Mohon tunggu...
Lyfe

Pemenang si Orang Dingin

31 Oktober 2015   18:12 Diperbarui: 31 Oktober 2015   18:27 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Memandangi lapangan basket dari lantai dua depan ruang kelas. Merasakan angin yang berhembus kencang menerpa wajahku. Tentu saja aku tidak sendirian menatap lapangan basket itu. Terdapat 3 sahabatku bergerombol membicarakan hal panas yang terjadi di sekolah. Aku adalah anak yang cerewet, sangat peduli pada temanku, pendengar yang baik bagi temanku yang ingin bercerita denganku, dan tentu saja aku suka berbicara apa adanya sesuai seperti apa yang ingin aku katakan. Selain itu aku juga mempunyai paras yang cantik, mempunyai lesung pipi yang manis, dan pintar dalam bidang science. Namun aku heran, kenapa orang lain mengatakan aku adalah orang yang terlihat cuek, pendiam,dan tak peduli pada orang lain. Mereka hanya mengakui bahwa aku berparas cantik dan pintar dalam bidangku.

Memandangi lapangan basket, tiba-tiba bayangan datang menghentikan perhatianku dari pembicaraan bersama sahabatku. Dari gaya bayangan itu telihat sosok yang dingin dan tak mempedulikan sekitarnya. Bayangan itu terus berjalan dan tetap kuamati. Sosok yang kurasa mempunyai cover yang mungkin mirip denganku. Entah magnet apa yang menarik mataku untuk meliriknya kemanapun ia berjalan. Hingga ia lenyap dibalik bangunan kelas. Aku tersadar saat sahabatku mengagetkanku “hhheeeiii!!!”dengan suara kerasnya. “Hah” kataku. Tawaan menggelegar dari sahabatku karena sedari tadi aku tak menangkap omongan panjang kali lebar hingga kali tinggi pula. Mereka mengira sedari tadi aku mendengarkan mereka. Nyatanya aku hanya memandangi lapangan basket dan tak menghiraukan mereka semua. “Huh apa yang terjadi” kataku pelan tanpa ada yang mendengar. Kenapa bisa aku memperhatikan kemanapun bayangan itu bergerak, hingga aku melupakan dunia sekitarku. Sangat malu rasanya. “Ah sudahlah” kataku dalam hati. Suara bel berbunyi mebubarkan gerombolanku. Waktunya untuk masuk kelas memulai pelajaran.

                                                                           *****

 Dentingan jam masih menunjukan pukul 6.15 pagi. Aku dan sahabatku sudah sampai disekolah. “Aahh, ramai sekali”gumamku. Tak seperti biasanya sekolah ini ramai saat matahari baru menyapa hari yang cerah ini. Seperti biasanya , sebelum masuk ke kelas aku dan sahabatku duduk memandangi lapangan basket sambil berbincang sesuatu yang tidak jelas. Memandangi lapangan basket dari lantai dua merupakan hal yang asyik bagiku. Aku bisa mamandangi kegiatan oraang lain dari atas. Sungguh hal yang baik bagiku memperhatikan kegiatan orang lain tanpa mereka sadari aku memperhatikan mereka. Tiba-tiba bayangan itu lagi-lagi masuk ke lapangan dengan membawa bola basket kesayangannya. Ia memantul-mantulkan bola tersebut, memasukkannya ke dalam ring basket. Tak kusadari senyumanku tersungging saat aku melihat segala tingkahnya. Mulai dari caranya berjalan, memantulkan bolanya, dan segala ekspresi kesenangannya saat berhasil memasukkan bolanya. Dan mulai saat itu aku menyadari bahwa aku suka segala sesuatu yang berhubungan dengannya. Cara jalannya, senyumnya yang megah, dan segala sesuatunya. Aku suka memandanginya tanpa berani untuk berniat mendekatinya. Karena dalam pikiranku dia adalah orang yang begitu dingin. Beberapa kali kulihat banyak kaum hawa lain mendekatinya, namun tak ada yg pernah dihiraukannya. Aku sering tertawa sendiri melihat tingkah para kaum hawa, yang mencoba mendekati tetapi hanya dilewatinya saja tanpa dihiraukan.

                                                                          *****

            Namun tanpa kusadari aku juga sering menangis karenanya. Pernah disuatu waktu aku menunggu bayangan itu pulang. Aku menunggunya di depan taman sekolah sampai ia selesai latihan basket. Kutunggu ia sejak pukul 15.00–17.00 WIB,dan belum pula terlihat batang hidungnya. “ Sudahlah kita pulang saja, berapa lama kita menunggunya” ujar sahabatku. Tanpa menghiraukannya aku tetap tak bergerak dari tempatku sebelumnya. Hingga penjaga sekolah menutup pintu gerbang,dan baru kusadari waktu telah menunjukkan pukul 17.35 WIB. Mungkin ia pulang lewat pintu belakang sekolah. Entah mengapa aku menagis hanya karena masalah sepele itu. Sahabatkulah yang menenangkanku. Selain itu, saat tak sengaja aku berjalan dibelakang bayangan itu. Tiba-tiba seorang anak perempuan melompat tepat didepan mukanya dan sangat dekat jarak antar muka mereka, kemudian perempuan itu menyapanya. Walaupun ia tak menghiraukannya dan tetap saja berjalan lurus seperti tak terjadi apa-apa. Namun tetap saja tiba-tiba sungai kecil mengalir dari mataku. Tak mau berhenti.Namun, setelah hal-hal itu datang aku tak tau bagaimana bisa aku berbincang dengannya. Walaupun aku dekat dengannya karena ia mengira aku menyukai temannya. Setidaknya aku bisa dekat dengannnya karena hal tersebut. Sungguh hal yang sulit bagiku untuk mendekatinya. Pernah di suatu saat aku mencoba untuk menyenggolnya saat dikeramaian, sungguh dikeramaian. Namun apa?. Tidak berhasil, ia sangat menghindar untuk menghindari tabrakan.

                                                                        *****

Sahabatku menyarankanku untuk mendekatinya lewat chat dan sebagainya. Aku tak yakin, dan sungguh tak yakin atas saran itu. Karena aku yakin, dia adalah cowok yang dingin. Aku yakin aku tak akan mendapatkan balasan seperti yang ku inginkan. Akhirnya aku mencoba saran sahabatku. Ternyata ia membalas. Walaupun balasan yang kudapat terkesan dingin. Namun lama kelamaan aku semakin dekat dengannya. Meski saat awal-awal yang bisa kita lakukan adalah saling mengejek. Namun itu hal yang menggelikan jika mengingatnya. Dan kini aku telah memilikinya. Aku yang mengaturnya. Aku yang mengendalikan bayangan itu. Aku yang meminta suatu hal dan diturutinya. Segala sesuatu yg dialaminya aku tau. Apapun yang terjadi padaku ia pun tau. Kini yang ku tau ia adalah orang yang baik, sangat peduli pada orang lain, orang yang manis, dan segala sesuatunya. Tidak seperti yang ku kira. Orang yang cuek, dingin, dan acuh tak acuh pada orang lain. Mungkin tak seharusnya aku menilai orang secara yang terlihat oleh indera saja. Kurasa terdapat kesamaan diantara aku dan dia. Memiliki cover yang sama. Cover yang berbeda dengan sikap kita yang sebenarnya. Dan satu yang masih aku pikirkan. Bukankan sungguh menyenangkan bila memenangkan hati seseorang yang dingin?. Dimana orang lain mencoba untuk mendapatkannya. Tetapi diacuhkan. Sedang kita yang mendapatkannya.

                                                                          *****

 

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun