Work hard selalu dikaitkan dengan kesuksesan. Semakin banyak waktu yang digunakan untuk bekerja, semakin banyak uang yang dihasilkan. Itulah pola pikir yang berkembang pada masyarakat saat ini.Â
Pada awalnya ini terlihat seperti ide yang bagus. Katakanlah semua orang bekerja untuk menghasilkan uang, sehingga mereka bisa membeli barang yang diinginkan. Pola pikir tersebut justru menjerumuskan diri sendiri pada kerugian yang besar. Kegilaan konsumerisme akuisisi seperti ini membuat mereka tidak akan pernah puas, karena tidak ada konsumerisme yang dapat membeli ketenangan batin.
Bekerja berjam-jam tentunya akan membuat kita memiliki sedikit waktu luang. Waktu luang di bawah kapitalisme bukanlah sesuatu yang benar-benar dapat kita manfaatkan. Saat kita pulang dan berada di rumah dalam kondisi kelelahan, kita tidak dapat melakukan aktivitas lainnya seperti berolahraga dan lain-lain. Waktu luang yang kita dapatkan semacam hanya untuk mengisi kembali energi yang hilang dan digunakan sebagai persiapan bekerja di esok hari.Â
Data  dari International Labor Organization (ILO) menunjukan bahwa orang-orang di Asia termasuk memiliki jam kerja paling lama; sebagian besar negara (32%) tidak memiliki batasan nasional universal untuk kerja maksimum dalam satu minggu dan 29% memiliki ambang batas tinggi (60 jam lebih perminggu). Hanya 4% negara yang menetapkan standar ketenagakerjaan internasional yang direkomendasikan  ILO dengan maksimum 48 jam atau kurang dalam seminggu.
Orang-orang perlu memahami bahwa bekerja terlalu lama akan mendatangkan bahaya untuk kesehatan mereka baik fisik maupun mental. Sebuah studi yang diterbitkan di jurnal Environment International menyatakan bahwa kematian yang disebabkan karena penyakit jantung yang dikaitkan dengan jam kerja yang berlebihan meningkat sebesar 45% antara tahun 2000 dan 2016, dan stroke sebesar 19%.Â
Dilansir dari healthline, orang yang bekerja 55 jam seminggu memungkinkan 16% mengalami risiko serangan jantung dibandingkan dengan mereka yang bekerja 45 jam seminggu. Tak hanya itu sebuah analisis global WHO dan ILO (International Labor Organization) menunjukkan bahwa setiap tahun, juta orang meninggal karena penyakit jantung iskemik dan stroke yang diakibatkan bekerja dengan jam kerja yang berlebihan.
Bekerja berjam-jam kerja memengaruhi kesehatan
Dilansir dari healthline, seorang perempuan di Jepang berusia 31 tahun meninggal karena terlalu banyak jam kerja. ia hanya memiliki dua hari libur di bulan menjelang kematiannya pada tahun 2013. Fenomena ini disebut dengan "karoshi", yaitu peristiwa kematian yang disebabkan oleh jam kerja yang berlebihan.Â
Ada dua hal dampak yang dikaitkan karena bekerja selama berjam-jam.Â
Pertama, stres psikologis akibat bekerja yang berlebihan menimbulkan respon fisiologis. Dr. Alan Yeung, direktur medis di Stanford Cardiovascular Health mengatakan bahwa stres yang dialami akibat terlalu banyak jam kerja termasuk dalam stres kronis. Ketika seseorang mengalami stres tingkat tinggi, detak jantung dan tekanan darah mereka akan meningkat sehingga tingkatan risiko serangan jantung dan gagal jantung juga semakin tinggi.Â
Kedua, respon terhadap stres yang dapat merusak kesehatan seperti merokok, pola makan yang kurang sehat, pola tidur yang buruk, dan juga kurangnya waktu untuk berolahraga. Perubahan perilaku tersebut tentu akan membuat kesehatan tubuh semakin menurun sehingga dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan.Â
Bagaimana cara mengatasi jam kerja yang berlebih?
Tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat telah mengagung-agungkan "work hard". Bahkan seperti sudah dinormalisasi dan menjadi budaya. Hal ini sangat mengkhawatirkan jika pola pikir demikian masih tetap berlanjut. Pada akhirnya masalah mengenai bekerja berlebihan akan memengaruhi kesehatan tubuh jika tidak melakukan perubahan dalam kehidupan kerja.
Hal utama yang harus diubah adalah persepsi tentang kesuksesan itu sendiri. Bekerja berjam-jam bukanlah kunci menuju kesuksesan. Bekerja berjam-jam tidak akan membuat kita lebih produktif. Tanpa disadari kita sedang menghancurkan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan.
Jika anda bekerja di perusahaan yang menuntut jam kerja panjang sebagai syarat untuk bekerja atau agar dianggap sebagai pegawai yang loyal, tetapkan berapa tahun lagi anda akan mempertaruhkan kesehatan dan hidup anda. Sementara itu carilah pekerjaan yang tidak memiliki budaya destruktif.
Namun, jika anda tetap mendorong diri anda pada perusahaan yang menuntut jam kerja panjang, maka aturlah waktu sebaik mungkin, jika perlu buatlah datar jurnal harian untuk melihat berapa banyak jam yang telah dihabiskan dalam satu minggu. tidak lupa untuk membuat daftar kegiatan yang dapat menyeimbangkan kehidupan kerja dan kesehatan anda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H