Setiap manusia tentu pernah berdo'a kepada Allah Swt untuk sesuatu yang ia ingin dan butuhkan. Doa juga merupakan senjata orang mukmin dalam segala keadaan dan suasana, ketika bahagia dia harus bersyukur  dengan banyak memuji kepada Allah Ta'ala. Dalam keadaan berduka seorang hamba harus mohon kekuatan dan keteguhan hati agar Allah Ta'ala menjadikannya kuat dan tegar. Begitulah doa dengan izin Allah Ta'ala, akan selalu memotivasi kita untuk optimis menjalani kehidupan, membuat semangat menatap masa depan dan menjauhkan dari berbagai bisikan-bisikan setan yang melemahkan iman.
Percayalah bahwa setiap doa yang di panjatkan penuh dengan keyakinan akan dikabulkan oleh Allah SWT. Untuk itu percayalah bahwa kekuatan doa itu ada. Jika harapan belum terwujud teruslah berdoa, jangan sampai putus asa. Karena sesungguhnya Allah SWT begitu dekat dengan umatnya yang senantiasa berdoa dan meminta kepada-Nya.
Ada Do'a 4 para nabi yang dijawab Allah dengan Kalimat "fastajabna" Â di dalam Al-Qur'an diantaranya Nabi Nuh, Nabi Ayyub, Nabi Yunnus dan Nabi Zakaria.
1. Doa Nabi Nuh yang pertama kali di jawab Allah dengan kalimat "fastajabna" dalam (Qs. Al-Anbiyah : 76) ketika beliau putus asa mengharapkan kebaikan dan keberuntungan kaumnya, melihat sama sekali tidak ada kebaikan dalam diri mereka, menyakiti, menentang dan mendustakannya dengan segala cara, baik dengan tindakan maupun tutur kata, akhirnya Nabi Nuh memanjatkan doa karena marah, lalu Allah memperkenankan dan mengabulkan doanya.
2. Doa kedua dari Nabi Ayyub yang di jawab Allah dengan kalimat "fastajabna" dalam (Qs. Al-Anbiyah : 83-84) ketika Allah menimpakan cobaan kepada Nabi Ayub dengan melenyapkan keluarganya, harta benda, dan anak-anaknya.
3. Doa ketiga dari Nabi Yunnus yang di jawab Allah dengan kalimat "fastajabna" dalam (Qs. Al-Anbiyah : 87-88) ketika Nabi Yunus menyeru mereka (penduduk kota) untuk menyembah Allah Swt, tetapi mereka menolak dan tetap tenggelam di dalam kekafirannya.
4. Doa ketiga dari Nabi Zakaria yang di jawab Allah dengan kalimat "fastajabna" dalam (Qs. Al-Anbiyah : 89-90) ketika Nabi Zakaria memanjatkan doa kepada Allah untuk mendapatkan keturunan. Beliau sangat prihatin karena tidak dikaruniai keturunan, sehingga merasa khawatir tidak akan ada yang meneruskan perjuangan dakwahnya.
Do'a bukan hanya sebatas meminta pertolongan, tetapi juga merupakan bentuk ibadah dan penghormatan kepada Allah Swt. Melalui kepercayaan dan ketenangan yang diberikan oleh doa, seseorang dapat menghadapi kesulitan dengan sikap yang lebih positif dan tangguh.
Do'a mempunyai eksistensi dan kekuatan yang sangat dahsyat, karena do'a mampu menembus ruang angkasa, tembok yang kokoh, lautan yang luas dan dalam, jurang yang terjal sekalipun, dan apapun bentuk kesulitan yang dihadapi jika kita berusaha maksimal diiringi dengan do'a, maka insya Allah mampu ditembus dengan apa yang disebut do'a, lantaran begitu dahsyatnya keampuhan do'a itu sendiri.
Sangat banyak ayat dalam Al Quran yang mengemukakan tentang do'a, baik menyangkut etika berdo'a, pernyataan dan janji Allah akan kabulkan do'a hambanya, sampai kepada ancaman Allah SWT bagi hambanya yang malas berdo'a.
Kisah para Nabi diatas menjadi pembuktian bahwa betapa dahsyatnya kekuatan do'a mampu menembus berlapis-lapis kesulitan yang sekokoh, sesulit, dan mustahil sekalipun, maka jika do'a yang kita sampaikan diterima oleh Allah Swt. tidak ada yang dapat membendungnya sekalipun itu sangat mustahil.Â