Mohon tunggu...
tiar rahman
tiar rahman Mohon Tunggu... -

enjineer yang iseng nulis. Nanti ditambahin kalo inget ya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cinta dan Wanita

2 Juli 2010   04:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:09 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

hatiku cuma ada satu
sudah untuk mencintaimu
tolong jangan sakiti lagi
nanti aku bisa mati

sayangku cuma untuk kamu
cintaku cuma sama kamu
tolong jangan hancurkan lagi
nanti aku bisa mati

*****

Shinta mencoel lengan Shanti. Mereka teman sejak kecil, nama dan potongan rambut yang hampir sama membuat mereka disangka anak kembar.
Shanti menoleh dan bertanya, "Ada apa Shin.. tugas fisika kamu dah beres? Aku masih ngerjain Geografi ni."
"Engga Shan.. Eh lu inget Doni gak? Temen sewaktu kita kecil. Tapi terus pindah dari kompleks ini karena orang tuanya pindah tugas," Shinta malah balik bertanya.
Shanti menjawab,"Eng.. Doni. Doni? Yang potongan rambutnya kayak Adi bing slamet ya?"
Shinta meneruskan, "Iya bener. Kemana ya dia sekarang?"
Shanti menggelengkan kepalanya, "Meneketehe...!"
"Tambah keren gak ya dia? Gue masih inget waktu main nikah-nikahan sama dia.."
"Wooooy.. Bangun. Orangnya juga dah kemana. Belum tentu juga dianya inget ame lo. Udah tuh lanjutin peer fisikanya," Shinta menutup dialog yang kagak jelas itu.

*****

"Diit..." suara diujung telfon memanggil namanya.
"Iya ada apa? Cepetan gue sibuk ni," jawab Didit yang sedang ditunggu temannya yang main basket.
"Engga.. Gue mau ngomong yang pribadi ama lo," sahut suara manja di ujung sana.
"Iya. Tapi cepetan," Didit melihat kawan-kawannya sudah asyik menggiring bola basket.
"Gini. Menurut analisa gue, setelah gue tes case ke elo, kita bisa jadian," lanjut suara di seberang sana.
"Gak lah. Gue nolongin lo tulus. Lagian lo kan tahu, gue udah punya pacar," suara Didit meninggi.
"Ah.. Jangan-jangan nama yang kamu ceritain itu boongan. Cuma buat aku cemburu aja," tetap saja suara pede itu keluar.
"Ngapain juga aku cerita boong? Kalo engga percaya telpon aja nomer ini," kata Didit sambil menyebutkan nomer telpon.
"Oke nanti gue telpon, tapi besok kita ketemu di perpus ya," pintanya.
"Engga usah.. Besok gue sibuk," Didit kesal bukan main.
"Kalo gitu gue yang ke kos.."
"Engga pake..." Didit menutup telpon dan berlari ke lapangan basket bergabung dengan teman-temannya.

*****

Arum termenung di kamarnya, hatinya masih saja sedih. Setelah tiga tahun jadian, dan menjalani indahnya cinta, Dimas memutuskannya. Masalahnya sebetulnya sepele, tapi Arum dan Dimas itu seakan bensin yang terpercik api. Dan Dimas memutuskannya.

Arum tahu Dimas takkan kembali lagi, sebab dia akhirnya jadian dengan teman dekatnya juga. Arum menarik diri dari mereka berdua, dan hidup bagai kerakap di atas batu. Teman-temannya sudah sering mengingatkan agar tetap semangat dan menyibukkan diri dengan unit aktivitas mahasiswa lainnya. Tapi ini tak pernah sama lagi, tanpa Dimas di sisinya.

Hapenya berbunyi, sebuah pesan mms dari Rida. Dengan enggan Arum membuka. Tenyata sebuah potongan lagu... dunia belum berakhir, walau kau putuskan aku.. masih ada teman-temanku, menemaniku..

