Mohon tunggu...
Tias  Anggraini
Tias Anggraini Mohon Tunggu... Lainnya - Aku Kamu dan Dia

Berkarya tebarkan Inspirasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kedekatan Ibu dan Kamu di Masa Kecil

4 Oktober 2021   16:48 Diperbarui: 4 Oktober 2021   16:49 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Assalamualaikum Ayah/Bunda, apa kabar hari ini ? semoga sehat selalu ya 

Para ayah pasti pernah merasakan cemburu kepada bunda. Hah, cemburu? 

Cemburu jika istrinya lebih dekat dengan anak. Sangking, bapak-bapak sibuk banget dengan kerjaannya. Waktu luang bersama keluarga menjadi berkurang. 

Pulang kerja malam, istri menanti anak sudah tidur. Belum sempat berpelukkan dan berucap sepatah kata pun pada anak. Akhirnya hubungan ayah dengan anak kurang akrab. Sering canggung, malu-malu, dan merasa sungkan terhadap ayah. 

Kok bisa ya ? hubungan antara ibu dan anak begitu melekat bak kertas perangko. 

Apalagi, kalau ibu dengan anak perempuan nempel terus. Biasanya suka dibilang kembaran/ adik kakak sama orang-orang. Hubungan ibu dengan anak laki-laki selalu dimanja. 

Gak usah jauh-jauh deh. Waktu kita di dalam kandungan relasi kepada orang tua sangatlah dekat. Terutama ibu, selalu mendekap kita kemana pun ia pergi. 

Dewasa ini, kita semakin peka terhadap rasa. Rasa rindu, ketika kita bekerja di luar kota harus meninggalkan orang tua. Merasa kehilangan, ketika salah satu orang tua kita telah pulang menghadap Sang Illahi. Semua rasa itu sudah dibina mulai dari kita kecil hingga sekarang. 

Ok, kita flashback di tahun dulu. Ketika kita dikeluarkan dari rahim ibu, ada suster yang membantu dalam persalinan. Setelah lahiran anak diberikan kepada ibunya untuk di peluk. Pernah melihatkan ketika bayi menangis seketika tenang dalam dekapan ibu.

 Ini menunjukkan bahwa kontak ibu yang dilakukan akan memberikan pengalaman mendasar untuk anak. Ibu yang melakukan pendekatan kepada bayi setelah melahirkan mendapatkan perhatian sebesar 50 persen.

Hubungan kedekatan ini biasa dikatakan dengan "Kelekatan"

Apa itu Kelekatan ?

Kelekatan menurut Bowlby ialah kecenderungan dan keinginan seseorang untuk mencari kedekatan dengan orang lain dan mencari kepuasan dalam hubungan dengan orang. 

Apa sih ciri-ciri seseorang itu dapat dikatakan lekat pada orang lain ? Sesorang akan merasa cemas ketika berpisah dengan orang terdekatnya. Menjadi bahagia dan lega ketika orang terdekatnya kembali. 

Saya jadi teringat, ketika usia balita sekitar 3 tahun. Saya anak rumahan banget, sukanya tidur ditemani oleh ibu. Suatu ketika ibu meninggalkan saya yang sedang tertidur pulas. 

Sekian beberapa menit, saya membuka mata lalu menangis mencari ibu, "Bu..ibu..ibu.." Ternyata ibu saya keluar mencari kakak, ditinggal lah saya sendiri. 

Pikir saya dulu, takut ada sesuatu (ada hantu). Ketika ibu saya datang, "Hai habis nangis ya, uh tu..tu," ucap ibu ku.Saya merasa lebih tenang, aman, dan senang.  

Saat usia 5-6 tahun, ketika saya bersedih. 

Ibu saya hanya berucap,"Diam !!!" dengan nada marah. 

Saya juga pernah menangis di hadapan ayah lama, tapi ayah saya diam dan menjauh. Nah, sifat ini membuat anak menebak-nebak dan secara tidak sadar menjadikan anak tumbuh dengan pribadi yang insecure, cemburuan, dan enggan dekat dengan orang lain. Menjelang dewasa, akhirnya agak canggung kalau mau ngobrol dengan ayah. 

Salah satu cara agar kita gak mudah cemburuan di awal dewasa, harus lebih dekat lagi dengan ayah. Jika ayah butuh anaknya akan selalu ada di dekatnya.  Dalam hal ini kita bisa melihat dari pola-pola attachment. Menurut Bowbly terdapat tiga pola pola/gaya attachment (kelekatan), yaitu: 

1. Secure attachment(pola aman) 

Kita merasa percaya terhadap ibu sebagai sosok yang selalu siap mendampingi, sensitif dan responsif, penuh cinta dan kasih sayang ketika kita mencari perlindungan maupun kenyamanan, dan selalu menolong atau membantunya dalam menghadapi situasi yang mengancam dan menakutkan. 

Kita yang mempunyai pola ini percaya adanya responsifitas dan kesediaan orang tua. 

 2. Resistant attachment(pola melawan/ambivalen).

Kita merasa tidak pasti bahwa ibu selalu cepat tanggap datang pada saat membutuhkan mereka. 

Akibatnya, kita mudah mengalami kecemasan untuk berpisah, cenderung bergantung, menuntut perhatian dan cemas dalam beradaptasi terhadap lingkungan. 

Dalam diri kita muncul ketidak pastian akibat orang tua yang terkadang tidak selalu membantu dalam setiap kesempatan. 

 3. Avoidant attachment(pola menghindar). 

Orang tua selalu menghindar dari kita mengakibatkan melakukan penolakan juga terhadap orang tua. Kita tidak memiliki kepercayaan diri karena ketika mencari kasih sayang tidak direspon atau bahkan ditolak. 

Kita akan cenderung memenuhi kebutuhan akan cari perhatian  sendiri kepada orang lain tanpa bantuan orang tua.

Fase-Fase Kelekatan 

1. Fase 1 (0-3 bulan) 

Fase dimana bayi memiliki kelekatan dengan ibunya atau dengan orang di lingkungan sekitar. Cara bayi untuk mengekspresikan dengan cara tersenyum dan berceloteh.

2. Fase 2 (3-6 bulan) 

Pada  fase sebelumnya bayi sangatlah murah senyum kepada semua orang. Tetapi pada fase dua, bayi memberikan senyuman kepada orang yang ia kenal. Dia akan membuang wajah kepada orang awam, kecuali orang tersebut sigap dengan sinyalnya. 

3. Fase 3 (6-3 tahun )

Anak menunjukkan kelekatan intens  dan ekslusif. Contoh seperti cerita yang saya alami tadi. Usia 7 bulan,  anak ketakutan dan menangis ketika melihat orang asing. Usia 8 bulan, anak akan senantiasa mengikuti orang tua kemana-mana.

4. Fase 4 (3- 6 tahun)

Anak mulai berani dekat dengan orang asing, tanpa ada rasa takut.

Dampak kelekatan untuk perkembangan anak usia dini

Apa yang anda dapatkan ketika dekat orang tua terutama ibu ? 

Banyak sekali pelajaran dalam kehidupan yang bisa kita tiru dari ibu. Pertama, sifatnya yang ramah, penuh semangat, penyanyang, sabar, tekun, dan masih banyak lagi.

Ketika kita dekat dengan ayah, kita bisa mengenal apa itu tanggung jawab, kerja keras, dan lainnya. Kelekatan ini memberikan efek kepada anak dalam hal mengembangkan moral. 

 

SEKIAN SEMOGA BERMANFAAT :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun