"Setelah lulus kuliah, mau jadi apa?"
Begitulah pertanyaan yang sering dilontarkan keluarga, teman,kerabat, dan bahkan diri sendiri. Itu juga yang ku alami enam tahun lalu setelah menyelesaikan studi di perguruan tinggi.
Aku beruntung karena saat itu aku ikut proses seleksi menjadi karyawan PT HM Sampoerna Tbk. Â Jadi, jawabanku atas pertanyaan di atas adalah bekerja. Kupikir, dengan menjadi karyawan, seseorang dapat menunjukkan arti penting keberadaannya dalam sebuah organisasi.
Sebetulnya, waktu itu aku hanya tahu Sampoerna sebagai salah satu perusahaan besar dan multinasional. Aku tidak begitu tahu seluk-beluknya.
Sempat kontemplasi, apa iya masuk ke industri yang sering dihakimi, bahkan produknya tidak ku konsumsi. Berbekal nekat tapi ku yakini ini keputusan tepat.
Bekerja dan berada di dalam Sampoerna membuat mata ini makin terbuka, banyaknya potensi anak bangsa yang ternyata setara dengan bangsa-bangsa lain membuat semangat semakin membara untuk berkarya. Perusahaan ini besar dan kokoh tentu karena penggeraknya, siapa lagi kalau bukan pekerjanya. Belajar dari sesama adalah langkah yang paling cocok untuk ku, karena kalau harus belajar lagi di bangku S2 rasanya badanku terlalu kaku. Aku yakin dunia ini lebih luas dari ruang kelas.
Â
Terpapar oleh banyaknya isu dan desakkan akibat produknya, semakin membengkak tanda tanya "apa iya segitunya?".Namun ketika coba ku pelajari hulu ke hilirnya Industri dimana Sampoerna berada, semakin membuat diri kecil ini terpana...ternyata banyak yang bernaung, bergantung, serta besar dan mengakar kontribusinya. Cukai?? Itu hanya salahsatunya, serapan tenaga kerja, sumbangan pajaknya, ekspornya, dan penciptaan nilai disetiap mata rantai perdagangannya kadang luput untuk dihasut.
Â
Aturan dan batasan tentu perlu, yang diatur tentunya harus atas dasar 'perlu' bukan 'asal mau'. Lebih daripada yakin dan setuju kalau ada jutaan masyarakat yang kesehatannya harus dijaga, namun ada juga jutaan petani dan pekerja yang menjadikan industri ini sawah ladangnya.Â
Â
Bicara mengenai dampak konsumsi, sebenarnya rokok tidak sendiri, hanya saja sudah lebih dahulu dihakimi. Banyak yang memandang sebelah mata, sudah biasa. Namun kalau boleh meminta, mari coba kita lihat industri ini dari sisi lainnya yang kadang jarang dicermati, bukan meminta dikasihani, hanya yakin kalau bangsa ini bisa arif dalam mensikapi ketimpangan informasi.
Â
Enam tahun sudah aku menjadi bagian dari keluarga Sampoerna, semakin bertambah rasa kagum dan bangga. Berada di dalam Sampoerna telah mengajarkanku bahwa banyak sisi dari setiap hal, danpelajaran ini tentu sangat mahal. Bangga menjadi bagian dari Sampoerna itu sudah tentu, semoga Sampoerna juga bangga memilikiku.Â
Â
103 tahun bukan waktu yang sebentar,sebuah pembuktian akan wujud sebuah pengabdian. Kadang dilihat sebelah mata bukan berarti tak berdaya, sekarang tinggal kita lihat dari sebelah mananya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H