Mohon tunggu...
Tiara Putri Maharani
Tiara Putri Maharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Kepribadian: mengabadikan momen setiap hari Hobby: dokumentasi, olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Di balik Lima Pilar: Menyingkap Rahasia Kepemimpinan Sultan Malikussaleh

9 Desember 2024   12:32 Diperbarui: 9 Desember 2024   23:08 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Balik Lima Pilar: Menyingkap Rahasia Kepemimpinan Sultan Malikussaleh

.
.

Sultan Malikussaleh, seorang tokoh yang telah meninggalkan jejak mendalam dalam sejarah Kesultanan Aceh, tak hanya dikenal karena peranannya dalam menyebarkan Islam di tanah Aceh, tetapi juga karena filosofi kepemimpinan yang dituangkannya melalui konsep Lima Pilar. Konsep ini bukan hanya sekedar warisan sejarah, melainkan juga sebuah kerangka etika yang relevan untuk diterapkan dalam konteks kepemimpinan masa kini. Melalui kunjungan lapangan dan studi kasus implementasinya, tulisan ini berupaya menggali lebih dalam makna dan relevansi Lima Pilar Kemalikussalehan dalam dunia kepemimpinan.

museum islam samudra pasai
museum islam samudra pasai

.
.

.
.

batu nisan
batu nisan

.
.

makam
makam

Jejak Sejarah Sultan Malikussaleh

Sultan Malikussaleh memimpin Kesultanan Aceh pada abad ke-13 dan ke-14, di tengah dinamika perdagangan dan penyebaran agama Islam di Asia Tenggara. Di bawah pemerintahannya, Aceh tidak hanya menjadi pusat perdagangan yang vital, tetapi juga menjadi salah satu pusat penyebaran Islam yang berpengaruh di kawasan. Keberhasilan Sultan Malikussaleh dalam memimpin bukan hanya dilihat dari kekuatan militernya, tetapi lebih pada kebijakan yang berbasis pada prinsip-prinsip moral dan spiritual yang ia yakini. Salah satu warisan terbesarnya adalah lima pilar yang menjadi landasan dalam menjalankan kepemimpinan.

Lima Pilar tersebut adalah:

  1. Amanah (Kepercayaan)
  2. Adil (Keadilan)
  3. Sabar (Kesabaran)
  4. Syukur (Rasa Terima Kasih)
  5. Tawakal (Berserah Diri kepada Allah)

Melalui kunjungan lapangan ke beberapa situs sejarah di Aceh, kita dapat melihat bagaimana prinsip-prinsip tersebut tertanam dalam kehidupan sosial dan politik masyarakat Aceh pada masa itu. Seperti pada makam Sultan Malikussaleh di Desa Samudera, kita bisa merenung tentang bagaimana pemimpin ini, dengan segala kebijaksanaannya, mampu membangun sebuah kerajaan yang kokoh, tidak hanya secara fisik, tetapi juga dalam nilai-nilai moral yang masih relevan hingga kini.

Studi Kasus: Implementasi Lima Pilar dalam Kepemimpinan

Untuk memahami bagaimana konsep Lima Pilar diterapkan dalam kepemimpinan, mari kita lihat salah satu studi kasus yang dapat mencerminkan implementasi dari lima prinsip ini dalam dunia modern, yaitu kepemimpinan di bidang pendidikan di Aceh. Pada beberapa sekolah dan lembaga pendidikan yang ada di Aceh, nilai-nilai yang terkandung dalam Lima Pilar Sultan Malikussaleh dapat ditemukan dalam berbagai bentuk. Misalnya, sikap amanah (kepercayaan) sangat ditekankan dalam hubungan antara guru dan murid, di mana seorang pendidik diharapkan untuk tidak hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga menjadi contoh teladan dalam sikap dan perilaku.

Pilar kedua, adil, dapat terlihat dalam upaya untuk memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh siswa tanpa memandang latar belakang sosial dan ekonomi mereka. Kebijakan yang menekankan keadilan dalam pembagian sumber daya pendidikan, serta penghargaan terhadap prestasi tanpa diskriminasi, menjadi refleksi dari pilar ini.

Sementara itu, sabar menjadi prinsip penting dalam menghadapi tantangan dan perubahan, seperti yang terlihat dalam cara para pendidik di Aceh mengatasi kondisi pendidikan yang terkadang masih terbatas. Kesabaran dalam menghadapi keterbatasan sarana dan prasarana, serta tantangan sosial dan ekonomi, adalah wujud nyata dari implementasi pilar ini.

Dalam konteks syukur, para pemimpin pendidikan mengajarkan pentingnya rasa terima kasih atas nikmat yang ada, baik itu dalam hal fasilitas, kesempatan belajar, maupun dukungan masyarakat. Sikap syukur ini tidak hanya diterapkan dalam kehidupan pribadi, tetapi juga dalam mengelola sumber daya yang ada untuk keberlanjutan pendidikan.

Terakhir, tawakal sebagai pilar yang mengajarkan ketundukan dan kepercayaan penuh kepada Tuhan, tercermin dalam sikap para pendidik dan pemimpin pendidikan yang selalu mengandalkan doa dan usaha keras dalam mengatasi berbagai rintangan yang ada.

Analisis Implementasi Lima Pilar dalam Studi Kasus

Dari studi kasus di atas, dapat dianalisis bahwa implementasi Lima Pilar Sultan Malikussaleh dalam konteks kepemimpinan modern di Aceh tidak hanya terbatas pada aspek spiritual, tetapi juga mencakup dimensi sosial dan budaya yang lebih luas. Misalnya, prinsip amanah yang ditegakkan dalam hubungan antara guru dan murid, atau adil dalam distribusi kesempatan belajar, berperan sebagai jembatan untuk mewujudkan masyarakat yang lebih adil dan makmur.

Sementara itu, sabar dan tawakal berfungsi sebagai sumber ketahanan bagi para pemimpin dalam menghadapi berbagai tantangan, baik di tingkat individu maupun kolektif. Dalam dunia yang serba cepat dan penuh tekanan ini, kemampuan untuk tetap sabar dan berserah diri kepada kehendak Tuhan menjadi sumber kekuatan yang tak ternilai.

Namun, tantangan terbesar dalam mengimplementasikan Lima Pilar ini adalah bagaimana memastikan bahwa nilai-nilai tersebut tidak hanya berhenti pada tataran konsep, tetapi benar-benar dapat diwujudkan dalam setiap aspek kehidupan. Oleh karena itu, peran pendidikan dan dakwah dalam menyosialisasikan Lima Pilar ini sangat penting untuk memastikan keberlanjutannya dalam generasi-generasi mendatang.

Kesimpulan

Lima Pilar Sultan Malikussaleh bukan hanya sekedar prinsip kepemimpinan, tetapi merupakan warisan budaya yang penuh makna dan relevansi. Dalam studi kasus kepemimpinan pendidikan di Aceh, kita dapat melihat bahwa implementasi pilar-pilar tersebut berperan besar dalam membentuk karakter kepemimpinan yang berlandaskan pada nilai-nilai moral dan spiritual. Meskipun tantangan yang dihadapi semakin kompleks, penerapan Lima Pilar ini tetap menjadi kunci untuk menciptakan pemimpin yang bijaksana, adil, dan penuh integritas. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus menjaga dan menghidupkan warisan ini, agar para pemimpin masa depan dapat belajar dari kebijaksanaan Sultan Malikussaleh dan menerapkannya dalam konteks yang lebih luas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun