Salah satu contoh bagaimana ekologi media berperan dalam membentuk realitas ekologi adalah gerakan aktivisme lingkungan yang menggunakan media sosial untuk menyebarkan pesan-pesan mereka. Kampanye seperti Fridays for Future yang dipelopori oleh Greta Thunberg atau berbagai petisi online yang bertujuan untuk mengatasi deforestasi di Amazon, semuanya mengandalkan algoritma untuk memobilisasi massa, menyebarkan informasi, dan menggerakkan tindakan kolektif. Dalam hal ini, media sosial dan algoritma digital berfungsi sebagai agen perubahan dalam menciptakan kesadaran lingkungan dan mobilisasi sosial.
Namun, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, algoritma yang berfokus pada preferensi pengguna juga berpotensi memperburuk masalah dalam memahami isu-isu lingkungan secara objektif. Algoritma dapat memperkuat pandangan dunia yang sempit, di mana individu hanya terpapar pada informasi yang sesuai dengan kepercayaan atau pandangan mereka, sementara pandangan yang lebih kritis atau informasi yang bertentangan seringkali tidak mendapat perhatian yang cukup.
Implikasi Ekologis dari Media Digital
Secara keseluruhan, ekologi media digital memiliki dampak yang besar dalam pembentukan realitas ekologi kita. Algoritma media digital bukan hanya menyalurkan informasi, tetapi juga membentuk lingkungan informasi yang membatasi atau memperluas persepsi kita tentang dunia alam dan masalah lingkungan. Sebagai bagian dari ekosistem informasi yang lebih luas, media digital berperan dalam membentuk cara kita memahami dan bertindak terhadap isu-isu lingkungan yang kompleks.
Dengan mempertimbangkan teori ekologi media, kita dapat menyadari pentingnya peran media dalam membentuk pemahaman dan kesadaran kita tentang lingkungan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjadi konsumen media yang kritis, memahami bagaimana algoritma membentuk informasi yang kita terima, dan mencari cara untuk memastikan bahwa isu-isu lingkungan disajikan secara objektif, berimbang, dan berdasarkan bukti ilmiah. Sebagai bagian dari ekosistem informasi global, kita semua memiliki peran dalam membentuk realitas ekologi yang lebih berkelanjutan.
Maka dapat disimpulkan algoritma digital tidak hanya mengatur arus informasi, tetapi juga membentuk persepsi kita tentang dunia dan, dalam konteks ini, dunia lingkungan. Dari perspektif ekologi media, media digital bertindak sebagai "lingkungan" yang membentuk pengalaman dan pemahaman kita tentang isu-isu ekologi. Melalui interaksi antara algoritma dan audiens, persepsi kita terhadap masalah lingkungan dapat diperkuat atau diputarbalikkan, menciptakan realitas ekologi yang sangat terpengaruh oleh media. Untuk itu, sebagai bagian dari ekosistem informasi ini, kita perlu meningkatkan kesadaran dan kritisisme terhadap bagaimana algoritma digital membentuk pemahaman kita tentang dunia alam dan lingkungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H