Pengaruh Algoritma Digital dalam Pembentukan Persepsi Lingkungan
Di tengah kemajuan teknologi digital, algoritma yang mengatur aliran informasi di media sosial dan platform digital lainnya tidak hanya memengaruhi cara kita berinteraksi dengan informasi, tetapi juga membentuk persepsi kita terhadap dunia, termasuk isu-isu lingkungan. Dari perspektif teori ekologi, media dan teknologi berfungsi sebagai bagian dari lingkungan sosial yang lebih luas, yang berinteraksi dengan sistem alam dan sosial lainnya. Teori ekologi media, yang pertama kali dikemukakan oleh Marshall McLuhan, menyarankan bahwa media, seperti halnya lingkungan alami, berfungsi sebagai "medium" yang membentuk pengalaman manusia dan persepsi terhadap dunia di sekitarnya. Dalam konteks ini, algoritma digital dapat dilihat sebagai "organisme" yang membentuk ekosistem informasi mengatur arus pesan, menciptakan hubungan antara pengguna dan konten, serta membentuk realitas ekologi yang diterima oleh masyarakat.
Teori Ekologi Media: Media sebagai Lingkungan yang Membentuk Persepsi
Teori ekologi media berpendapat bahwa teknologi komunikasi tidak hanya berfungsi sebagai saluran informasi, tetapi juga membentuk struktur sosial, budaya, dan bahkan persepsi kita terhadap dunia fisik dan sosial. Dalam hal ini, media berperan seperti lingkungan alami yang memiliki efek jangka panjang terhadap perkembangan individu dan masyarakat. Teori ini menekankan pentingnya interaksi antara media dan audiens dalam membentuk bagaimana individu memahami dan bertindak terhadap dunia mereka.
Marshall McLuhan, seorang tokoh utama dalam teori ini, mengemukakan konsep bahwa "medium adalah pesan" yaitu, cara sebuah informasi disampaikan memengaruhi cara kita memahami dan merespons informasi tersebut. Dalam konteks ekologi lingkungan, algoritma digital bertindak sebagai "medium" yang mengatur informasi lingkungan yang kita terima dan, pada gilirannya, membentuk persepsi kita terhadap isu-isu ekologi. Dengan mengalirkan konten yang sesuai dengan kebiasaan dan preferensi audiens, algoritma berfungsi seperti lingkungan alami yang menentukan interaksi dan pengalaman individu.
Algoritma sebagai Bagian dari Ekosistem Informasi
Dalam ekologi media digital, algoritma bertindak sebagai "filter" yang menyaring informasi yang diterima oleh individu, sehingga menciptakan ekosistem informasi yang sangat terstruktur dan terpersonalisasi. Sebagai bagian dari ekosistem informasi ini, algoritma memengaruhi bagaimana isu-isu lingkungan dipresentasikan dan diterima oleh publik. Misalnya, algoritma akan memperlihatkan artikel atau video yang lebih banyak diklik atau disukai, sehingga membentuk persepsi kita tentang isu lingkungan berdasarkan popularitas atau viralisasi suatu konten, bukan pada kedalaman atau validitas informasi tersebut. Hal ini bisa menyebabkan polarisasi dalam cara orang memandang perubahan iklim atau kerusakan lingkungan beberapa orang mungkin hanya terpapar pada konten yang memperkuat pandangan mereka, sementara yang lain mungkin hanya melihat konten yang meremehkan atau menyangkal kenyataan tersebut.
Konsep filter bubble dan echo chamber yang sering dikaitkan dengan media sosial adalah contoh konkret dari pengaruh algoritma dalam ekologi media. Dalam filter bubble, algoritma hanya menunjukkan konten yang sesuai dengan preferensi individu, mengisolasi mereka dari pandangan yang berbeda atau informasi yang lebih luas. Dalam ekologi media, ini berfungsi seperti suatu lingkungan yang hanya memberikan akses ke sumber daya atau informasi tertentu, dan ini bisa menghambat pemahaman yang lebih holistik tentang isu-isu lingkungan.
