Mohon tunggu...
tiar rahman
tiar rahman Mohon Tunggu... -

enjineer yang iseng nulis. Nanti ditambahin kalo inget ya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Yang Tersisa dari Hujan

1 Desember 2010   03:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:09 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanpa menunggu persetujuanku Dimas langsung menuju dapur. Tangannya lincah mengupas jahe. Setelah jahe dan air dijerang, dia membuka kulkas. Diambilnya gula merah, dan diiris tipis.

Aku membuka tutup piano, duduk dan mulai menekan tuts-nya. Hmm.. ada sebuah lagu yang cocok untuk sekarang ini. Saat air jahe mendidih, musikku mengiringi harumnya. Kulihat Dimas menatapku terpana saat dia menambahkan gula merah dan sedikit lada.

“Judul lagunya apa sih, Winda? Beatnya enak juga!” katanya.

“Ini lagunya Utopia!” kataku.

Walau mulutku bersenandung aku enggan menyebut judul lagunya. Bandrek yang masih mengepul memanggilku untuk kembali ke meja. Hmm.. enak dan bikin hangat. Seperti kehadiran Dimas di tengah hujan ini. Akankah kata itu terucap sekarang? Aku tak terlalu berharap.

BB Dimas berbunyi, sekilas aku melihat nama Lin adi sana. Hatiku menahan gemuruh. Dimas berdiri.

“Ya sayang. Aku masih di rumah Winda”

“Iya. Aku habis minjem buku catatan kuliah waktu aku sakit dan gak ke kampus tiga hari lalu.”

“Jadi dong. Oh hujan sudah berhenti,” katanya sambil menyibak jendela.

Aku seperti tak ada. Ingin rasanya aku mempunyai mantera pemanggil badai.

“Ok. Aku pulang ke rumah dulu, habis itu langsung ku jemput kamu ya?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun