Tahukah kamu kalau mikroplastik dapat berdampak pada kesehatan manusia?
Mikroplastik memiliki dampak pada kesehatan manusia seperti gangguan endokrin, penambahan berat badan, resistensi insulin, penurunan kesehatan reproduksi, dan kanker (Isenaj, 2023).Â
Berdasarkan data (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, 2020), Indonesia menjadi negara pencemar plastik terbesar kedua di dunia setelah China dengan 3,9 juta ton sampah plastik dihasilkan setiap tahun dan 1,29 juta ton sampah plastik mencemari lautan.Â
Sebanyak 1,29 juta ton sampah plastik tersebut dapat menghasilkan mikroplastik dalam jumlah yang besar dan masuk ke dalam rantai makanan manusia karena tertelan oleh makhluk laut.Â
Jumlah mikroplastik yang ditemukan dalam makanan laut yang dikonsumsi manusia masih sulit untuk diprediksi, namun faktanya jejak mikroplastik ditemukan pada ikan dalam sebuah penelitian yang menyelidiki hasil tangkapan ikan oleh nelayan Indonesia di Teluk Pangandaran.Â
Hasil penelitian tersebut menambah fakta terkait seriusnya masalah mikroplastik dan menyimpulkan bahwa adanya kontaminasi mikroplastik di saluran pencernaan ikan yang ditangkap (Ismail, Lewaru and Prihadi, 2019).Â
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Italia oleh Ragusa et al. tahun 2021, untuk pertama kalinya ditemukan beberapa fragmen mikroplastik dalam sampel plasenta manusia, lo! Tepatnya, berada di seluruh bagian plasenta, seperti selaput ibu dan janin.Â
Ibu hamil dan bayi merupakan orang yang sensitif terpapar mikroplastik. Plasenta bekerja sebagai penghubung penting antara ibu dan janin yang dikandung. Faktanya, kehadiran mikroplastik di dalam tubuh manusia akan berpotensi mengurangi mekanisme pertahanan terhadap patogen (Ragusa et al., 2021).Â
Sebenarnya, apa, sih mikroplastik?Â
Mikroplastik adalah senyawa sintetis yang telah diperkecil menjadi partikel plastik berukuran lebih kecil dari 5mm. Mikroplastik dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu mikroplastik primer dan sekunder.Â
Mikroplastik yang sengaja ditambahkan pada produk konsumen dan komersial tersebut disebut dengan mikroplastik primer, seperti obat-obatan, deterjen, dan insektisida.Â
Sementara itu, mikroplastik sekunder terbentuk secara tidak sengaja dari degradasi polimer yang lebih besar karena faktor fisik, kimia, maupun biologis, misalnya alat tangkap ikan, botol plastik, kantong plastik, dan wadah makanan plastik.Â
Mikroplastik dapat diklasifikasikan berdasarkan komposisi kimianya, antara lain polistiren (PS), poliuretan, polipropilen (PP), polivinil klorida (PVC), dan polyethylene terephthalate (PETE). Bentuk mikroplastik juga dapat dikategorikan menjadi lima jenis utama, yaitu fragmen, serat, busa, manik-manik, dan film (Lee et al., 2023; Osman et al., 2023).Â
Lalu, bagaimana mikroplastik tersebut dapat masuk ke dalam tubuh manusia?
Mikroplastik dapat masuk ke dalam tubuh manusia dengan beberapa cara, yaitu melalui konsumsi (ingestion), penghirupan (inhalation), dan kulit (dermal penetration). Manusia dapat terpapar mikroplastik dengan memakan makanan yang mengandung mikroplastik dan dapat juga dari mikroplastik yang dilepaskan dari wadah plastik. Manusia juga dapat terpapar dengan menghirup udara yang mengandung mikroplastik.Â
Dibandingkan dengan jalur paparan melalui konsumsi dan inhalasi, penyerapan mikroplastik melalui kontak kulit kurang mendapat perhatian karena penghalang kulit menghambat penyerapan partikel yang lebih besar dari 100 nm. Namun, apabila ukurannya kurang dari 100 nm ada kemungkinan untuk melewati penghalang kulit dan dapat diangkut ke seluruh tubuh melalui sistem peredaran darah (Lee et al., 2023; Sun & Wang, 2023).
Salah satu jenis mikroplastik yang ditemukan pada plasenta adalah jenis polipropilen (Ragusa et al., 2021). Sebagian besar mikroplastik terdeteksi dalam beberapa makanan seperti kerang dan garam.Â
Oleh karena itu, mikroplastik berpotensi mengakses aliran darah dan mencapai plasenta melalui saluran pencernaan karena Ibu hamil yang secara tidak sengaja mengkonsumsi makanan mengandung mikroplastik. Jalur perkiraan masuknya mikroplastik ke plasenta lainnya adalah melalui sistem pernapasan ibu hamil karena mikroplastik juga banyak ditemukan sebagai partikel udara (Braun et al., 2021).Â
Plasenta memiliki peran yang penting dalam perkembangan janin. Peran ini mencakup penyediaan oksigen dan nutrisi serta pengeluaran produk limbah. Penemuan mikroplastik di dalam plasenta dapat menimbulkan risiko yang serius pada kehamilan, seperti preeklamsia dan gangguan pertumbuhan janin (Ragusa et al., 2021).Â
Adanya mikroplastik di plasenta manusia mengartikan bahwa zat kimia yang tidak dapat terurai ini dapat memiliki potensi pengaruh antargenerasi pada tubuh manusia, termasuk kemungkinan dampak pada perkembangan janin (Li et al., 2023).Â
Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya mencegah pajanan mikroplastik yang berdampak buruk bagi kehidupan. The United Nations Environmental Program (UNEP) telah mendorong pengurangan penggunaan plastik, mendorong daur ulang, dan mengevaluasi fasilitas pembuangan (Lai, 2023).Â
Di Indonesia, upaya mitigasi terhadap pencemaran plastik dapat dimulai dengan melakukan budaya 3R (Reduce, Reuse, Recycle), misalnya mengurangi penggunaan kantong plastik saat belanja, menggunakan kembali botol plastik menjadi pot tanaman, dan melakukan daur ulang sampah plastik menjadi kerajinan.Â
Setiap orang harus turut serta mengembangkan budaya 3R dalam kehidupan, namun pemerintah juga memiliki peranan penting dalam membuat peraturan di masyarakat (Firmansyah et al., 2021).
Penulis: Dilivia Nur Baiduri, Tiara Ananda, dan Robiana Modjo.Â
REFERENSI
Braun, T. et al. (2021) 'Detection of microplastic in human placenta and meconium in a clinical setting', Pharmaceutics, 13(7). Available at: https://doi.org/10.3390/pharmaceutics13070921.
Firmansyah, Y.W. et al. (2021) 'Keberadaan Plastik di Lingkungan, Bahaya terhadap Kesehatan Manusia, dan Upaya Mitigasi: Studi Literatur', Jurnal Serambi Engineering, 6(4), pp. 2279--2285. Available at: https://doi.org/10.32672/jse.v6i4.3471.
Ismail, M. R., Lewaru, M. W., & Prihadi, D. J. (2019). Microplastics Ingestion by Fish in The Pangandaran Bay, Indonesia. World News of Natural Sciences 23, 23, 173--181. www.worldnewsnaturalsciences.com.
Isenaj, Z.S. (2023) Microplastics on Human Health: How much do they harm us?, www.undp.org.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. (2020). National Plastic Waste Reduction Strategic Actions for Indonesia. https://wedocs.unep.org/bitstream/handle/20.500.11822/32898/NPWRSI.pdf?sequence=1&isAllowed=y.
Lai, C. (2023) Microplastics in water: Threats and solutions, Earth.Org. Available at: https://earth.org/microplastics-in-water/ (Accessed: 24 October 2023).
Lee, Y. et al. (2023) 'Health Effects of Microplastic Exposures: Current Issues and Perspectives in South Korea', Yonsei Medical Journal, 64(5), pp. 301--308. Available at: https://doi.org/10.3349/ymj.2023.0048.
Li, Y. et al. (2023) 'Potential Health Impact of Microplastics: A Review of Environmental Distribution, Human Exposure, and Toxic Effects', Environment & Health, 1(4), pp. 249--257. Available at: https://doi.org/10.1021/envhealth.3c00052.
Osman, A. I., Hosny, M., Eltaweil, A. S., Omar, S., Elgarahy, A. M., Farghali, M., Yap, P. S., Wu, Y. S., Nagandran, S., Batumalaie, K., Gopinath, S. C. B., John, O. D., Sekar, M., Saikia, T., Karunanithi, P., Hatta, M. H. M., & Akinyede, K. A. (2023). Microplastic sources, formation, toxicity and remediation: a review. In Environmental Chemistry Letters (Vol. 21, Issue 4, pp. 2129--2169). Springer Science and Business Media Deutschland GmbH. https://doi.org/10.1007/s10311-023-01593-3.
Ragusa, A. et al. (2021) 'Plasticenta: First evidence of microplastics in human placenta', Environment International. Elsevier Ltd. Available at: https://doi.org/10.1016/j.envint.2020.106274.
Sun, A. and Wang, W.-X. (2023) 'Human Exposure to Microplastics and Its Associated Health Risks', Environment & Health, 1(3), pp. 139--149. Available at: https://doi.org/10.1021/envhealth.3c00053.
Yee, M.S.L. et al. (2021) 'Impact of microplastics and nanoplastics on human health', Nanomaterials. MDPI AG, pp. 1--23. Available at: https://doi.org/10.3390/nano11020496.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H