EMANSIPASI WANITA
Oleh Dede Tia Renita
Merdekanya kaum wanita sungguh sangat menguntungkan bagi kaum hawa tersebut, pasalnya telah diberikan kebebasan untuk berkarya dan bergerak. Istilah dapur, sumur dan kasur sudah merupakan kodrat wanita tapi sekarang tidak selalu bergantung akan hal itu. Wanita boleh berkarir, siapakah yang menjadi emansipator itu? Semua pasti tahu siapa lagi kalau bukan RA Kartini. Setiap tanggal 21 April merupakan refleksi kelahiran beliau, sebagai tokoh nasional yang dikenal sangat getol memperjuangkan gerakan emansipasi wanita di Indonesia.
Pada zaman dulu kita mengetahui bahwa sosok wanita itu selalu mendapat kekangan dari keluarga, seperti tidak boleh keluar rumah sehingga memeberikan dampak yang tidak baik untuk perkembangan masa remaja menuju masa dewasanya. Berberda jauh dengan sekarang banyaknya wanita karir aktifis-aktifis kaum tersebut, menandakan perubahan yang sangat luar biasa.
Pernikahan pun masih bersifat sakral dan hanya ada ditangan orang tua. Apabila orang tua tersebut mempunyai anak gadis yang dianggapnya sudah cukup umur untuk menikah, jika menemukan pria pantas bersanding dengan gadisnya langsung menjodohkan tanpa memikirkan perasaan anak gadisnya itu. Zaman sekarang siapa yang mau dijodohkan atau dinikahkan dengan laki-laki yang tidak ia sukai apalagi ia cintai.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) emansipasi merupakan pembebasan dari perbudakan maupun persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat (seperti persamaan hak kaum wanita dengan kaum pria), sedangkan pengertian emansipasi wanita merupakan proses pelepasan diri para wanita dari kedudukan sosial ekonomi yang rendah atau dari pengekangan hukum yang membatasi kemungkinan untuk berkembang dan untuk maju.
Masyarakat pun terutama pria kini tidak menganggap sebelah mata kepada kaum wanita, banyaknya wanita yang lebih maju dari kaum mereka menandakan emansipasi dapat membawa perubaghan lebih maju.Kaum wanita baik putri maupun ibu sangatantusias setiap perayaan hari RA Kartini tersebut, yang identik dengan menggunakan kebaya dan sanggul. Sementara ada sebagian aktifis wanita yang mengadakan seminar ‘Emansipasi Wanita’ dan melakukan tabor bunga atau melakukan aksi memberikan bunga dan ucapan selamat hari Kartini kepada kaum wanita.
Terbukti dengan banyaknya pemimpin berasal dari kaum wanita seperti pernah menjadi Presiden Negara Indonesia, yakni Megawati Soekarno Putri dan kita ketahui orang yang memimpin Provinsi Banten pun kaum wanita yakni Ratu Atut Chosiyah, perkembangan yang sungguh luar biasa.
Kita sebagai kaum wanita harus bersyukur atas adanya emansipasi ini, dapat dibayangkan bukan jika masa kini belum terjadi emansipasi? Wanita selalu terkekang untuk melakukan sesuatu. Perubahan yang menimbulkan banyaknya wanita maju harus kita yakini keadaannya, bukan mengembalikan emansipasi ini kepada keterpurukan masa silam. Tidak melupakan cara kita sebagai kaum wanita harus selalu menjaga kodrat, jangan sampai di luar rumah menjadi Presiden atau pemimpin, sedangkan di rumah melupakan suami yang merupakan pemimpin wanita di dalam rumah tangga.
Selamat merayakan hari Kartini, buatlah momen ini menjadi inspirasi bagi kaum wanita yang masih tertinggal untuk membawa mereka ke arah perubahan lebih baik. Perayaan itu tidak mesti mahal, sederhana tapi berkesan selamanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H