Mohon tunggu...
Tiara Afifah
Tiara Afifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa Program Studi Sosiologi di Universitas NegeriJakarta yang menyukai isu-isu sosial di masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Program Sosial terhadap Kekerasan Pemuda guna Membangun Kembali Generasi Muda Bangsa

26 Maret 2023   05:00 Diperbarui: 26 Maret 2023   05:06 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tak hanya praktik berkelahi, pemerintah juga perlu melakukan program pembinaan secara berkala dengan memberikan pemahaman, pengetahuan, serta kesadaran bahwa tindakan kekerasan yang pernah dilakukan telah mengganggu tatanan nilai dan norma di masyarakat. Perkelahian di luar dari lomba profesional merupakan perkelahian yang sia-sia tanpa hasil menang atau kalah. Pihak-pihak yang terlibat hanya akan mendapat hasil negatif, seperti luka-luka, kekecewaan dari orang tua, ataupun sanksi dari pihak sekolah atau instansi terkait.

Selain itu, pembinaan juga perlu dilakukan secara psikologis, moralitas, spiritual, dan kerohanian. Hal tersebut dilakukan karena pemuda pelaku kekerasan biasanya memiliki emosi yang tidak stabil sehingga mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Dengan adanya pembinaan secara psikologis, maka para pelaku akan mendapatkan penanganan terkait dengan kondisi mental dirinya. Moralitas berguna untuk menghargai dan menghormati sesama manusia. Spiritual berguna untuk untuk mencapai keseimbangan dalam hidup.  Sedangkan, kerohanian diperlukan untuk membangun hubungan manusia dengan penciptanya. Dengan begitu, dapat dibangun kembali generasi muda bangsa dengan keseimbangan jasmani dan rohani.

Kemudian, Persoalan penafsiran budaya juga perlu ditangani. Oleh karena itu, pemerintah perlu menafsirkan setiap budaya dengan sebaik-baiknya dan menyosialisasikannya pada masyarakat. Pembentukan kembali makna yang bergeser atau hilang sebagai upaya memperbaiki pemahaman setiap penganut budaya. Pergesekan nilai antara budaya dan pembangunan memang memerlukan waktu yang cukup lama agar mencapai satu titik temu. Sebagai solusi, pemerintah dapat melakukan pembinaan dengan menyesuaikan nilai dan norma secara umum dengan nilai yang dianut oleh suatu budaya.

Tak hanya pemerintah, suatu perencanaan sosial juga perlu melibatkan seluruh pihak yang berperan dan memiliki kepentingan (stakeholder). Dalam permasalahan ini adalah keluarga dan institusi pendidikan. Keluarga, khususnya orang tua, perlu menerapkan pola asuh terbiak yang sesuai dengan situasi dan kondisi kepada anak. Pola asuh setiap akan pun berbeda dan disesuaikan dengan karakteristik anak. Selanjutnya, instansi pendidikan juga perlu bersikap tegas terhadap segala tindak kekerasan dalam lingkungan akademik, mulai dari peserta didik, tenaga pengajar, hingga staf pekerjanya. Pembinaan terhadap kekerasan pun tidak hanya ditujukan pada peserta didik, tetapi juga seluruh civitas akademik. Semua ini dilakukan demi tercapainya cita-cita bangsa dalam membentuk generasi muda yang berkualitas, baik secara kemampuan, pengetahuan, kejiwaan, serta hubungannya dengan lingkungan sekitar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun