Mohon tunggu...
Tia Subu simamora
Tia Subu simamora Mohon Tunggu... Mahasiswa - Bismillah Huwa awal wal akhir

anak bontot

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Niat Menjadi Seorang Musyrifah di IAIN PSP Jadi Petaka

13 Januari 2022   23:09 Diperbarui: 13 Januari 2022   23:34 1147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi. Tugas pertama seorang musyrifah

 Tiba pada saat pembekalan tia melihat lanna dan nur ikut dalam acara pembekalan. tia tidak tahu jika lanna dan nur ikut mendaftar. pada saat pembagian asrama ternyata lanna dan tia mengajar dia asrama yang sama dan nur di asrama lainnya.Benar perkiraan tia, jadi seorang musyrifah itu tidak mudah. 

Harus Extra bisa membagi waktu. 24 jam=1.440 menit =86.400 detik ini harus bisa membagi waktu, belajar untuk diri sendiri, ngerjain tugas, dan mengajar adek-adek asrama. Mulai mata terbangun dari tidurnya jam 5 subuh, udah harus mualai mengajar ngaji dan mufrodat bahasa Arab dan vocabulary bahasa inggris,  jam 8 pagi masuk kampus sampai dengan siang. Sore udah kontrol anak-anak ngaji dan sholat jam'ah. Ba'da magriba kontrol makan malam, ba'da isya ngajar mengaji hingga jm jarum jam neunjuk angka 10, baru boleh bubar. Waktu belajar malam seorang musyrifah itu ditas jam 10. Sampe-sampe BB tia - + 48 kg.

Belum lagi mikirin adek-adek yang belum bisa baca Al-Qur'an, intinya sih udah kayak mama mudah yang kulaih. Dimana tugas kuliah numpuk tapi harus bisa mengurus anak-anaknya yang belum bisa ngapa-ngapain. Apalagi ngurus yang lagi sakit. Manja banget kadang anak-anaknya. Tapi itu semu adalah proses pendewasaan buat seorang musyrifah sekaligus calon ibu rumah tangga dan wanita karier,, aamiin. 

Dokumentasi dari akun Fb pribadi (Tia subuh simamora)
Dokumentasi dari akun Fb pribadi (Tia subuh simamora)
Aamin


setehun berlalu tanpa terasa. ternyata tia, lanna dan nur sudah semester 5. masa mereka sudah kadaluarsa dan tidak akan diterima jika ingin manjadi seorang musyrifah lagi. merekapun berniat mancari kos-kosan untuk memindahkan barang-barang karana libur semester sudah diambang pintu.....
"pekerjaan sebagai musyrifah sudah selesai. Berarti Hp hadiah pemberian sudah sah jadi hak miliku" dalam hati. Tia senang benget punya Hp. 5 tahun dia tidak pernah menggenggam  benda yang berbentuk pipih tersebut. 

Setelah memasuki semester 5 tia menjalani aktivitasnya seperti biasa. Pagi itu tia berjalan dengan santai menuju kampus yang kira-kira 250m dari kos-kosannya. Sesampai di kelas semua teman-teman sudah bergabung. Tiba-tiba dosen pegampu matakuliah pagi hari itu  terlihat sedang mengetik di dalam grup whatssap. Ternyata isi pesannya adalah "assalamualaikum. Maaf hari ini saya tidak bisa berhadir, insyaallah kita jumpa di pertemuan selanjutnya."  Satu persatu teman-temanya pergi meninggalkan kelas. Tapi fatimah temannya tia mengajak tia berkunjung ke asrama. Katanya mengenang perjuangan saat menjadi seorang musyrifah. Tia tidak bisa menolak ajakan itu. 

Mereka berdua meninggalkan kelas menuju kamar fatimah di lantai 2. Tak berapa lama pintu kamar diketok ternyata seorang mahasasantri ada yang sakit dan harus dibawa kerumah sakit. Tia dan fatimah bergegas membawa kerumah sakit, tepatnya ke rumah sakit Elizabet, tepi orang-orang di padangsdimpuan juga menyebutnya dengan rumah sakit katolik. Dirumah sakit  tia masih chetingan dengan temannya yang ada di jakarta, membahas perihal kuliah lanjutannya.

Karena batrai Hapnya sisa 19% lagi tiba mematikan data Hpnya dan memasukkan ke dalam tasnya.  Setalah diberi resep obat oleh dokter mereka jalan kaki menuju apotek yang tak jauh dari  rumah sakit tersebut, sambil cari angkot pulang. Tak ada yang aneh pada saat mereka di menaiki angkot saat ingin pulang. "tia gak ikut ke asrama lagi yah, tia langsung ke kos aja". "Iyah, makasih yah udah nemanin aku" jawab fatima sambil berpisah dipersimpangan.

Sesampai di kosaan tia membuka tasnya dan meraba kedalam untuk mengambil hpnya karena dayanya sudah lemah. Tapi tangannya tidak menemukan benda kesayangan yang dia rela jadi musyirifah setahun demi mendapatkan itu. "Astagfirullah, kok Gak ada sih" ujarnya dalam hati. Dibongkar tasnya dengan brutal memastikan hpnya terselip di saku tasnya.  "benar Hp aku hilang" dalam hati dengan lemas.
Tia sedih banget saat itu. Selain hp itu pemberian abangnya tugas-tuagas kuliahnya juga dia kumpul disitu, belum lagi Kartu Mahasiswinya juga hilang karena dia selalu selipkan kartu itu di Hpny.

Dia curhat ke teman dekatnya perihal hpnya  yang hilang. Temannya cuman menasihatinya "mungkin Hp itu masanya untukmu hanya saat kamu jadi musyrifah saja, dan kamu salah niat untuk mendapatkan Hp itu". Sontak tia mengingat bahwa dia mau jadi musrifah karena hadiah HP baru dari abangnya. Bukan dari niat yangbersih untuk mengajarkan ilmu yang dia miliki.
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun