, serta biayanya efisien.
Untuk memberikan layanan perbankan hingga ke berbagai wilayah secara go smaller, go shorter dan go faster, digitalisasi BRI mengacu pada tiga framework utama, antara lain:
1) Digitizing Core atau digitalisasi proses bisnis bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan fokus pada efisiensi.
2) Digital Ecosystems, yaitu menyiapkan berbagai platform digital untuk mendorong BRI masuk ke dalam bisnis ekosistem value chain, sehingga menjadi sumber pertumbuhan baru di sisi Current Account Saving Account (CASA), Fee Based Income (FBI) dan Nasabah baru BRI.
3) New Digital Propositions, BRI melakukan inovasi teknologi finansial melalui pendekatan digital secara penuh dan bisnis model baru untuk memberikan layanan kepada nasabah lebih cepat, baik, dan efisien.
Melalui transformasi serta strategi go smaller, go shorter, serta go faster yang didukung oleh digitalisasi, BRI menunjukkan kinerja yang solid dengan mencatatkan aset konsolidasian mencapai Rp1.678,10 triliun atau tumbuh 4,23% year on year (yoy). Sedangkan, total kredit dan pembiayaan BRI Group telah menembus seribu triliun rupiah, tepatnya sebesar Rp1.042,87 triliun. Proporsi kredit UMKM BRI pun terus merangkak naik, sebesar 83,86% dari total penyaluran kredit BRI disalurkan kepada segmen UMKM. Angka ini meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, dan BRI akan terus meningkatkan proporsi tersebut, hingga mencapai 85% pada tahun 2024.
Perjalanan BRI Group dalam menggapai visi dihadapkan dengan banyak tantangan, dimulai dari pandemi COVID-19 hingga gejolak ekonomi global. Maka, diperlukan strategic response yang dilakukan BRI adalah dengan menyelamatkan UMKM melalui strategi business follows stimulus.
Agar stimulus berjalan efektif, BRI menyiapkan empat syarat. Pertama, harus ada dananya, ialah memastikan anggarannya tersedia. Kedua, data pihak yang mendapatkan stimulus tersedia. Ketiga, menyiapkan sistem yang kredibel dan reliable agar stimulus tersebut tepat sasaran. Dan keempat, adalah komunikasi secara terus menerus kepada masyarakat.
Di sisi lain, BRI melihat UMKM sebagai tulang punggung pertumbuhan perekonomian Indonesia perlu dieskalasi pertumbuhannya. BRI sebagai lembaga keuangan mengambil peran dengan mengucurkan 83,27% dari total kredit kepada pelaku UMKM per kuartal II-2022.
Pelaku usaha di Indonesia sebanyak 98.7% merupakan skala UMKM, kontribusinya terhadap produk domestik bruto mencapai 68%, artinya PDB mayoritas dikontribusi oleh bisnis yang skalanya UMKM. Ketiga, dari sisi penyerapan tenaga kerja 97,22 % tenaga kerja di Indonesia itu pekerja segmen UMKM. Jadi, tugas utama negara adalah mensejahterakan rakyatnya dengan memberi pekerjaan.
Dalam memberdayakan dan membangkitkan aktivitas pelaku UMKM pada saat pandemi, menjadi penggerak kinerja keuangan BRI. Hingga akhir Kuartal II 2022, secara konsolidasian (BRI Group) berhasil meraih laba bersih senilai Rp.24,88 triliun atau tumbuh 98,38% yoy dengan total aset meningkat 6,37% yoy menjadi Rp.1.652,84 triliun.
Sumber:
https://www.ir-bri.com/newsroom/a970f6d946_3a26c95533.pdf
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI