Setiap kali musim haji dunia, Menteri Agama menjadi Amirul Hajj Indonesia. Dalam menjalankan tugasnya selain mengawal warga Indonesia yang menjalankan ibadah haji di Arab Saudi, biasanya Menag juga bertemu dengan para kolega penting dari Arab Saudi atau beberapa negara muslim.
Seperti tahun ini, Menag Gus Yaqut bertemu dengan Sekjen Liga Muslim Dunia (Word Muslim League) Syekh Abdul Karim Al Issa yang juga merupakan tokoh penting bagi Kerajaan Saudi Arabia (KSA). Yang menarik adalah Syekh Abdul Karim Al Issa punya pemikiran yang moderat.
Liga Muslim Dunia bagi KSA adalah komunitas yanb penting dan didukung kuat oleh KSA. Liga Muslim dunia juga punya jaringan luas di dunia Islam khususnya di kalangan para ulama. Indonesia cukup beruntung karena pelaksanaan perhelatan G 20 dan R 20 (Religion 20) yang diadakan di Indonesia juga didukung oleh Liga Muslim Dunia dan KSA.
Dalam pertemuan itu Indonesia dan Liga Muslim Dunia bersepakat untuk membuat kegiatan-kegiatan lain yang berkaitan dengan kampanye Islam yang ramah. Syekh Abdul Karim Al Issa pun menyambut dengan baik perbincangan dan ajakan itu.
Menurut Sekjen Liga Muslim Dunia itu, keberadaan dan peran Indonesia sangat penting. Bukan hanya karena negara dengan mayoritas muslim yang besar, tapi karena peradapan dan budaya masyarakatnya tetap memelihara harmoni di tengah perbedaan.
Pernyataan seperti ini sebenarnya bukan hal baru untuk Indonesia. Banyak orang, termasuk banyak pihak dan banyak negara yang menganggap Indonesia sangat piawai mengolah perbedaan, karena bukan hal gampang untuk bisa memilah dan mengakomodir kepentingan dan hak dari  banyak pihak di Indonesia. Perbedaan itu tidak saja menyangkut keyakinan (agama) tapi juga etnis, bahasa , warna kulit dan rentang yang luas di sector geografis. Perbedaan ini juga menjadi modal penting bagi negara kita.
Mantan pejabat Malaysian, Mahatir Muhammad misalnya, berulang kali mengatakan bahwa memimpin Indonesia, bukan pekerjaan yang gampang. Diantarakan karena luasnya geografis dan kompleksnya perbedaan yang ada.
Karena itu kita layak bersyukur dan harus selalu berikhtiar agar kita tetap bisa bersatu dan harmoni di tengah perbedaan yang ada. Jangan sampai upaya ini diganggu dengan keinginan untuk menjadikan negara kita homogen. Ini bukan omong kosong karena kita semakin sering bertemu dengan narasi-narasi pemecah yang memuja mohogenitas.
Melihat upaya-upaya para pemecah ini adalah ironi yang menyedihkan di tengah berbagai negara termasuk KSA yang kagum soal toleransi dan harmoni di negara kita.
Marilah bersyukur dan melihat dunia dengan sederhana dan jangan memperkeruhnya dengan keinginan yang melawan takdir kebangsaan kita. Marilah kita tetap berikhtiar untuk tetap bersatu.