Arum tersenyum walaupun berat. Yeaahh dunia belum berakhir.

*****

"Aa..," Sari berkata ke pacarnya.
"Iya.. Sayang," kata Riza.
"Masih ingetkan cerita Sari," tanya Sari
"Yang mana, kan banyak ceritanya," Riza balik bertanya.
"Aahh.. Aa lupa lagi. Kan Sari dah sering bilang," cecar Sari.
"Iya deh.. Aa ngaku.. Lupa banget, makanya ceritain lagi dong," Riza tak ingin kekasihnya meneruskan ngambeknya.
"Sari mau, saat melamar Sari. Nanti Aa pake kuda putih.. Atau..," Sari menggantungkan kalimatnya.
"Aa berdiri di atas mobil mercy putih kayak Richard Gere," sambung Riza.
"Iya.. Ih Aa pinter deh," puji Sari.

Sementara dalam hati Riza, ni Sari kebanyakan nonton film romantis. Kenapa juga meniru runaway bride sekalian.

*****

"Eh Nar, gue minta tolong dong?" pinta Rina.
"Mana.. Nomer berapa yang engga tahu," tanya Manar.
"Bukan itu Nar. Gue minta tolong, bilangin ke Ferdy, gue suka dia," kata Rina.
"Ya eloo. Bilang aja sendiri napa?" jawab Manar enggan.
"Ya gue malu. Mana bisa gue ngomong langsung. Lo kan tahu, gue orangnya gugupan. Apalagi di depan orang yang gue suka. Bisa a u a u aja yang keluar," lanjut Rina.
"Minta tolongnya sama temen cewek aja kek, si Dara gitu. Atau tulis surat aja, kalo surat mah mau gue nyampein," kata Manar.
"Udah deh, jangan. Kalo lo engga ikhlas bantuin gue mah jangan!" kata Rina

Dan suasana belajar bersama jadi gak enak lagi.

******

"Dik.. Ani.." kata Kang Jamal mantan kakak kelas Ani kebetulan sekarang kerja di tempat yang sama.
"Iya kang, ada yang harus diketikkan lagi?" tanya Ani.
"Engga.. Ani sudah punya pacar atau calon suami?" tanya Kang Jamal.
"Belum kang. Tumben nanya-nanya begitu?" dalam hati Ani juga deg degan.
"Eng.. Masa sih?" tanya Kang Jamal menyakinkan.
"Betul kok suer," jawab Ani.
"Eng.. Ani, sebetulnya akang menyimpan hati pada Ani sejak dulu," kata Kang Jamal.
"A.. Ani ju ju.." kata Ani agak gugup.
"Kalo Ani setuju dan mau menerima Akang.." kata Kang Jamal.
"Ani ma.. mau menerima Akang," kata Ani yang dari dulu juga menyimpan rasa yang sama.
"Kalo begitu, minggu depan Akang akan mengajak orang tua Akang ke rumah Ani, untuk melakukan pinangan," lanjut kang Kang Jamal.
"Boleh.. Nanti Ani bilang ke Abah," kata Ani.
"Dan sebulan kemudian kita meni..,"

.. TOK TOK TOK ... "Ani bangun Ani.. Lo gak kerja. Udah jam tujuh ni!" Suara orang yang mengetuk pintu. Itu si Tuti, ganggu mimpi indahku, gerutu Ani.

"Iya.. Bentar, Gue udah mandi tadi shubuh. Cuma ketiduran ni. Gue gosok gigi dulu dan ganti baju ya, Tuuut!"

*****

Udah ah.. Gak banyak komen lain-lain. Cape juga ngetik enam flash fiction. Silahkan disimpulkan masing-masing, yang mau nambahin-nambahin daah. Dan segera dikumpulin dalam 1x24 jam. Okeeehh..

diposting juga di mari http://tiarrahman.multiply.com/journal/item/776/Cinta_dan_Wanita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun