Mohon tunggu...
Rahmatia
Rahmatia Mohon Tunggu... Lainnya - orang aring

orang biasa yang cuma mau jadi orang rata-rata pada umumnya

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Konten Bersyukur adalah Pelanggaran Hak Asasi yang Sering Dinormalisasi

15 Desember 2023   10:10 Diperbarui: 15 Desember 2023   10:15 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Di dunia sekarang apa sih yang enggak dikontenin. Lihat yang aneh sedikit cekrek, lihat yang unik sedikit, cekrek. Tujuannya apalagi kalo bukan memenuhi birahi mereka supaya fyp di tiktok atau dapat perhatian di media sosial? Pernah enggak sih kita berpikir kalo ada kemungkinan orang yang menjadi objek video tersinggung atau keberatan sama perbuatan kita? Atau emang enggak pernah kepikiran kali ya, asal views banyak, gas aja videoin orang sembarangan.

Fenomena kayak gini tentu sudah tidak asing lagi di era digitalisasi kayak sekarang ini. Semenjak banyak orang yang bercita-cita jadi influencer, kamera manusia kayaknya enggak pernah lepas dari tangan. Siap menangkap keanehan, keunikan, atau penderitaan manusia-manusia lain untuk dibagikan di media sosialnya.

Pasti kita sering melihat konten orang-orang bersyukur di luar sana. Misalnya ada orang yang ngerayain ulang tahun sendirian di cafe, lagi me time, lagi happy, eh tau-taunya ada orang yang asal video sembarangan dan kasih caption 'hidup lagi capek-capeknya, lihat orang ngerayain ultah sendirian, padahal umur segitu lagi butuh-butuhnya support system'. 

Like, dih, sok paling tahu kondisi orang aja. Padahal orangnya lagi happy-happy aja tuh. Ngeri enggak sih, kalo kita bisa saja jadi objek konten bersyukur, padahal kita lagi fine-fine aja, cuma karena mungkin pada saat itu look kita memang kelihatan agak kasihan :')

Contoh lain, misal ada bapak-bapak yang fotoin anaknya pake hape jadul di depan toko, padahal anak sama bapaknya sedang bersuka cita nih, eh netizen malah jadiin bahan bersyukur.

Gini deh, kenapa sih harus membandingkan kebahagiaan dan penderitaan orang, yang jelas standar tiap orang tuh beda-beda. Sebel banget rasanya ketika ada orang yang merasa bersyukur ketika melihat ada orang yang kebetulan lebih dibawah dari dia dan ngebanding-bandingin kondisi orang tersebut dan kondisinya. 

Kenapa kondisi orang lain yang menimbulkan rasa syukurmu? Kalo mau bandingin, ya bandingin kondisi kamu masa lalu dan masa sekarang, segimana prosesmu dan sekiranya hal-hal apa saja yang sudah kamu syukuri dan kamu pelajari dari proses tersebut. Rasa syukur bisa timbul dari proses hidupmu sendiri, ga perlu lihat 'penderitaan' orang dulu terus kamu bersyukur.

Ketika melihat orang yang mungkin tidak seberuntung kamu, ya keep aja gitu. Tidak perlulah direkam. Rasa-rasanya 'penderitaan' tersebut tidak perlu dipertontonkan. Hal paling tidak etis karena video diambil sembarangan, diam-diam, dan tanpa persetujuan yang tentunya itu melanggar privasi orang lain. 

Selain karena etika dasar sesama manusia, privasi juga diatur dalam ketentuan hukum loh. Jadi ya memang hak kita untuk tidak direkam secara sembarangan karena dilindungi undang-undang. Dari aturan yang paling dasar, di UUD 1945 pasal 28 G ayat (1) di sana diatur kalo:

"Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi"

Nah loh, privasi tuh hak asasi yang harus dihormati dan orang berhak atas rasa aman. Selain itu, lebih parahnya lagi kalo ternyata video yang kita rekam tidak sesuai keadaan sebenarnya, tidak sesuai konteks, dan bikin orang yang jadi objek video dirujak netizen. Itu bisa jadi pencemaran nama baik dan bisa melanggar ketentuan hukum yang bisa diancam pidana. Misalnya dalam pasal 310 KUHP kalo misal orang nyebar video aib tanpa izin. Ancamannya bisa pidana maksimal 9 bulan dan denda maksimal Rp. 4,5 juta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun