Mohon tunggu...
Fiksiana

Menyayangi Ayah Melalui Novel, Ayahku Bukan Pembohong

20 Februari 2018   15:19 Diperbarui: 22 Februari 2018   08:42 2658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

     Tokoh Ibu digambarkan sebagai sosok ibu yang sangat penyang dan sabar. Disambing sifat ibu yang lebut, tokoh Ibu dalam cerita juga digambarkan sebagai sosok yang sederhana dan tegas.  Hal ini dapat dilihat dari cuplikan berikut.

  • "Siapa bilang dia boleh makan kue itu? Dia masih dihukum," Ibu yang mengiringi langkah Ayah protes." (hal.40)

  • "Ibu juga sayang kau, Sayang" (hal 94)

  • "Ibu kau bahagia, Dam, meski harus melupakan hari- hari hebatnya. Meski hidup sederhana, tidak memiliki perhiasan, kamana-mana naik angkutan umum. Dia paham dan memilih jalan itu." (hal 295)

     Tokoh Taani dalam cerita mengalami dua fase, saat dia kecil,sebagai teman sekelas Dam, dan setelah dewasa, sebagai istri Dam. Tokoh Taani ini digambarkan sebagai sosok yang pintar, cakap, pengertian dan penyayang.  Hal ini dapat dilihat dari cuplikan berikut.

  • "Taani bahkan sudah menyelesaikan tugas akhirnya, lulus lebih cepat dibandingkan siapapun-sejak SMP ia memang paling pintar." (hal 251)

  • "Toko bunga Taani bertambah menjadi dua.  Ia pandai mengurus rumah, mengurus Zas dan Qon, mengurusku, serta mengurus toko dan kebun bunganya sekaligus.'' (hal 272)

  • Wajah taani terlipat, ia tidak tertarik dengan gurauanku. "Sudah saatnya Ayah tinggal bersama kita Dam. Harus ada yang mengurusnya." (hal 272)

     Tokoh Zas dan Qon, adalah anak dari sepasang suami istri, Dam dan Taani. Zas anak laki-laki pertama dan Qon anak kedua, seorang perempuan. Mereka  digambarkan sebagai sosok anak imut yang memili rasa ingin tahu yang besar. Hal ini dapat dilihat dari cuplikan berikut.

  • "Biarakan Ayah menikmati sedikit waktu dengan cucunya yang menggemaskan." (hal 7)

  • Zas dan Qon bertanya antusias setelah gagang telepon diletakkan kembali, "Kakek bilang apa? Kakek bilang apa?" (hal 64)

     Tokoh Jarjit digambarkan sebagai sosok yang sombong, jahat dan suka menghina pada awal cerita. Sesampainya dipertengahan cerita, Jarjit yang digabarkan sebagai sosok yang berhati besar. Hal ini dapat dilihat dari cuplikan berikut.

  • "Kau semalam menonton tidak, Pengecut?" Jarjit menoleh kepadaku. "Atau jangan-jangan di rumah kau tidak ada televisi?" (hal 22)

  • "...Yah, tanda tangan di bola itu, yang kuminta langsung darinya, tahukan?" suara jarjit terdengar di langit-langit kelas. (hal 28)

  • "Dengan penutup kepala sebaik ini aku tidak perlu memotong rambut kebanggaanku." (hal 86) Penutup kepala yang dimaksud adalah pemberian Jarjit, penutup kepala itu sangat menolong Dam yang rambutnya terancam dipotong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun