Mohon tunggu...
Tiarna Samosir
Tiarna Samosir Mohon Tunggu... Guru - Guru

Sosial, Lingkungan dan Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ulat Api

1 Juni 2024   23:11 Diperbarui: 1 Juni 2024   23:17 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Rupanya kamu tersentuh ulat api ini" kata ibu, bukannya segera menolong Rina.

Dengan hati-hati ibu meletakkan daun dan ulatnya di tanah. 

"Ulatnya sudah berubah menjadi warna kekuningan. Makanya  terasa jauh lebih sakit pengaruhnya" kata ibu

Dengan cekatan ibu membalikkan ulat dengan kayu kecil. Membelah perut ulat dan mengambil cairan dan usus ulat. Cairan itu disapukan ibu merata ke tangan Rina yang mulai agak membengkak. 

"Meskipun sesakit itu, obatnya ada dalam cairan ulat ini" kata ibu sambil mengoleskanya ke tangan Rina.

Rina hampir tidak percaya, bahwa cairan ulat itu menjadi obatnya. Rina belum pernah mengalami rasa sakit seperti ini. Kalau tersentuh ulat, biasanya rasa gatal yang muncul. Rina mengamati tangannya yang sudah diolesi cairan tubuh ulat. . Sementara, ibu sudah melanjutkan memetik kopi lagi. Rina mengamati tangannya yang bengkak. Rasa sakit itu telah hilang. Betapa takjubnya Rina. Rasa sakitnya benar-benar hilang tak sampai lima menit. 

Rina tersenyum-senyum selama memetik kopi di sore itu. Betapa ajaibnya, rasa sakit yang disebabkan ulat api penawarnya ada dalam tubuh ulat itu. Berarti, sepanjang ulat yang tersentuh itu ketemu, ia akan membayar dengan nyawanya. Penemuan ini sungguh hebat. Ulat api yang tersentuh membayar sangat mahal untuk dapat mengobati dampak yang diakibatkannya pada kulit yang tersentuh.

"Ayo kita pulang" suara ibu membuyarkan Rina. 

Hari sudah senja. Matahari menuju ke peraduannya. Ibu dan Rina segera bergegas membereskan kopi yang dipanen sepanjang sore ini. Hasilnya lumayan. Buah kopi di kebun ini sedang banyak-banyaknya. Harganya juga cukup  baik. Semoga cukup untuk digunakan menutupi kebutuhan keluarga. 

Dengan adanya peristiwa ulat api tadi, Rina merasa sedikit menyesal bersikap kekanak-kanakan siang tadi ketika ibu memintanya untuk membantu ke kebun. Tak seharusnya ia bersikap seperti itu terhadap ibunya. Ibu yang sudah memperjuangkan hidup dan pendidikan kakak dan Rina. Rina menatap wajah ibunya dengan rasa syukur. Ia menyelipkan doa di hatinya, semoga ibunya selalu sehat dan panjang umur. Input sumber gambarUlat Api-Gokomodo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun