Mohon tunggu...
Tiara Rizkia Agustini
Tiara Rizkia Agustini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Kimia UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Saya seorang mahasiswi yang sedang menempuh pendidikan di kimia UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Saya memiliki ketertarikan di bidang penulisan sehingga mencoba berkecimpung di website kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pemanfaatan Daun Kiambang untuk Menangani Limbah Industri Penyamakan Kulit

8 Juni 2024   12:00 Diperbarui: 8 Juni 2024   12:28 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Industri penyamakan kulit, yang berperan penting dalam menghasilkan produk kulit untuk berbagai keperluan memiliki dampak negatif terhadap lingkungan. Salah satu tantangan utama adalah limbah cair yang dihasilkan mengandung bahan kimia berbahaya seperti kromium, zat pewarna, dan sisa bahan organik. Penanganan limbah ini memerlukan solusi yang efektif dan ramah lingkungan. Salah satu pendekatan inovatif yang mulai mendapatkan perhatian adalah penggunaan daun kiambang (Salvinia molesta) sebuah tanaman air yang mampu menyerap dan menguraikan polutan.

Kiambang adalah tanaman air mengapung yang sering ditemukan di danau, rawa, dan sungai di daerah tropis dan subtropis. Tanaman ini memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi dan tumbuh dengan cepat membentuk tikar tebal di permukaan air. Daun kiambang memiliki struktur yang unik dengan permukaan daun yang ditutupi oleh bulu-bulu halus yang membantu mengapung dan meningkatkan area permukaan untuk penyerapan polutan.

Penelitian menunjukkan bahwa daun kiambang sangat efektif dalam menyerap berbagai jenis polutan dari air. Misalnya kromium, salah satu kontaminan utama dalam limbah industri penyamakan kulit dapat diserap oleh daun kiambang. Kromium dalam bentuk trivalen (Cr(III)) dan heksavalen (Cr(VI)) sering ditemukan dalam limbah penyamakan, di mana Cr(VI) sangat toksik dan berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Daun kiambang mampu mengubah Cr(VI) menjadi Cr(III) yang lebih stabil dan kurang berbahaya.

Selain kromium, daun kiambang juga mampu menyerap bahan organik, zat pewarna, dan logam berat lainnya seperti kadmium dan timbal. Hal ini menjadikan kiambang sebagai alat yang potensial untuk bioremediasi, yaitu penggunaan organisme hidup untuk mengurangi atau menghilangkan polutan dari lingkungan.

Daun kiambang bekerja melalui proses yang disebut fitoremediasi. Fitoremediasi melibatkan beberapa mekanisme, termasuk fitoekstraksi, fitostabilisasi, dan fitodegradasi. Pada fitoekstraksi, tanaman menyerap polutan melalui akarnya dan menyimpannya di bagian-bagian tanaman. Fitostabilisasi melibatkan penyerapan polutan oleh akar dan mengurangi mobilitasnya di lingkungan. Fitodegradasi, di sisi lain adalah proses di mana tanaman memecah polutan menjadi senyawa yang kurang berbahaya melalui reaksi enzimatik.

Akar daun kiambang yang mengapung di permukaan air menangkap partikel polutan, sementara proses biologis dalam tanaman menguraikan zat-zat berbahaya tersebut. Permukaan daun yang luas dan sistem akar yang kompleks meningkatkan efisiensi penyerapannya. Selain itu, tanaman ini dapat mengeluarkan oksigen melalui akarnya yang membantu mendukung proses penguraian mikroba di sekitar akar.

Beberapa manfaat penting daun kiambang yang bersifat lingkungan dan ekonomi:

1.) Ramah Lingkungan

Mengurangi ketergantungan pada bahan kimia untuk pengolahan limbah, sehingga mengurangi potensi pencemaran sekunder dan memberikan solusi hijau untuk masalah lingkungan.

2.) Biaya Rendah

Kiambang mudah tumbuh dan berkembang biak sehingga biaya implementasinya relatif rendah dibandingkan dengan teknologi pengolahan limbah konvensional yang sering memerlukan investasi tinggi dan biaya operasional yang besar.

3.) Pemulihan Ekosistem

Penggunaan kiambang dapat membantu memulihkan kualitas air dan mendukung keberlanjutan ekosistem perairan, menjaga biodiversitas, dan menyediakan habitat bagi berbagai spesies akuatik.

4.) Penurunan Biaya Operasional

Dengan pengurangan jumlah polutan yang harus diolah oleh sistem pengolahan limbah konvensional biaya operasional dapat dikurangi.

Tantangan dan Solusi

Meskipun potensi daun kiambang sangat besar, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi untuk implementasi yang efektif:

1.) Pengendalian Pertumbuhan

Kiambang dikenal sebagai tanaman invasif yang dapat mengganggu ekosistem perairan jika tidak dikendalikan. Oleh karena itu, perlu adanya strategi pengendalian yang efektif untuk mencegah pertumbuhan berlebihan.

2.) Efektivitas Skala Industri

Meskipun uji coba laboratorium menunjukkan hasil yang menjanjikan, efektivitas daun kiambang dalam skala industri perlu diuji lebih lanjut. Penelitian lebih lanjut dan uji coba lapangan diperlukan untuk memastikan bahwa teknologi ini dapat diimplementasikan secara efektif dalam skala besar. Diperlukan dukungan regulasi dan kebijakan yang mendorong penggunaan teknologi ramah lingkungan seperti fitoremediasi. Pemerintah dapat memberikan insentif bagi industri yang menerapkan teknologi hijau ini.

3.) Edukasi dan Pelatihan

Penting untuk memberikan edukasi dan pelatihan bagi pelaku industri penyamakan kulit mengenai teknik pemanfaatan kiambang dan manfaatnya bagi lingkungan.

Pemanfaatan daun kiambang untuk menangani limbah industri penyamakan kulit menawarkan solusi inovatif dan berkelanjutan. Dengan kemampuan alaminya untuk menyerap dan menguraikan polutan daun kiambang dapat menjadi alat penting dalam menjaga kualitas lingkungan perairan. Implementasi teknologi ini memerlukan pendekatan terintegrasi antara penelitian, pemerintah, dan industri. Kolaborasi antara berbagai pihak akan memastikan bahwa potensi daun kiambang dapat dimanfaatkan secara optimal, memberikan manfaat bagi lingkungan dan masyarakat. Dengan komitmen bersama untuk beralih ke solusi yang lebih ramah lingkungan, daun kiambang dapat menjadi salah satu kunci dalam mengatasi masalah limbah industri penyamakan kulit, menjaga kesehatan ekosistem perairan, dan mendukung keberlanjutan jangka panjang.

REFERENCES

Dewi, R. K., Melani, R. W., & Zulfikar, A. (2013). Efektivitas Dan Efisiensi Fitoremediasi Orthofosfat Pada Deterjen Menggunakan Kiambang (Pistia Stratiotes). Raja Ali Haji of University, 3.

Nurfita, A., Kurniati, E., & Haji, A. (2017). Efisiensi Removal Fosfat (PO43-) Pada Pengolahan Limbah Cair Laundry dengan Fitoremediasi Kiambang (Salvinia natans). Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan, 4(3), 18-26. 

Sefira, K. F. (2019). Pengaruh Serapan Tanaman Kayu Apu Dan Tanaman Kiambang Terhadap Penurunan Kadar Logam Pada Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit. Thesis. Universitas Brawijaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun