Kombur merupakan istilah yang umum di gunakan di pesisir Sumatera Utara. Kombur berarti ngomong ngalor ngidul. Bisa dilakukan siapa saja. Biasanya yang paling banyak melakukan kombur adalah emak-emak. Tapi tidak tertutup buat siapapun juga.Kombur tidak sama dengan menggosip. Hanya ngomong-ngomong.Â
Hatiku tergelitik dan sesekali ikut tertawa mendengar kombur 4 pemuda ini. Mereka sedang diajak Bapak bekerja di kebun. Membersihkan rumput yang tumbuh tak beraturan di antara pohon kopi yang sedang berada pada musim tidak ada buah. Sebenarnya, mereka semua adalah anak yang sedang sekolah dan tinggal ngekos di sekitar sekolah mereka.Â
Sebagai anak muda, anak petani, kadang mereka membutuhkan tambahan uang saku. Mereka akan senang sekali jika ditawari pekerjaan di kebun. Termasuk di kebun kopi kami. Kebun itu tidak begitu luas. Hanya ada 600 batang kopi di dalamnya.Â
Hujan yang turun hampir setiap hari menyebabkan pertumbuhan gulma menjadi sangat cepat. Jika dibiarkan, tentu saja gulma ini akan mempengaruhi tumbuh kembangnya tanaman kopi.Â
Sebutlah namanya Dodi, Irvan, Rio dan Muna. Tanpa menghentikan pekerjaan atau sejenak berhenti sambil mengumpulkan tenaga, demikianlah kombur mereka :
Dodi: "Rio, tahu kamu kalau ada anak lahir?"
Rio: "Iya, kalau lahir laki-laki dibawalah pisang. Dibawa orang yang bertamu melihat si Bayi."
Irvan: "Kalau lahir perempuan, yang dibawa lappet,kan?"
Rio: "Pernah kutanya ke Bapakku, kenapa kalau lahir laki-laki dibawa pisang dan kalau lahir perempuan yang dibawa lappet? Jadi mau di tampar Bapakkulah aku"
       ( Ha ha ha ha..... semua tertawa terbahak-bahak )
Muna: "Kenapa?"
       ( Ha ha ha ha ..... semua terbahak-bahak lagi
Dodi: "Bodoh kali, Kau Muna. Masa itupun kau tak nyambung"
Rio: "Entah. Akupun tak tahu kenapa Bapakku mau menamparku karena kata-kataku itu"
Irva: "Kalau yang lahir bencong, apa yang dibawa?"
( ha ha ha ha.... semua terbahak-bahak)
Dodi: "Mana ketahuan kalau bayi apa dia bencong"
Rio: "Betul itu. Cuma jenis perempuan dan laki-lakinya yang jelas"
Rio: "Dari nangisnya kan, ketahuan itu
( Ha ha ha ha...... terbahak-bahak)
Dodi: "Maksudmu, nangisnya  oek oek, aih aih.... "( menirukan)
( Ha ha ha ha.... semua tertawa, sampai sakit perut)
Irvan: "Teringatnya, kan?"
Rio: "Mulai ngarang kau,kan?"
Irvan: "Tidak. Ketemulah aku sama cewek berbaju seksi. Ngantri kami di kasir."
Muna: "Langsung naksir, kau?
Irvan: "Agak ku rapatkanlah badanku. Biar terciumku harumnya..."
( Ha ha ha ha.... semua tertawa)
Irvan: "Pas kudengar suaranya sama ngomong sama kasir. Bahhhhh, bencongnya rupanya".
( Ha ha ha ha..... si Muna yang tadi kurang banyak ngomg, sampai berguling-guling tertawa)
Bapak: "Bah.... tertawa saja kerja kalian. Kapan selesai proyek kita ini?"
( semua pura-pura sibuk, tak ada yang buka suara lagi, kecuali si Muna yang masih tertawa sendiri)
Ha ha ha ha ha......Â
Hari sudah sore, waktunya pulang.Â
Semua bergegas menyelesaikan kerjaan yang masih tanggung. Sambil tersenyum-senyum mereka menyimpan cangkul masing-masing. Besok Bapak masih mengajak mereka untuk melanjutkan pekerjaan. Syaratnya, besok harus lebih serius kerjanya, bukan komburnya.
Semua anak tersipu-sipu dan serentak mengatakan "Siap,pak."
      Â
Catatan : lappet adalah sejenis lepat yang dibungkus dan di kukus pakai daun pisang.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H