Mohon tunggu...
Tiarna Samosir
Tiarna Samosir Mohon Tunggu... Guru - Guru

Sosial, Lingkungan dan Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ulat Api

1 Juni 2024   23:11 Diperbarui: 1 Juni 2024   23:17 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Iya,Bu" Rina tetap menyahut walaupun sesungguhnya ia sangat  ingin beristirahat hari ini.

Rina naik membonceng di motor yang dikendarai Ibu. Kendaraan ini dulunya dipakai ayah untuk bekerja sebagai guru honorer di sebuah SMA Swasta di kota kecamatan. 

Ibu masih sangat lincah mengendarai motor itu. Sesekali klaskonnya berbunyi untuk menghindari anak-anak yang bermain layangan di jalan. Ibu juga akan membunyikan klakson sambil mengnaggukkan kepala ketika bertemu kenalan atau teman-temannya. 

Akhirnya, motor berbelok ke jalan yang sudah sangat dikenal Rina. Jalan menuju kebun kopi milik keluarga, Kebun itu tidak luas, tetapi selama delapan tahun ini, mereka sudah bergantung pada hasil kopi itu. Ibu juga menanam beberapa kebutuhan dapur seperti cabai rawit, sayur atau berbagai rimpang di pinggir kebun. Beberapa pohon buah seperti nangka, apokad, sirsak dan pisang sudah ada di sana sejak Rina kecil. 

"Ibu yang hebat" pikir Rina.

"Ayo kita mulai dari ujung sana. Jangan sampai ada biji kopi yang tinggal,Rina" Ibu mengingatkan Rina berkali-kali. 

Rina semakin trampil memetik kopi, karena sudah terbiasa. Ayah berpulang ketika Rina mulai duduk di kelas 3 SD. Sejak saat itu, Ibu, Rina dan kakak hampir setiap hari diajak ibu ke kebun. Panen, membersihkan atau menabur pupuk sudah dilakukan Rina. Bahkan menggiling biji kopi dengan alat penggiling manual. Ibu selalu diam saat bekerja. Rina berusaha agar tidak terlalu jauh dari ibu.

"Awww, sakit" tiba-tiba Rina menjerit. Ia kesakitan. Rasa sakitnya segera menjalar sampai ke dekat ketiaknya.

"Ada apa?" tanya ibu dengan nada sedikit khawatir. Ibu takut jika ular yang mencatuk tangan Rina.

"Sakit,Bu" kata Rina sambil menunjukkan tangannya yang mulai memerah. 

Ibu segera memeriksa daun-daun kopi yang baru disentuh Rina. Benar saja, ibu menemukan seekor ulat bertanduk berwarna kekuningan. Ibu memetik daun di mana ulat itu bersembunyi di balik daun. Rupanya tangan Rina tersentuh pada ulat bulu itu. Ulat itu cukup besar dan sepertinya merupakan induk ulat. Ulat itu di kenal sebagai ulat api. Tersentuh sedikit saja, rasa sakitnya menjalar. Kelenjar dibawah ketik segera bereaksi untuk melawan pengaruh bisa dari ulat api tersebut.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun