Fenomena Komentar Negatif di Media Sosial dan Kaitannya dengan Tradisi Sosiopsikologis dalam Komunikasi
Media sosial adalah ruang besar tempat semua orang bebas berkomunikasi dan mengekspresikan opini. Sayangnya, kebebasan ini sering dimanfaatkan untuk hal negatif, salah satunya adalah komentar-komentar toxic atau negatif yang sering muncul di berbagai platform. Mulai dari kritik yang tidak membangun, ejekan, hingga hate speech, fenomena ini seolah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya digital.
Fenomena ini bisa dianalisis menggunakan tradisi sosiopsikologis dalam komunikasi, yang fokus pada bagaimana psikologi individu memengaruhi pola komunikasi dan perilaku. Tradisi ini melihat komunikasi sebagai proses yang dipengaruhi oleh kepribadian, persepsi, dan hubungan antara orang-orang.
Mengapa Komentar Negatif Begitu Mudah Tersebar?
Komentar negatif di media sosial biasanya muncul karena beberapa alasan psikologis. Salah satunya adalah anonimitas yang diberikan platform media sosial. Ketika seseorang merasa identitasnya tidak diketahui, mereka cenderung lebih berani mengatakan sesuatu yang biasanya tidak akan mereka katakan secara langsung. Selain itu, efek bandwagon atau ikut-ikutan juga memainkan peran besar. Ketika seseorang melihat komentar negatif lain, mereka merasa "aman" untuk ikut berkomentar tanpa takut disalahkan.
Dari sudut pandang tradisi sosiopsikologis, ini menunjukkan bahwa komunikasi di media sosial tidak hanya tentang pesan yang disampaikan, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor internal, seperti emosi, kebutuhan akan validasi, atau bahkan rasa frustasi yang diproyeksikan dalam komentar.
Dampak pada Hubungan dan Perilaku
Komentar negatif ini tidak hanya berdampak pada orang yang menerima, tetapi juga pada yang memberi. Bagi penerima, komentar negatif dapat memengaruhi kesehatan mental, seperti menurunkan rasa percaya diri atau memicu kecemasan. Sedangkan bagi pemberi komentar, perilaku ini sering kali membuat mereka terjebak dalam lingkaran komunikasi negatif yang sulit dihentikan.
Dalam tradisi sosiopsikologis, hubungan ini dijelaskan melalui teori stimulus-respons. Artinya, komentar negatif (stimulus) yang diterima seseorang bisa memicu respons emosional, yang kemudian berlanjut menjadi konflik atau pola komunikasi yang kurang sehat.
Bagaimana Menghadapinya?
Pendekatan yang bisa diambil untuk mengurangi fenomena ini adalah dengan meningkatkan kesadaran individu terhadap dampak psikologis dari setiap komentar yang mereka buat. Media sosial juga bisa mengedukasi penggunanya melalui kampanye digital tentang pentingnya komunikasi yang positif. Selain itu, fitur seperti moderasi komentar atau laporan pelanggaran juga membantu mengurangi penyebaran komentar toxic.
Kesimpulan
Fenomena komentar negatif di media sosial bukan sekadar masalah komunikasi biasa, tetapi melibatkan aspek psikologi yang mendalam. Dengan memahami tradisi sosiopsikologis dalam komunikasi, kita dapat lebih mengerti mengapa perilaku ini terjadi dan bagaimana cara menghadapinya. Pada akhirnya, komunikasi yang sehat di media sosial membutuhkan kesadaran dari semua pihak untuk menciptakan ruang yang lebih nyaman dan mendukung bagi semua orang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H