Mohon tunggu...
TIARA LUTFIATUZAHRA
TIARA LUTFIATUZAHRA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Saya merupakan mahasiswa S1 angkatan 2021 pada prodi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar Matematika Menyenangkan dengan Permainan "Benteng Berhitung"

27 Juni 2024   15:28 Diperbarui: 27 Juni 2024   15:45 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belajar Matematika Menyenangkan dengan Permainan "Benteng Berhitung"

Matematika merupakan ilmu yang mempelajari mengenai hubungan suatu objek dan konsep yang bersifat abstrak. Matematika memiliki berbagai bidang yaitu angka, bilangan, kombinasi, geometri, statistika, trigonometri, aljabar. Matematika mengembangkan peserta didik yang berpikir kritis dan teliti. Matematika merupakan mata pelajaran yang wajib di setiap jenjang sekolah.

Pembelajaran membutuhkan daya berpikir yang kritis. Oleh sebab itu, banyak peserta didik merasa bosan dan tidak minat ketika pembelajaran matematika. Hal tersebut terjadi karena stigma peserta didik yang merasa matematika sulit. Sehingga guru menciptakan inovasi yaitu permainan dalam pembelajaran matematika.

Penggunaan permainan dalam pembelajaran matematika merupakan strategi alternatif yang digunakan untuk meningkatkan minat belajar peserta didik terhadap matematika serta mengurangi kesenjangan antara konsep matematika yang abstrak dengan tingkat pemahaman peserta didik. Permainan matematika dirancang agar mudah dipahami dan memberikan pengalaman nyata kepada anak-anak.

Seorang guru matematika harus cerdas dalam memilih permainan yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran, karena permainan matematika tidak hanya bertujuan membuat siswa merasa senang dan ceria, tetapi juga harus mendukung pencapaian tujuan pembelajaran matematika secara kognitif, afektif, dan psikomotorik. 

Ragam permainan matematika seperti kombinasi, congklak, engklek, dan lain sebagainya dapat dimanfaatkan untuk mengajarkan konsep-konsep dasar matematika seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.

Permainan dalam pembelajaran matematika tentu saja memberikan banyak manfaat atau dampak positif bagi peserta didik. Seperti yang diterapkan pada artikel yang ditulis oleh Rahaju dan Semin Rudi Hartono dengan judul “Pembelajaran Matematika Berbasis Permainan Monopoli Indonesia”. 

Kegiatan pembelajaran ini dilakukan di SDN Sukun 3 Malang kelas IV. Peneliti fokus pada pembelajaran berbasis PMI dengan hasil penelitian dipaparkan dalam dua bagian, yaitu pembelajaran siklus I dan siklus II.

Pada siklus pertama, peserta didik diajarkan mengenai konsep dasar matematika sebelum memasuki pembelajaran berbasis PMI. Selanjutnya pada siklus kedua, maka pembelajaran dimulai dengan permainan Monopoli dengan pemberian soal yang cenderung lebih sulit daripada di siklus pertama, akan tetapi peserta didik tetap merasa bersemangat untuk menyelesaikan permainan Monopoli tersebut. PMI dapat digunakan untuk menampilkan soal atau masalah matematika.

Papan permainan, dadu, kartu AT, kartu AAI, serta sertifikat properti termasuk dalam media PMI. Permainan dimainkan secara kolektif dan setiap kelompok diberikan modal awal pada awal permainan. Setelah perwakilan setiap kelompok melempar dadu, maka diberikan kesempatan melangkah di atas petak, serta meletakkan bidak.

Pemain mengambil dan membagikan kartu AT atau AAI. Jika dapat menjawab dengan benar, pemain mendapat tambahan modal dan diberikan hak untuk membeli properti. Akan tetapi, jika jawaban salah maka kelompok lain dapat menjawab pertanyaan. Pemain yang mencoba menempati tempat yang dimiliki kelompok lain harus membayar sewa. Kelompok dengan uang terbanyak dipilih sebagai pemenang.