Media dan Pembentukan Realitas Ekologi
Ekologi media menyoroti bagaimana media, baik itu media tradisional maupun digital, berfungsi dalam membentuk "realitas sosial" bagi masyarakat. Dengan kata lain, media adalah mediator utama dalam pengalaman manusia, yang secara aktif mengonfigurasi cara kita melihat dunia, berinteraksi dengan orang lain, dan bahkan membentuk identitas kita. Dalam konteks ini, media digital melalui algoritma mereka memiliki peran penting dalam membentuk "realitas ekologi" yang kita terima. Sebagai contoh, media sosial tidak hanya menyebarkan informasi, tetapi juga membentuk bagaimana kita berinteraksi dengan masalah lingkungan.
Sebagai bagian dari realitas ekologi ini, media digital, dengan bantuan algoritma, dapat membangun narasi yang lebih besar tentang krisis iklim, polusi, atau kehilangan keanekaragaman hayati. Namun, media juga berisiko memperkuat narasi yang salah atau menyesatkan, terutama ketika informasi tersebut didorong oleh algoritma yang hanya mencari engagement dan keuntungan ekonomi. Dalam hal ini, media digital berfungsi sebagai pembentuk persepsi yang sangat kuat, yang tidak hanya menyalurkan informasi tetapi juga membentuk sikap dan tindakan kita terhadap lingkungan.
Salah satu contoh bagaimana ekologi media berperan dalam membentuk realitas ekologi adalah gerakan aktivisme lingkungan yang menggunakan media sosial untuk menyebarkan pesan-pesan mereka. Kampanye seperti Fridays for Future yang dipelopori oleh Greta Thunberg atau berbagai petisi online yang bertujuan untuk mengatasi deforestasi di Amazon, semuanya mengandalkan algoritma untuk memobilisasi massa, menyebarkan informasi, dan menggerakkan tindakan kolektif. Dalam hal ini, media sosial dan algoritma digital berfungsi sebagai agen perubahan dalam menciptakan kesadaran lingkungan dan mobilisasi sosial.
Namun, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, algoritma yang berfokus pada preferensi pengguna juga berpotensi memperburuk masalah dalam memahami isu-isu lingkungan secara objektif. Algoritma dapat memperkuat pandangan dunia yang sempit, di mana individu hanya terpapar pada informasi yang sesuai dengan kepercayaan atau pandangan mereka, sementara pandangan yang lebih kritis atau informasi yang bertentangan seringkali tidak mendapat perhatian yang cukup.
Implikasi Ekologis dari Media Digital
Secara keseluruhan, ekologi media digital memiliki dampak yang besar dalam pembentukan realitas ekologi kita. Algoritma media digital bukan hanya menyalurkan informasi, tetapi juga membentuk lingkungan informasi yang membatasi atau memperluas persepsi kita tentang dunia alam dan masalah lingkungan. Sebagai bagian dari ekosistem informasi yang lebih luas, media digital berperan dalam membentuk cara kita memahami dan bertindak terhadap isu-isu lingkungan yang kompleks.
Dengan mempertimbangkan teori ekologi media, kita dapat menyadari pentingnya peran media dalam membentuk pemahaman dan kesadaran kita tentang lingkungan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjadi konsumen media yang kritis, memahami bagaimana algoritma membentuk informasi yang kita terima, dan mencari cara untuk memastikan bahwa isu-isu lingkungan disajikan secara objektif, berimbang, dan berdasarkan bukti ilmiah. Sebagai bagian dari ekosistem informasi global, kita semua memiliki peran dalam membentuk realitas ekologi yang lebih berkelanjutan.
Maka dapat disimpulkan algoritma digital tidak hanya mengatur arus informasi, tetapi juga membentuk persepsi kita tentang dunia dan, dalam konteks ini, dunia lingkungan. Dari perspektif ekologi media, media digital bertindak sebagai "lingkungan" yang membentuk pengalaman dan pemahaman kita tentang isu-isu ekologi. Melalui interaksi antara algoritma dan audiens, persepsi kita terhadap masalah lingkungan dapat diperkuat atau diputarbalikkan, menciptakan realitas ekologi yang sangat terpengaruh oleh media. Untuk itu, sebagai bagian dari ekosistem informasi ini, kita perlu meningkatkan kesadaran dan kritisisme terhadap bagaimana algoritma digital membentuk pemahaman kita tentang dunia alam dan lingkungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H