Mohon tunggu...
Tiara Indriyani
Tiara Indriyani Mohon Tunggu... Lainnya - Selamanya menjadi pelajar untuk terus belajar

Untuk berbagi pemikiran, ide, dan hal-hal positif lainnya. Semoga bermanfaat!!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kita Belajar dari Jepang

7 Maret 2022   13:10 Diperbarui: 7 Maret 2022   13:16 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Edited by Canva.com

Saat ini Jepang sudah menjadi negara maju dan memiliki perekonomian yang menjadi salah satu  terbesar di dunia. Perkembangan teknologi yang pesat di Jepang membawa kemudahan dan kemajuan bagi masyarakatnya. Namun, tidak hanya itu saja identitas yang melekat pada negeri matahari terbit ini. Selain dikenal karena kemajuannya di pelbagai bidang, Jepang juga dikenal karena kebudayaan-kebudayaan mereka yang unik nan menarik. 

Budaya-budaya yang sudah tertanam dan mengakar di masyarakat Jepang inilah yang menjadi salah satu faktor pembentuk karakter dari masyarakat Jepang itu sendiri. Pada artikel kali ini, bersama-sama kita akan mengenal dan belajar dari budaya-budaya yang hidup di tengah masyarakat Jepang. Tentunya tidak semua kebudayaan dari luar itu baik menurut sudut pandang masyarakat kita. 

Namun, tidak ada salahnya untuk mengetahui bagaimana manusia lain menjalani kehidupannya di tempat yang berbeda. Kita bisa belajar dari mereka dan mengadopsi budaya-budaya yang baik dan sesuai dengan corak masyarakat kita dalam kehidupan sehari-hari.

Budaya Jepang yang akan kita bahas dalam artikel ini adalah budaya-budaya yang memiliki nilai universal. Sehingga masihlah relevan dan sesuai bagi masyarakat kita. Baiklah, tidak perlu menunggu lebih lama lagi. Berikut adalah beberapa budaya Jepang yang dapat kita pelajari dan kita contoh bersama dalam kehidupan sehari-hari. Semoga bisa bermanfaat dan menambah wawasan kita semua. Selamat membaca!

1.Budaya Monozukuri

Nama monozukuri berasal dari dua kata, yakni mono yang berarti sesuatu yang dibuat atau barang dan zukuri yang memiliki arti membuat atau proses membuat.

Sehingga jika berdasarkan arti masing-masing kata, monozukuri berarti membuat barang. Namun jangan salah, monozukuri ini tidak hanya sekadar membuat atau menciptakan barang tapi bagaimana dapat menciptakan barang yang berkualitas dan terus beinovasi untuk mengembangkan produk tersebut. 

Monozukuri inilah yang menjadi salah satu penggerak sektor manufaktur Jepang untuk menhasilkan produk-produk berkualitas.  Bahkan pada tahun 1998 Perdana Mentri Jepang sampai membentuk monozukuri kondankai atau Dewan Konsultatif Monozukuri.

2. Budaya Mottainai

Mottainai memiliki arti "Menyia-nyiakan sesuatu" atau "Tidak mengoptimalkan fungsi atau nilai dari sesuatu sehingga terbuang percuma". Budaya ini mirip dengan istilah yang pastinya sudah sering kita dengar yakni daur ulang.  Di mana kita memanfaatkan kembali barang-barang yang masih memiliki nilai atau manfaat dengan tidak langsung membuangnya melainkan diproses menjadi sesuatu yang leih berguna. 

Realisasi mottainai ini dapat kita lihat saat perhelatan Olimpiade Tokyo 2020 kemarin. Medali kejuaraan pada Olimpiade Tokyo kemarin terbuat dari limbah sampah elektronik seperti telepon seluler, baterai bekas, computer, dan barang elektronik bekas lainnya yang di daur ulang. Sungguh kreatif dan inovatif sekali bukan? 

Dengan mendaur ulang khususnya barang-barang bekas yang sulit terurai tanah seperti sampah elektronik, selian dapat mengurangi jumlahnya tetapi juga dapat memanfaatkannya kembali menjadi sesuatu yang bernilai tinggi.

3. Prinsip Kaizen

Kaizen merupakan salah satu prinsip dalam budaya masyarakat Jepang yang memiliki makna "Perubahan berkesinambungan". Kaizen ini yaitu caea berpikir untuk melakukan perbaikan, peningkatan, maupun penyempurnaan secara terus-menerus sehingga menghasilkan perubahan yang lebih baik. Tidak maslah jika perubahan tersebut hanyalah perubahan yang berskala kecil asalkan dikerjakan secara konsisten dan secara terus-menerus hingga nanti menghasilkan perubahan yang besar.

4. Prinsip Keishan

Prinsip ini berkaitan dengan budaya kerja. Keishan sendiri berarti kreatif, produktif, dan inovatif. Keishan mendorong masyarakat Jepang untuk terus melakukan inovasi yang kreatif. Prinsip ini membuat masyarakat Jepang terbuka untuk mempelajari hal-hal baru yang dapat membatu proses kratif masyarakat Jepang dalam melakukan berbagai inovasi yang berbeda.

Referensi:

http://repository.unsada.ac.id/1272/2/2.%20Bab%20I.pdf

https://id.wikipedia.org/wiki/Kaizen

Zaka, Istifatun. 2020. Discipline Like Japanese. Klaten: Caesar Media Pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun