Self-harm adalah masalah serius yang semakin meningkat, terutama pada remaja. Self-harm merupakan tindakan menyakiti diri sendiri dengan sengaja tanpa berniat untuk mengakhiri hidup, biasanya ini merupakan cara untuk mengatasi emosi yang sulit diungkapkan dan bertujuan untuk mendapatkan kepuasan pribadi. Remaja yang melakukan self-harm mungkin karna ia mengalami emosi yang intens seperti depresi, kecemasan, kemarahan, atau rasa kosong. Mungkin saja mereka tidak bisa berbicara tentang perasaan mereka atau tidak bisa menemukan cara sehat untuk mengatasinya.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko self-harm pada remaja meliputi: Tidak memiliki teman atau mengalami bullying, memendam rasa negatif terlalu lama, mencari perhatian, mengalami konflik keluarga, dan pengalaman trauma dapat meningkatkan perasaan rendah diri, kesepian, hampa, dan mati rasa, yang meningkatkan risiko self-harm. Ada pula contoh self-harm meliputi: melukai kulit dengan benda tajam seperti pisau dan silet, memukul diri sendiri dengan benda keras hingga menimbulkan memar dan luka, membakar kulit dengan menggunakan benda panas, menggaruk kulit dengan keras hingga mengakibatkan luka, menggigit bagian tubuh seperti lengan dengan keras, menelan benda berbahaya seperti kaca, jarum, bahkan bahan kimia, dan menarik rambut hingga mengalami kerontokan serta luka di kulit kepala.
Self-harm dikategorikan menjadi 3 macam berdasarkan tingkat keparahannya. Tingkat self-harm yang paling parah dan bahkan bisa mengancam nyawa adalah major self mutilation. Tindakan itu biasanya dilakukan oleh penderita gangguan mental psikosis. Tingkat self-harm dengan keparahan menengah adalah Stereotypic self injury, merupakan tindakan melukai diri yang dilakukan secara berulang-ulang. Umumnya self-harm jenis ini dilakukan oleh penderita kelainan mental autisme. Dan jenis self-harm dengan tingkat keparahan yang lebih ringan dibandingkan dengan jenis lain adalah superficial self mutilation. Walaupun superficial self mutilation dikatakan lebih ringan tetap tidak boleh diabaikan.
Berikut beberapa tanda yang mungkin menunjukkan bahwa seorang remaja mengalami self-harm: ada luka atau bekas luka yang sama secara berulang dan tidak dapat dijelaskan, selalu muncul luka baru, menyimpan atau sering membawa benda tajam seperti silet, sering merasa dirinya tidak berharga, dan selalu mengenakan pakaian lengan panjang atau celana panjang walaupun cuaca panas, untuk menutupi luka yang ada di tubuh.
Cara mengatasi self-harm adalah dengan melakukan hal-hal positif untuk mengalihkan perhatian dari hal-hal yang dapat melukai diri sendiri. Salah satu hal positif yang dapat dilakukan yaitu dengan berolahraga, berolahraga dapat membuat diri menjadi lebih tenang dan melupakan hal-hal yang dapat membuat diri emosi. Selain itu, olahraga juga dapat membantu melepaskan emosi dan memperbaiki suasana hati yang sedang tidak baik.
Cara lain mengatasi self-harm yaitu dengan mulai berteman dan menemukan orang-orang yang dapat support dirimu. Mengatasi self-harm bisa menjadi tantangan besar dan membutuhkan pendekatan yang menyeluruh, tetapi dukungan dari komunitas bisa memainkan peran penting dalam proses penyembuhan self-harm. Beberapa cara komunitas dapat membantu mengatasi self-harm: bergabung atau membentuk grup, cara ini dapat membantu anggota komunitas merasa terhubung dan didukung. Individu dapat berbagi pengalaman serta mendapat dukungan dari orang-orang yang mengerti situasi mereka, dan mengikuti kegiatan seperti workshop atau menyelenggarakan lokakarya dan seminar tentang kesehatan mental yang bisa diikuti oleh komunitas. Kegiatan ini dapat dirancang untuk meningkatkan rasa percaya diri.
Anggota komunitas dapat saling mendukung dan memberikan pendampingan kepada individu yang sedang berjuang mengatasi self-harm. Mendengarkan dan memahami pengalaman orang lain dapat memberikan rasa dukungan dan mengurangi rasa kesepian. Komunitas dapat memberikan edukasi serta menyediakan informasi yang akurat dan terpercaya tentang self-harm, penyebabnya, dan cara mengatasinya. Informasi ini dapat membantu individu memahami kondisi mereka dan mengambil langkah-langkah yang tepat. Berbagi pengalaman bersama dapat membantu individu merasa tidak sendirian dan yakin bahwa mereka bukan satu-satunya yang mengalami self-harm. Mendengar kisah orang lain yang berhasil mengatasi self-harm dapat memberikan harapan dan motivasi.
Komunitas dapat mengingatkan pentingnya menjaga kesehatan fisik, seperti olahraga teratur dan pola makan seimbang, serta dapat mengajarkan teknik relaksasi seperti meditasi, pernapasan dalam, atau yoga untuk membantu individu mengelola emosi dan mengurangi stres yang dapat berpengaruh positif pada kesehatan mental. Komunitas dapat membantu individu meningkatkan keterampilan komunikasi mereka untuk mengekspresikan perasaan dan kebutuhan mereka dengan lebih efektif.
Dukungan dari orang-orang terdekat sangat penting untuk kesuksesan dalam mengatasi self-harm, komunitas dapat membantu individu melibatkan keluarga dan teman dalam proses penyembuhan. Komunitas dapat menyediakan pendamping atau mentor yang bisa memberikan dukungan dan bimbingan dalam mengembangkan keterampilan koping yang positif. Membantu individu terhubung dengan layanan hotline atau layanan konseling yang bisa diakses kapan saja bagi individu yang membutuhkan dukungan segera. Mendorong anggota komunitas untuk terlibat dalam program sukarelawan yang mendukung kesehatan mental.
Program sukarelawan yang dapat dilakukan adalah program bantuan korban bencana, program konservasi alam, yaitu upaya untuk melindungi sumber daya alam yang penting bagi kehidupan manusia, program donor darah, dan menjadi relawan lingkungan untuk membantu melestarikan lingkungan sekitar. Dengan mengikuti kegiatan-kegiatan ini dapat membuat individu menjadi lebih sadar betapa berharganya diri kita sendiri bagi lingkungan dan orang yang ada di sekitar kita.
Dukungan komunitas bukanlah pengganti perawatan profesional. Individu yang mengalami self-harm tetap harus mencari bantuan dari profesional kesehatan mental. Penting untuk diingat bahwa self-harm bukanlah tanda kelemahan atau kurangnya ketahanan diri individu. Ini adalah cara yang tidak sehat untuk mengatasi kesulitan hidup. Jika anda atau seseorang yang anda kenal mengalami self-harm, segera cari bantuan profesional.
Mengikuti komunitas-komunitas ini dapat memberikan dukungan emosional, memberikan informasi yang berguna, dan membantu individu merasa tidak sendirian dalam perjuangan mereka. Penting untuk diingat bahwa setiap individu berbeda, dan apa yang berhasil bagi satu orang mungkin tidak sama untuk yang lain, jadi fleksibilitas dan pemahaman sangat diperlukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H