Ada yang menarik perhatian beberapa orang yang peduli pluralism saat  Presiden RI ketiga yaitu BJ Habibie meninggal. Dalam rangkaian doa bersama yang diadakan beberapa hari di kediaman beliau di daerah Kuningan Jakarta, ada seorang selebritis (wanita) yang dikenal bersahabat dengan keluarga BJ Habiebie ikut berpartisipasi dalam doa bersama itu. Kebetulan selebritis ini beragama non muslim dan berkerudung untuk menghargai acara tersebut.
Menurut sosial media milik sang selebritis itu, pada saat membagi-bagikan makanan usai mendoakan almarhum, dia disapa oleh seorang ibu-ibu paruh baya.Â
Sang ibu mengatakan padanya bahwa dia berucap syukur kepada Allah karena sang selebritis itu sudah hijrah (pindah agama). Sang ibu mengasumsikan bahwa dengan ikutnya sang selebritis dalam acara itu menandakan bahwa dia sudah pindah agama.
Namun sang selebritis menampiknya dan mengatakan bahwa dia masih non muslim dan bahwa dia berpartisipasi dalam doa tersebut karena dia dekat dengan almarhum dan perbedaan agama tidak menyurutkannya untuk berpartisipasi meski beda agama. Seketika itu sang ibu menjadi acuh dan menolak menerima kotak makanan dari sang artis.
Ini adalah kejadian nyata dan bisa kita simpulkan disini bahwa ada banyak sekali konsep soal hijrah dan bagaimana toleransi itu berjalan dalam pergaulan dan bermasyarakat.
Sesungguhnya hijrah tidak hanya bersifat fisik saja (berkerudung, memelihara jenggot atau berdahi  hitam. Hijrah lebih agung dari itu semua yaitu perubahan pemahaman dan perilaku dari yang buruk atau biasa-biasa saja ke pemahaman dan perilaku yang lebih baik.Â
Bisa saja seorang ayah yang galak dan tidak bisa mengendalikan amarahnya kepada istri dan anak-anaknya, suatu saat dia hijrah dan menjadi lebih sabar menghadapi keluarganya.
Atau seseorang yang sebelumnya sering menipu dan memanipulasi sesuatu pada suatu hari dia hijrah dan menjadi jujur dan melakukan sesuatu sesuai dengan ketentuan.Â
Ada juga orang yang sejak lama dia tidak mengindahkan salat dan perintah agama termasuk puasa, pada suatu masa dia hirah dan melakukan semua ketentuan agama dengan baik.
Dari semua penjelasan ini bisa kita tahu bahwa hijrah jangan dilihat dalam konteks sempit yaitu tidak sekadar perubahan fisik. Namun lebih luas dari itu semua yaitu perubahan pemahaman , konsep dan perilaku.
Untuk konteks yang lebih luas lagi yaitu konteks kebangsaan hijrah juga bermakna penting. Hijrah sesuai dengan 'roh hijrah' saat Nabi Muhammad pindah dari Makkah ke Madinnah ; menuju ke konsep berbangsa dan bermasyarakat yang lebih baik dimana toleransi (antar suku) dijaga dan para pihak yang berbeda menjaga harmonisasi.