Mohon tunggu...
Tiarna Samosir
Tiarna Samosir Mohon Tunggu... Guru - Guru

Sosial, Lingkungan dan Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ulat Api

1 Juni 2024   23:11 Diperbarui: 1 Juni 2024   23:17 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rina sudah menggerutu sejak tadi. Baru saja ia pulang dri sekolah. Sebelum makan siangnya selesai, ibu sudah memintanya segera selesaikan makannya.

"Cepatkanlah makanmu,Rin" kata ibu dengan wajah memelasnya.

"Bantu ibu. Kita akan segera ke kebun." tegas ibu sambil berjalan ke dapur. 

Segera saja ibu  membawa dua buah ember dan sarung yang warnanya sudah pudar. Tanpa memperhatikan Rina yang menunjukkan wajah merengut, ibu melintas di seberang meja makan menuju teras.

Mau tidak mau, Rina segera menyelesaikan makan siangnya. Menyimpan piringnya ke ember di sudut dapur tanpa sempat mencucikannya. Sesekali dihentakkannnya kakinya sebagai tanda protes. Rina merasa lelah hari ini setelah praktik olahraga pagi tadi di sekolah dan ingin istirahat.

Segera Rina mengganti pakaiannya dengan pakaian ke kebun. Celana jins panjang dan kaus merah lengan panjang. Ia harus melindungi kulitnya dari gigitan nyamuk dan serangga lain. Ia juga mengambil sepatu boot yang ada di dapur. Sepatu boot itu dulunya milik kakak. Sudah mulai robek di bagian tumitnya. Tapi masih cukup berfungsi melindungi kakinya dari ulat bulu yang biasa ada di rumput kebun. Tak lupa juga ia mengambil sebuah kain sarung untuk menutupi kepala dan wajahnya dari sengatan matahari. 

Rina tidak pernah berani membantah ibunya. Apalagi setelah ayah tiada 8 tahun lalu. Mereka sangat tergantung pada hasil kopi peninggalan ayah. 

Ibu mengatakan, uang penjualan kopi itu tidak begitu banyak. Kopinya sudah tua. Uang penjualan kopi itu harus cukup untuk memenuhi kebutuhan. 

"Kebutuhan sekolahmu dan kakakmu cukup besar" itulah alasan ibu setiap kali Rina mengusulkan supaya mengambil pekerja untuk membantu ibu.

"Ayo, lebih cepat, Rina", ibu sedikit berteriak memanggil Rina yang masih berlambat-lambat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun