Tepat setahun sejak pertama kali ditemukannya COVID-19 di Indonesia, muncul sebuah varian baru yang diberi nama B117 yang ditemukan di 2 orang pasien COVID-19. Varian baru tersebut ditemukan setalah dilakukan pengecekan terhadap 462 kasus COVID-19 dalam beberapa bulan terakhir.Â
B117 adalah strain baru SARS-CoV-2 yang bermutasi. Virus SARS-CoV-2 bermutasi akibat semacam "salah ketik" materi genetik dalam proses replikasi virus. Penelitian menunjukkan laju kesalahan pada virus corona mencapai 2 huruf per 30.000 huruf genetik.
Dikutip dari CNN, kesalahan penulisan materi genetik pada virus ini bisa terjadi karena 3 hal :
1). Masih masifnya penyebaran virus di masyarakat
2). Penyebaran virus dipopulasi dengan kelainan imun, serta
3). Terapi Plasma Konvalesen (TPK) pada pasien dengan imun no kompromi
Varian ini pertama kali ditemukan di wilayah Kent, Inggris pada akhir tahun 2020, tepatnya tanggal 14 Desember. Ahli epidemiologi dan ahli virologi menyebut bahwa virus B117 lebih mudah menular jika dibandingkan jenis lainnya.Â
Data WHO menyebut bahwa virus ini sudah ada di 31 negara sejak desember 2020, dan pada februari 2021 lalu telah menyebar di 101 negara.
Dikutip dari Tribunjabar.id, ada sebuah laporan dari Inggris yang menyatakan bahwa varian baru B117 ini bisa meningkatkan risiko kematian akibat Covid-19. Itu berarti, B117 lebih berbahaya dibandingkan dengan varian COVID-19 yang lainnya.Â
Seorang pembicara dalam program "State Of The Union" dari CNN, Fahri mengatakan bahwa varian baru COVID-19 ini tidak bisa dianggap sepele dan harus ditangani dengan serius. Tidak hanya B117 saja, tapi juga varian-varian baru yang ditemukan di Afrika Selatan dan New York (Amerika Serikat).Â
Bagaimana gejala yang muncul jika anda terpapar virus COVID-19 mutasi B117 ini?
Gejala yang muncul tidak jauh berbeda dengan gejala pada varian yang lain. Seperti halnya, demam, sesak nafas, menggigil, nyeri otot, sakit kepala, kelelahan, tidak bisa merasakan juga mencium bau, hidung tersumbat atau meler, mual atau muntah dan diare.Â
Tercatat bahwa jumlah kasus COVID-19 secara global meningkat dalam sepekan ini. Padahal setelah 2 bulan lamanya, angka kasus berada dalam angka yang stabil. Peningkatan jumlah kasus ini, terjadi di wilayah Amerika, Eropa, Asia Tenggara, dan Mediterania Timur.
Bagaimana cara mencegah penularannya?
Selain Vaksinasi, harus selalu ingat untuk selalu menggunakan masker, dan menjaga jarak minimal 1 meter, serta jangan lupa mencuci tangan setidaknya 40 detik.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H