Dimakan dikunyah,
Assalammu'alaikum semuanya :)
MasyaAllah ceria banget pagi hari ini. Semoga tetap ceria dan senantiasa diberikan kesehatan oleh Allah Subhannallahu Wa Ta'ala. Segala apa yang kamu panjatkan semoga segera terkabul. Aamiin....
Kali ini saya ingin bercerita kepada para pembaca mengenai kejadian di masa kecil. Kejadian masa kecil yang mana nih ? Kan banyak tuh peristiwanya. Saya akan bercerita tentang setiap orang yang pernah mengalaminya. Iya apa ? Teman-teman waktu kecil sekitar usia belum baligh diajarkan ayah/bunda untuk belajar puasa.Â
Yah, memang gak sampai magrib tapi sampai dhuhur saja. Walaupun begitu, anak kecil disuruh untuk menahan gak makan minum itu sulit. Kalau gak ada orang tua, sembunyi-sembunyi buka pintu kulkas. Melihat ada cemilan dan air dengan santainya dilahap. Ketika ketahuan orang tua langsung cepet-cepet mengumpat agar gak ketahuan. Hiks...hiks...
Hikmah yang bisa kita dapat saat orang tua kita menyuruh berpuasa yakni sabar. Kesabaran untuk menahan tidak makan, minum, dan menahan hawa nafsu. Menjelang kita sudah baligh, kewajiban berpuasa mulai diberlakukan. Awalnya puasa bedug (dhuhur) sekarang dilatih untuk puasa sampai maghrib. Nah, pernah gak kalian berfikir ? bahwa islam itu sudah mengajarkan kita untuk me-management diri. Salah satunya dengan berpuasa. Ha, apa itu management ? Memangnya kita butuh ya me-management diri ?
Ok, mari kita berbicara tentang management diri. Satu set keterampilan yang sangat penting untuk keberhasilan diri sendiri. Baik di dalam rumah ataupun di luar rumah. Management diri memiliki beberapa nama dan beberapa konsep yang terkait dengan itu. Kita juga akan membicarakannya dalam hal, marshmellow, tanda berhenti, squeezy ball, dan mngajar.
Mari kita mulai dengan marshmellow. Tahun 1960-an seorang profesor Stanford bernama Walter Mischelle ingin mengukur kemampuan anak-anak untuk menunda kepuasan sehingga dia melakukan eksperimen management diri yang inovatif. Salah satunya menggunakan media marshmellow sebagai penelitian.Â
Dia akan mengatakan, " Saya akan pergi selama 15 menit, jika kamu ingin makan marshmellow maka makanlah jika kamu bisa menunggu sampai saya kembali. " Eksperimen ini dilakukan untuk menguji seberapa kuatnya anak-anak untuk menunggu makan marshmellow. Hasil eksperimen ini menunjukkan bahwa terdapat anak-anak yang tidak sabar untuk menyantap marshmellow. Ada juga anak yang lebih memilih menunggu.Â
Mischelle mengatakan bahwa meskipun mereka berusaha sebaik mungkin, 2/3 anak-anak memakan marshmellow sebelum penelitian kembali pada tahun-tahun sejak itu percobaan telah disalin berkali-kali dengan anak-anak dari komunitas yang berbeda etnis dan latar belakang di berbagai negara di seluruh dunia.Â
Biasanya dua pertiga dari anak-anak makan marshmellow disinalah hasil percobaan Mischelle menjadi sangat menarik setelah menjalankan percobaan banyak kali di California timnya melacak semua alat tes marshmellow yang dapat mereka temukan 10 tahun kemudian, 20 tahun kemudian, 30, 40 dan mereka menemukan beberapa hasil yang mengejutkan. Anak-anak yang dapat menunggu untuk suguhan kedua mendapat nilai lebih baik.Â