Hasil dari analisis pretes, tes akhir siklus I, dan tes akhir siklus II menunjukkan bahwa nilai rata-rata telah meningkat serta mayoritas peserta didik dapat melampaui capaian pembelajaran yang telah disusun oleh peneliti. Berdasarkan penelitian tersebut, dapat kita lihat bahwa permainan secara langsung atau offline dapat berhasil dilakukan dan capaian pembelajaran dapat terpenuhi.

Selain itu, penulis melakukan wawancara terhadap guru kelas 1 dan 2 di SD Negeri Kedaung Barat IV. Beliau mengatakan bahwa, “Jika pembelajaran matematika menggunakan permainan dilakukan secara online atau berbasis website diterapkan pada siswa kelas 1 dan 2 tidak akan efektif karena kurangnya laptop, jika hanya menggunakan satu laptop akan hanya melakukan terjadi kerusuhan antar anak sehingga kelas menjadi ricuh atau tidak kondusif. 

Akan tetapi, jika diterapkan pada kelas tinggi seperti kelas 5 dan 6 mungkin cukup efektif dalam pembelajaran matematika yang interaktif dan menyenangkan.

Berdasarkan hasil wawancara dan referensi penelitian tersebut, penulis melakukan percobaan dengan menciptakan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan dengan menerapkan metode Game Based Learning (GBL). Permainan diberikan nama “Benteng Berhitung”. Permainan ini terinspirasi dari permainan Bentengan atau rerebonan.

Permainan Bentengan atau rerebonan merupakan permainan tradisional khas dari daerah Betawi provinsi DKI Jakarta. Permainan bentengan dimainkan oleh dua kelompok yang berperan sebagai penawan dan tertawan. Setiap benteng memiliki tiang, pohon, ataupun pilar. Permainan ini mengandalkan kerjasama tim yang kuat dan strategi yang efektif dalam melewati benteng pertahanan lawan.

Implementasi permainan “Benteng Berhitung” dengan aturan permainan Bentengan pada BAB I materi Bilangan kelas 1. Sub materi yang diambil sebagai topik dalam permainan yaitu operasi penjumlahan dan pengurangan dalam bilangan. Hal yang menjadi daya tarik permainan ini yaitu ketika ingin melewati setiap benteng, pemain yang menjadi tawan harus menjawab pertanyaan tentang operasi penjumlahan dan pengurangan dalam bilangan 1 sampai 20. 

Setiap pemain yang menjadi penawan memberikan pertanyaan dengan tingkat kesulitan yang berbeda beda. Setiap kelompok diberikan waktu bermain 7 menit, jika seluruh anggota kelompok tertawan tidak dapat lolos dari benteng dalam 7 menit akan dinyatakan gugur atau kalah dan akan mendapat tantangan lain diakhir pembelajaran.

 Akan tetapi, kelompok yang meraih kemenangan akan mendapat penghargaan berupa nilai tambahan. Permainan ini dapat meningkatkan keterampilan sosial peserta didik dalam bidang kerjasama tim, komunikasi antar anggota tim, serta koordinasi antar peran, melatih daya motorik peserta didik dalam ketangkasan dan keseimbangan tubuh, serta melatih peserta didik berpikir dengan cepat dan berinisiatif.

Berdasarkan penerapan pembelajaran tersebut memberikan hasil yang cukup efektif dalam menarik peserta didik untuk belajar matematika khususnya materi operasi penjumlahan dan pengurangan dalam bilangan. 

Walau penulis mengalami kendala dalam mengkoordinasi peserta didik karena antusias peserta didik yang sangat tinggi sehingga suara penulis tidak terdengar ketika pengarahan berlangsung. Akan tetapi, hasil belajar peserta didik menunjukan metode pembelajaran ini cukup efektif yang ditunjukan dengan hasil Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang diberikan penulis sebagai bentuk Latihan atau evaluasi kegiatan pembelajaran.

Artikel ini ditulis oleh:

Tiara Lutfiatuzahra, mahasiswa S1 program studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun