Pahlawan Indonesia terus berjuang untuk Indonesia yang merdeka pada 17 Agustus 1945. Salah satunya adalah gerakan Partai Komunis Indonesia tahun 1965 yang dikenal sebagai Gerakan 30 September. Ini adalah peristiwa yang lebih dikenal dengan nama G30S/PKI. Tujuan dari gerakan ini adalah untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Soekarno dan membuat Indonesia menjadi negara yang menerapkan sistem komunis. DN Aidit, ketua Partai Komunis Indonesia saat itu, bertanggung jawab langsung atas gerakan tersebut.
Perwira Tinggi TNI AD Indonesia menjadi target pembunuhan. Enam dari mereka ditangkap, tetapi tiga di antaranya dibunuh langsung di rumahnya, sementara yang lainnya dibawa paksa ke Lubang Buaya. Pembantaian yang kejam dilakukan oleh Partai Komunis membuat tak seorang pun selamat. Abdul Haris Nasution salah seorang jenderal yang ditargetkan untuk dibunuh pada hari itu menjadi salah satu dari banyak jenderal yang selamat dan ditangkap.
Abdul Haris Nasution lahir pada tanggal 3 Desember 1918 di Huta Pungkut, Kecamatan Kotanopan, Tapanuli Selatan. Ia adalah anak kedua H Abdul Halim Nasution dan Zahara Lubis. Setelah lulus sekolah, Nasution kemudian bekerja sebagai pengajar di Bengkulu dan Palembang. Tetapi ternyata dia tidak cocok dengan profesi guru. Akhirnya, ia menunjukkan keinginan untuk menjadi perwira militer dan masuk ke Korps Pendidikan Perwira Cadangan di Bandung pada tahun 1940-1942.
Abdul Haris Nasution salah satu tokoh yang banyak menyumbangkan pemikirannya kepada Indonesia baik sebelum maupun sesudah kemerdekaan, yang menjadi pemimpin dalam penumpasan PRRI di Sumatra dan operasi merdeka di Sulawesi Utara. Pada masa Orde Lama, A. H Nasution banyak mengembangkan gagasan dan konsep dalam politik dan pertahanan.
AH Nasution menjadi salah satu tokoh sasaran dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965. Selamatnya Abdul Haris Nasution dalam peristiwa G30S/PKI tidak terlepas dari keberadaan sang istri. Pada 1 Oktober 1965 sekitar pukul 03.45 WIB di Jalan Teuku Umar Nomor 40, Jakarta Pusat. AH Nasution, Johanna Sunarti istrinya dan Ade Irma Suryani Nasution anak bungsunya sedang berada didalam kamar. Kebetulan pada malam itu, keluarga dari AH Nasution yang berada di Tapanuli sedang berkunjung ke kediamannya. Â
Pada malam itu, Nasution yang sedang mengusir nyamuk mendengar bunyi banyak kendaraan berdatangan. Setelah mendengar suara kegaduhan, Johanna Sunarti membuka pintu kamarnya untuk melihat ke luar. Setelah itu, dia segera menutup pintu dan mengunci kembali, seraya mengatakan bahwa ada anggota Cakrabirawa. Setelah itu, pintu kamar kerja dan kamar tidur dibuka secara paksa.
Mendengar kegaduhan itu, Mardinah adik perempuan Nasution yang sedang berkunjung, masuk lewat kamar sebelah dan mengambil Ade Irma Suryani Nasution untuk diselamatkan dari kamar tidur ke tempat lain. Namun, karena Mardiah gugup dan belum mengenal situasi, dia justru membuka pintu di mana anggota Cakrabirawa sudah menunggu. Ketika pintu dibuka, tembakan kembali dilepaskan dan mengenai Ade Irma Suryani Nasution. Istri AH Nasution segera menutup dan mengunci pintu Kembali.Â
Johanna Sunarti meminta AH Nasution berlari ke samping rumah. Setelah dia berlari, dia baru menyusulnya dan menerima Ade dari Mardiah. Johanna Sunarti melihat Ade Irma dengan luka di perutnya dan paha Ade Irma juga telah mengalami luka-luka. Setelah naik di atas pagar tembok, Jenderal AH Nasution sempat berniat turun lagi setelah melihat Ade Irma terluka parah. Namun, tindakan nekat AH Nasution dilarang oleh Johanna Sunarti.
Rumah AH Nasution telah dikepung rapi, tetapi yang mengawasi tembok tempat AH Nasution melarikan diri tertutup pandangannya oleh tanaman dekat tembok. Usai berhasil melompati tembok, Jenderal AH Nasution kemudian bersembunyi di belakang drum yang terletak di pekarangan Kedutaan Besar Irak di samping kediamannya. Selanjutnya, Johanna Sunarti membawa Ade Irma ke dalam rumah dan memberitahu Cakrabirawa bahwa suaminya sedang berada di Bandung.
AH Nasution meninggal pada 6 September 2000 di Jakarta, setelah menderita stroke dan koma. Jenazahnya dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Sampai saat ini AH Nasution menjadi pahlawan nasional yang namanya terus dikenang oleh masyarakat Indonesia. Dari peristiwa yang sudah dialami oleh Jendral Abdul Haris Nasution, maka teori yang diambil dalam penulisan ini yaitu Teori Konflik. Menurut Benedict Aderson dan Ruth McVey menilai G30S/PKI adalah puncak konflik internal dalam tubuh angkatan darat indonesia.
AH Nasution sebagai seorang Jendral dan Ahmad Yani sebagai pemimpin faksi dipandang sebagai bagian dari faksi yang menentang kebijakan Soekarno dan PKI yang dianggap mengancam keamanan dan stabilitas negara. pendapat saya mengenai peristiwa lolosnya AH Nasution dalam G30S/PKI adalah bahwa Nasution berhasil selamat karena paras Pierre Tendean yang sekilas mirip dengannya dalam kegelapan, sehingga ajudannya yang mirip dengan Nasution menjadi target penculikan. Selain itu, upaya istrinya, Johanna Sunarti, dalam membantu menyelamatkan suaminya juga berperan penting dalam keselamatan Nasution. Keterkaitan Sosiologi Komunikasi dengan selamatnya AH Nasution dalam peristiwa G30S/PKI dapat dilihat dalam beberapa aspek:
- Aspek Komunikasi: Komunikasi berperan penting dalam peristiwa ini, seperti ketika upaya istrinya, Johanna Sunarti, yang sedang menggendong Ade Irma dengan keadaan sudah berlumuran darah dan membantu suaminya untuk melarikan diri pasukan Cakrabirawa.
- Aspek Interaksi Sosial: Peristiwa G30S/PKI menunjukkan bagaimana interaksi sosial dapat mempengaruhi keputusan dan tindakan individu. Misalnya, paras Pierre Tendean yang mirip dengan AH Nasution membuat ajudannya menjadi target penculikan, sehingga AH Nasution dapat lolos.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H